Bab 1. Awal Pertemuan

555 79 10
                                    

Kamu percaya cinta pandangan pertama?
Kalau aku, tentu saja, iya.
-G-

Kamu manis
-R-

Pemenang Hati

Dua pemuda itu mengedarkan pandangan, mencari gedung kelasnya di mana. Hari yang dari tadi mencoba akrab dengan menyapa beberapa orang yang dia lewati akan berubah sikap saat bertemu dengan perempuan. Dirinya memasang wajah cool tetapi ramah pada mereka. Sedangkan Gunawan, tidak ada senyum yang diperlihatkan. Wajahnya terlihat datar tak berekspresi, dan itu membuat Hari berdecak kesal.

"Bisa nggak itu muka biasa aja."

Gunawan menoleh dengan tatapan tajam.

"Nggak takut!" Hari gegas meninggalkan Gunawan ketika melihat gedung kelasnya sudah tak jauh. Gunawan hanya menggelengkan kepala, kemudian berlari kecil mengejar Hari.

Keduanya sudah duduk di kursi masing-masing. Hari sudah mulai berkenalan dengan teman kelas, pemuda itu menoleh ke arah Gunawan mengajak sahabat--barunya untuk bergabung.

"Mukanya jangan lempeng gitu," bisik Hari pada Gunawan.

"Hay, saya Ridwan." Pemuda dengan lesung pipi itu mengulurkan tangan ke arah Gunawan.

"Gunawan." Gunawan menangkup tangan dari Ridwan.

"Kalian pindahan?" tanya Ridwan lagi.

"Iya," jawab Hari antusias.

Gunawan hanya diam mendengarkan. Melihat interaksi dua pemuda di hadapannya berhasil membuat dia tersenyum tipis. Sangat tipis, hingga tidak ada yang bisa melihatnya. Pemuda itu berharap bisa nyaman di lingkungan barunya, demi sebuah tujuan.

Pemuda tampan dengan wajah yang ditekuk masuk ke dalam kelas. Membanting tas di atas meja samping Ridwan, lalu duduk di sana. Kedua tangannya menggaruk rambut dengan kasar, walau tidak gatal.

"Kenapa, sih?" tanya Ridwan.

"Itu Bang, si Meli marah-marah terus sama aku."

"Eh, Randa, sepupuku yang ganteng, lebay banget, sih. Udahlah nanti juga baik lagi. Berantem, kan, memang hobi kalian." Ridwan terkekeh. "Oh, iyah, kenalin, nih, temen baru kita."

Randa menoleh ke arah dua pemuda yang dari tadi memperhatikannya dengan bingung. Randa mengangkat sebelah alis, merasa heran diperhatikan seperti itu. Namun, tidak membuatnya untuk tak mengulurkan tangan.

"Randa, sepupu Bang Ridwan."

Gunawan dan Hari bergantian untuk berkenalan. Keempat pemuda itu berbicara panjang lebar, lebih tepatnya Gunawan hanya menjadi pendengar. Dirinya hanya akan bicara jika diperlukan. Pemuda satu itu memang begitu pendiam dan cuek. Untung saja kini Gunawan justru memiliki teman baru yang sepertinya sangat berbanding terbalik dengan sifatnya.

"Hallo guys!" teriak seseorang dari pintu. Pemuda berkulit putih bersih itu masuk ke kelas dengan wajah ceria. Dirinya berhenti tepat di samping Randa, kemudian duduk di atas meja. Berhadapan dengan Randa. "Pasti gara-gara Meli, nih, bocah, cemberut aja."

"Bisa diem dulu nggak Bang Faul?"sergah Randa hilang semangat

"Ututututu." Pemuda bernama Faul itu kemudian menoleh ke arah Gunawan dan Hari, lalu berujar, "Eh, siapa, nih?"

"Kenalin itu Gunawan, dan di sebelahnya Hari. Pindahan dari luar kota." Ridwan menjelaskan.

"Hah, siapa? Gundalia?"

Gunawan yang namanya diplesetkan menautkan kedua alis. Berpikir kalau pemuda di hadapannya pasti lebih aneh dari Hari.

"Wih, santai dong Gunawan. Galak amat itu muka."

Pemenang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang