Bab 6. Berbeda

368 61 10
                                    

Teteplah menjadi versi terbaikmu.
Tetap baik walau lelah.
Berdamailah dengan keadaan, jangan marah.
Badan boleh lelah, mata boleh basah, tetapi jangan menyerah, karena suatu saat akan berubah menjadi indah.

_E_


Pemenang Hati

Rara termangu melihat seseorang yang tidak pernah ingin ia temui duduk di salah satu kursi kelasnya. Rara menghela berat, ingin berbalik dan pergi, namun logikanya menyuruh untuk tetap masuk agar orang itu tahu kalau Rara sudah benar-benar lupa tentangnya.

Akan tetapi, ada yang mengusik pikiran Rara, mengapa orang itu ada di kampusnya dan di kelas dirinya. Rara duduk di kursi tidak jauh dari lelaki yang dari tadi terus menatapnya tanpa niat mengalihkan pandangan, seolah Rara hanya satu-satunya yang bisa ia lihat.

Pemuda itu menghampiri Rara, duduk di kursi sampingnya. Dia menundukan kepala, membasahi bibir, berusaha membuka suara.

Kedua tangan Rara mengepal, dadanya bergemuruh, ingin memaki lelaki di sampingnya dan menyuruhnya pergi. Rara menoleh dengan raut wajah tidak suka.

"Aku pindah ke sini."

Kedua mata Rara membulat. Tidak mungkin telinganya salah dengar, untuk apa Aldi pindah ke kampusnya. Rara berdecih, tidak habis pikir dengan kelakuan Aldi.

"Untuk apa? Fakultas musik? Bukannya lo nggak suka sama musik?" Rara membuang muka, merasa mual melihat Aldi di depannya.

"Sejak kapan manggil lo sama aku?" Aldi menatap sendu wajah Rara yang hanya terlihat dari samping.

Rara menggeleng beberapa kali, lalu berdecak. Sungguh bodoh pertanyaan Aldi. Rara bangkit, ingin pergi dari sana, namun tangannya ditahan oleh Aldi. Rara menarik napas dalam, menoleh ke arah tangannya, lalu melihat wajah Aldi.

"Lepas!"

"Aku aja yang pergi. Ini bukan fakultasku." Aldi berdiri, kemudian pergi, menoleh sebentar pada Rara yang masih belum mau melihatnya.

Rara benci pada perasaannya, mengapa sesulit itu mengendalikan diri di hadapan Aldi. Bukan karena dia masih mencintai, tetapi melihat wajahnya penuh penyesalan membuat Rara terkadang merasa iba.

Mata kuliah kelas Rara kali ini--solfegio. Solfegio adalah latihan kemampuan pendengaran atau ketajaman pendengaran musik, baik ketepatan ritmik maupun ketepatan nadanya. Menurut Stanly yang dikutip Sumaryanto (2005:40) dikatakan Solfegio adalah istilah yang mengacu pada menyanyikan tangga nada, interval dan latihan-latihan melodi dengan sillaby zolmization, yaitu: dengan menyanyikan solmisasi--do, re, mi dan seterusnya, kemudian dikembangkan dengan menempatkan huruf vokal--a, i, u, e, o sebagai ganti solmisasi. Solfegio juga dapat diartikan sebagai ilmu dalam memahami interval musik dan notasi. Solfegio bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang jarak nada satu ke nada yang lain dengan cara menyanyikan berbagai macam bentuk notasi, dengan menyanyikan interval nada yang berbeda-beda. Biasanya solfegio diajarkan dengan latihan-latihan menyanyikan solmisasi yang terus bertambah tingkat kesulitannya.
Dalam perkembangannya solfegio bukan hanya menyanyi saja tetapi juga mendengar dan membaca nada. Kemampuan membaca nada disebut dengan Sight Reading, kemampuan mendengar nada disebut dengan  Ear Training, sedangkan kemampuan menyanyi disebut dengan Sight Singing.

Garis besarnya, Solfegio adalah latihan kemampuan ketajaman pendengaran pada musik.

Kepindahan Aldi membuat Rara tidak konsentrasi mendengar penjelasan dosen. Kepalanya berdenyut, memikirkan akan sering bertemu Aldi nantinya.

Kelas telah selesai. Rara menyandarkan punggu pada kursi, menarik napas dalam, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Rasanya begitu lelah, padahal dari tadi dia hanya duduk.

Pemenang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang