10

2.2K 234 51
                                    

12 bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12 bulan kemudian . . .


Rasa kantuk menyerang dengan begitu kuat, sampai-sampai membuat seorang wanita muda yang sedang menyusui anaknya menguap hingga beberapa kali. Ingin rasanya dia segera pergi tidur namun keadaan memaksanya untuk tetap terjebak dalam kondisi yang sebetulnya amat melelahkan. Jika saja bukan karena putri cantiknya mungkin saja Lea tidak akan kuat lagi bergadang setiap malam hanya untuk memberikan asi pada putri sulungnya. Ditetengah-tengah rasa penatnya setelah bekerja seharian.

Lea memberikan kecupan lembut pada bayinya setelah bayi perempuan itu tertidur dengan perut kekenyangan, "Selamat malam anak cantik mommy," ucapnya dengan hati yang mendadak menghangat, seketika rasa lelahnya menghilang begitu saja setelah melihat putrinya tidur dengan nyenyak.

Meskipun sebetulnya saat ini Lea sedang memikirkan keraguan lain, dia sedikit tidak yakin bisa mendapatkan pekerjaan baru besok setelah hari ini dipecat dari pekerjaan lamanya. Nasibnya karena berhenti kuliah membuat dia kesusahan mencari pekerjaan, belum lagi harus mengurus anak diluar jam kerja. Tak jarang itu memaksa Lea harus izin tidak masuk kerja karena Minji yang tiba-tiba rewel atau demam. Sampai-sampai membuat bosnya jengkel dan berakhir dengan memecat dirinya. "Besok Minji jangan nakal, jangan terlalu bangak menangis seperti hari ini. Harus menurut sama apa yang nenek katakan," nasehatinya pada bayi berumur tiga bulan itu, seolah-olah bayi itu bisa paham terhadap apa yang dia katakan. Setelah meletakan Minji pada ranjang bayinya, barulah setelah itu Lea bisa pergi tidur.

Pagi-pagi sekali Lea sudah bersiap-siap untuk mencari pekerjaan, membuat Minji yang juga telah terbangun dalam pelukan nenek menangis tak mau ibunya pergi. Selama ini dia selalu kekuarangan waktu bersama sang ibu, jadi Minji ingin mendemo agar ibunya tetap dirumah saja pagi ini, "anak mommy yang cantik jangan menangis, mommy janji akan pulang awal hari ini."

Jelas saja Minji tidak paham akan bujuk rayu dari sang Mama, oleh karena itu dia tetap menangis. Meraung-raung kuat dalam gendongan sang nenek. "Sayang . . .," Lea mengambil Minji, ajaibnya tangisan bayi perempuan itu langsung mereda. Matanya menatap Lea penuh binar dengan bibir yang masih mengercut cemberut. Membuat Lea sendiri sebetulnya tidak tega meninggalkan putrinya, setelah menarik nafas agak dalam Lea kemudian memberikan kecupan sayang pada pipi Minji lalu menyerahkan kembali anaknya pada ibunya. "Mommy berangkat kerja dulu."

"Eomma, Lea titip Minji lagi hari ini. Maaf jika Lea selalu merepotkan eomma," ucapnya dengan rasa penyesalan yang begitu besar.

"Pulanglah dengan hati-hati," balas ibunya sudah tidak ingin membalas kejadian yang sudah-sudah.

***

Hiruk piruk keramaian dan padatnya jalanan adalah hal yang tidak pernah lepas Lea temui. Bahkan teriknya hari ini sungguh membakar kulit jika saja tadi pagi Lea tidak lupa membawa jaket mungkin saja kulitnya sudah terbakar. Meskipun begitu ada sesuatu yang baik dari hari ini, dimana Lea bisa mendapatkan pekerjaan. Tadinya Lea pikir dia akan mengambil kerja part time sebagai bartender di club malam. Karna meskipun pekerjaan itu sedikit rawan, namun setidaknya dia bisa mendapatkan gaji uang lumayan banyak. Barangkali itulah yang dipikirkannya waktu diperjalanan menuju kesini. Kendati rencananya itu mendadak Lea runtuhkan setelah mengetahui gaji perbulan yang bisa dia dapatkan berkerja disini sudah lumayan besar, meskipun hanya menjadi kariawan biasa.

"Aku senang kau bisa dengan cepat memahami apa yang aku jelaskan," puji Rae atasan Lea, sekaligus kepala devisi bagian.

"Gumawo, aku akan berusaha sebaik mungkin," balas Lea sangat hati-hati berbicara dengan atasan nya itu.

"Tidak usah tegang begitu, meskipun kita atasan dan bawahan aku mau kita seperti teman saja," ucap Rae malah tidak enak, lagipula dia juga tidak gila hormat. "Kalau begitu aku akan langsung memberikan mu tugas, tapi sebelum itu aku harus mengantar berkas dulu ke ruangan sajangnim. Kau bisa ikut karna setelah itu aku akan mengantarkan kau pada ruangan kerjamu."

Lea mengangguk paham, kemudian mengikuti Rae menuju ke suatu ruangan yang bisa dibilang ruangan CEO perusahan. Rae masuk kedalam sementara Lea menunggu diluar, sedikit lumayan lama karena sepertinya Rae dan sang bos sedang membahas sesuatu terlebih dahulu. Hingga dering ponselnya membuat fokus Lea teralihkan karena ibunya menelepon, oleh karena itu dia sedikit menjauh dari depan pintu ruangan untung mengangkat panggilan.

Hingga tanpa Lea sadari seorang pria keluar dari ruangan tersebut sambil berbicara dengan orang dalam seseorang diponselnya. Baik Lea maupun pria itu sama-sama saling tidak menyadari satu sama lain. Lea lebih dulu menutup teleponnya, sementara pria itu masih menelpon sambil berjalan menuju ke lift. Mungkin ada panggilan penting sampai-sampai membuat sang atasan tersebut harus keluar dari kantor sebelum jam makan siang.

"Lea maaf membuatmu lama menunggu," sesal Rae apalagi kira-kira jika dihitung dia didalam tadi selama tiga puluh menitan.

"Tidak masalah itu bukan masalah yang besar eonni," ucap Lea tidak merasa keberatan.

"Kalau begitu ayo aku antar keruanganmu,"

***

Kayaknya cerita ini makin aneh 😔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kayaknya cerita ini makin aneh 😔

𝐒𝐮𝐠𝐚𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang