Secara keseluruhan dia cantik. Kecantikan yang indah dan sulit untuk dibicarakan
-G-Terima kasih karena telah masuk dalam kehidupanku
-R-Pemenang Hati
Ketukan di pintu membuat Rara berjengkat kaget. Ini sudah jam 8 malam, tidak biasanya ada yang datang ke room miliknya. Namun, tidak mengurungkan dia untuk membuka pintu. Suara ceklek membersamai terbukanya pintu room milik Rara.
Gadis itu melongkokan kepala. Mengedarkan pandangan, tetapi tidak ada seseorang yang dia lihat. Lantas dirinya bergidik takut.
"Awas, yah, kutampol kalo sampe ngerjain."
KYAAAA...
Teriak empat gadis berambut panjang yang sengaja digerai dari balik pintu room sebelah. Rara sudah menutup wajah dengan kedua tangan, lalu terdengar isakan dari bibir gadis itu.
Putri, Aulia, Meli dan Nia saling memandang dan menghentikan gelak tawa yang mendominasi room wanita, bahkan penghuni lain sampai melihat kejadian tadi. Merasa bersalah sudah menjahili Rara, mereka sangat tahu kalau sebenarnya salah satu sahabat mereka gadis penakut pada hal yang berbau mistis. Namun, tidak ada sedikit pun berniat untuk membuat Rara ketakutan sampai menangis seperti itu.
"Rara, maaf." Aulia memeluk Rara, mengusap punggung gadis itu untuk menenangkan. Mereka benar-benar merasa bersalah. Apalagi Aulia yang lebih tua beberapa bulan dari mereka menyadari sudah kekanak-kanakan.
Rara masih sesegukan karena takut yang dirasakannya.
"Ra, maaf." Kini Putri yang berucap.
"Maafin kita," kata Meli dan mendapat anggukan dari Nia.
Rara mengurai pelukan. Mengusap air mata yang membasahi wajah, lalu menarik napas dalam dan masuk ke room kembali, meninggalkan keempat sahabatnya yang menyesal telah menjahili dirinya. Rara membaringkan tubuh di kasur, menutup seluruh tubuh sampai kepala dengan selimut merahnya, mencoba tidur dengan dada yang masih sesak.
"Kamu, sih." Aulia mendorong pelan bahu Putri, kemudian masuk ke room dan bersiap untuk tidur, tapi sebelum berbaring dia melihat Rara terlebih dulu dan menghela berat.
"Udah kalian balik aja ke room. Besok kita coba minta maaf lagi sama Rara," putus Putri akhirnya.
Rara, Aulia dan Putri menempati room yang sama room 9 sedangkan Meli dan Nia menempati room 8. Kelima gadis itu sudah dekat dari pertama kali masuk ke Academy.
Pemenang Hati
Sedari tadi Aulia dan Putri mencoba bicara pada Rara, tetapi gadis itu terus saja menghindar dari mereka. Bahkan, Rara pergi lebih dulu ke kelas, meninggalkan dua sahabat satu roomnya.
Sebenarnya Rara juga tidak ingin melakukan hal ini pada mereka. Namun, mengingat kejadian semalam membuat amarahnya datang kembali. Rara kecewa, bukankah sahabat-sahabatnya tahu kalau dia tidak suka dijahili dengan cara seperti itu, tapi kenapa tetap saja mereka lakukan. Untung semalam dirinya tidak pingsan.
Merasa bosan di kelas karena belum ada yang datang, Rara pergi ke belakang sekolah, duduk di bawah pohon besar dengan gitar berada dalam pelukan. Tadi dia memang ke ruangan penyimpanan alat musik untuk mengambilnya. Mahasiswa di sana dibebaskan untuk menggunakan setiap alat musik yang tersedia.
Petikan demi petikan hingga menjadi nada yang indah terus dimainkan Rara. Sebuah lagu yang berjudul 'Aku dilahirkan Untuk Siapa' mengalun dengan merdu dari bibirnya. Rara begitu menghayati. Gadis itu bahkan memejamkan mata saat bernyanyi, hingga membuatnya tidak sadar ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pemenang Hati
General FictionGunawan--lelaki cuek, namun hangat dipertemukan dengan gadis cantik yang energik--Rara. Seperti dua sisi mata uang yang berbeda, tetapi melengkapi. Sifat keduanya yang bertolak belakang justru membuat mereka semakin dekat. Rara menilai Gunawan adala...