Terkadang suka bingung dengan beberapa sahabat yang sudah menikah, lalu postingan sosiap medianya pasti banyak share resep makanan. Wekawekweka
-E-Pemenang Hati
Sesuai rencana, pulang kuliah Gunawan dan lainnya akan pergi ke rumah Ridwan. Letak rumah yang dekat dengan kampus membuat kelima sahabat itu akan berjalan kaki. Namun, sebelum itu, seperti biasa mereka nongkrong terlebih dulu di depan kampus sambil menikmati jajanan di sana.
Kali ini lidi-lidian sudah berada di genggaman Hari, dia memilih rasa asin. Sedangkan Gunawan menikmati rasa pedas balado. Ridwan, Faul dan Randa justru memilih cilok bumbu kacang sebagai cemilan mereka.
"Rumah kau deket banget memangnya Bang?" tanya Hari sambil menyemili lidi-lidian.
"Iya, paling dua kilo, di Jalan Damai situ di depan," jelas Ridwan, menjilat jari telunjuk yang terkena bumbu kacang.
Meski tidak tahu, Hari menganggukan kepala.
"Nggak apa-apa kita main?" tanya Hari lagi.
"Ya nggak apa-apalah. Rumah sepi, Bapakku di Medan. Sesekali ke Jakarta buat ngecek keadaan aku dan bisnisnya di sini."
Untuk kedua kalinya Hari mengangguk. Lidi-lidian miliknya sudah habis. Dia meremas bungkus itu dan membuangnya ke tempat sampah.
Gunawan sesekali menendang pelan batu kecil-kecil di depannya. Kelima pemuda itu berjalan menyusuri jalanan komplek Damai. Tak jarang Ridwan dan Faul membuat lelucon, dan cuma Hari yang terbahak. Sedangkan Randa terkekeh pelan. Gunawan hanya tersenyum tipis.
"Stop!" teriak Ridwan menghentikan langkah mereka. Lantas keempat temannya berhenti.
Ridwan berjalan lebih ke pinggir jalanan komplek, lalu berjongkok dan tersenyum ke arah kucing orange di sana.
"Makan belum kau? Hah?" tanya Ridwan pada kucing itu. Tidak ada jawaban, si orange hanya sibuk menjilati tubuhnya sendiri. "Selalu ya kau tidak mau jawab pertanyaanku."
"Bang kau sehat?" tanya Hari prihatin.
Ridwan kembali berdiri dan bergabung dengan teman-temannya yang dari tadi memperhatikan dengan kepala yang menggeleng.
Tanpa disangka, kali ini Gunawan yang berjalan ke arah kucing itu, menggantikan posisi Ridwan tadi.
Gunawan mengulurkan tangan, mengusap kepala kucing dengan lembut. "Kau sudah makan?" tanyanya.
Meoong...
Keempat pemuda di belakangnya membulatkan mata, menoleh ke arah Ridwan. Lalu, terbahak karena kucing itu merespon Gunawan dan bersikap tak acuh padanya.
"Kucing aja pinter milihnya." Kekehan Faul terhenti saat mendapati Ridwan menatap tajam ke arahnya.
"Maksud kau apa Faulina?"
"Santai dong!"
Ridwan melingkarkan lengannya pada leher Faul, menariknya ke bawah. Faul tidak mau kalah, dia justru menggelitiki pinggang Ridwan, dan terjadilan pergulatan lucu di antara mereka.
Pemenang Hati
"Ra, mau nginep di sini lagi?" tanya Putri. Kelima sahabat itu berada di room miliknya.
"Kayaknya, Ibu dua hari lagi baru pulang ke sini soalnya. Sepi di rumah, bete."
"Mending pulang aja, kita temenin. Besok nggak ada kelas juga, aku mau maraton drakor," kata Aulia terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemenang Hati
General FictionGunawan--lelaki cuek, namun hangat dipertemukan dengan gadis cantik yang energik--Rara. Seperti dua sisi mata uang yang berbeda, tetapi melengkapi. Sifat keduanya yang bertolak belakang justru membuat mereka semakin dekat. Rara menilai Gunawan adala...