14

1.8K 231 78
                                    

Jantung Lea berdegub dengan sangat cepat ketika dia mulai memasuki ruangan bosnya. Lea sendiri bahkan tidak tau harus memulai percakapan seperti apa saat matanya menangkap sosok Jimin, yang sedang duduk dimeja kerjanya dengan menggunakan setelan hitam yang begitu rapi. Jimin tampak lebih tampan, menggoda dan dewasa. Lea sendiri bahkan dibuat terpana sampai beberapa detik. "Selamat pagi Tuan," sapa Lea sambil menundukan kepala.

"Akhirnya kau datang," ucap Jimin dengan senyuman penuh arti yang entah kenapa membuat Lea menjadi was-was.

"Kau kuterima bekerja disini sebagai sekretarisku," jelas Jimin tentu saja mendapatkan tatapan bingung dari Lea. Yang pertama Lea bahkan sama sekali tidak tamat kuliah, dan itu sangat aneh sekali jika Jimin menjadikan Lea sekretarisnya.

"Tuan . . . aku rasa ini berlebihan, aku bahkan sama sekali tidak tamat kuliah," sanggahnya, padahal Lea bahkan sama sekali tidak mengincar posisi sekretaris.

"Aku bosnya disini, jadi hanya aku yang berhak menentukan siapa yang pantas dan siapa yang tidak pantas dikantorku," Kemudian Jimin menatap Lea dengan tatapan kosong yang entah sedang memikirkan apa. "Sekarang kau bisa langsung bekerja, aku akan memberitahu tugas mu apa saja."

Mendengar itu Lea hanya bisa pasrah, toh yang terpenting dia bisa mendapatkan uanh untuk menghidupi anaknya. Oleh karena itu Lea tidak mau terlalu mengambil pusing, meskipun bekerja dengan Jimin adalah pekerjaan yang sangat beresiko. Lea juga tidak mungkin lupa dengan janjinya pada Jihan satu tahun yang lalu, untuk menjauhi Jimin. Lea berjanji setelah dia mengumpulkan uang yang banyak dia akan pergi jauh dari Jimin dengan membawa Minji ikut bersamanya.

Dengan pasrah Lea segera menuju ke mejanya dan duduk disana. Terlihat Jimin yang datang mendekat ke arahnya sambil membawa map yang Lea sendiri tidak tau apa itu. Jimin menjelaskan apa saja yang harus Lea lakukan, sambil penjelaskan pria Park itu sedikit melonggarkan dasinya membuat Lea sempat gagal fokus. Memang benar jika Jimin dan segala pesonanya adalah satu kesatuan yang brengsek.


"Kau paham?" tanya Jimin sambil menatap Lea intens.

"Aku paham, terima kasih atas penjelasan Tuan," Lea mengulum bibirnya rapat-rapat, berharap Jimin bisa segera menjauh darinya.

"Bagus kalau begitu, aku harap kau tidak mengecewakan ku."

Ya Tuhan, bisakah Jimin segera pergi menjauh darinya? Lea benar-benar tidak bisa tenang berada di dekat pria ini.

Lea kira Jimin sudah melangkah pergi menjauh dari mejanya, tapi yang terjadi pria itu malah memegang tengkuk Lea kemudian menyatukan kedua bibir mereka. Mata Lea membulat terkejut, namun Jimin justru malah semakin memperdalam ciumannya membuat Lea meremas jas Jimin kuat. Ini gila! namun Lea sendiri tidak tau bagaimana caranya untuk menghentikan kegilaan Jimin saat ini.

Barulah setelah Jimin menjauhkan wajahnya Lea baru bisa bernafas. Rasa gugup yang begitu besar seketika menguasai dirinya, membuat Lea sendiri hanya mampu menunduk tanpa berani menatap ke arah Jimin.

"Apa dugaanku salah? dada mu terlihat jauh lebih besar dari terakhir kali aku melihatnya," ucap Jimin frontal sekali. Jika memukul atasan sendiri adalah hal yang boleh dilakukan, Lea ingin sekali memukul kepala Jimin yang super mesum ini!

"Oppa—ini salah," cicit Lea yang entah kenapa terdengar ketakutan.

"Aku senang kau memanggilku Oppa, tapi aku lebih senang lagi jika kau memanggilku daddy," balas Jimin terang-terangan, membuat Lea membuang muka. 'Tidak Lea kau tidak boleh lemah seperti ini, Jimin akan semakin senang jika kau kembali menjadi gadis penurut seperti dulu. Lagipula pikirkan janji mu dengan Sohyun eonni.' batin Lea merutuki dirinya sendiri.

"Oppa hubungan kita sudah selesai satu tahun yang lalu, jadi aku mohon jangan membahas itu lagi dan berhenti menyentuhku seperti tadi." Peringati Lea dan hanya membuat Jimin tersenyum remeh.

"Aku tau, lagipula aku hanya ingin mengetes mu saja," balas Jimin angkuh, "dan tadi kau bahkan tidak menolak ciumanku," ucap Jimin menatap Lea dengan senyuman menangnya.

Bolehkah sekarang Lea bilang Jimin keterlaluan, karena pria itu mengetes Lea hanya untuk mempermainkannya. Benar-benar keterlaluan!

"Aku kira kau benar-benar perempuan baik yang tidak akan menggangu hubungan rumah tangga orang lain lagi. Tapi ternyata aku salah, kau masih murahan seperti dulu," lanjut Jimin membuat hati Lea sangat-sangat terasa sakit.

"Gumawo atas bimbingan dan hinaan yang Tuan berikan, aku akan mencoba mengerjakan semuanya sebaik mungkin," tutur Lea kemudian mencoba untuk tidak menghiraukan atensi Jimin yang sedang berdiri di sampingnya. Sampai akhirnya pria itu keluar dari ruangan kerjaanya dengan langkah yang menahan emosi. Selepas dari kepergian Jimin, Lea perlahan mulai mengeluarkan tangisannya. Rasanya begitu sakit dihina dan direndahkan oleh orang yang dia cintai.

Lea tidak tau kenapa Jimin bisa sebegitu membencinya, apa karna Lea meninggalkannya sampai membuat pria itu membencinya setengah mati. Atau karna hal lain yang tidak Lea ketahui?

Sejujurnya Lea bahkan lelah disalahkan terus oleh semua orang. Sohyun menyalahkannya karena telah menjadi penganggu dalam rumah tangganya, orangtuanya bahkan turut menyalahkan Lea karena sudah hamil di luar nikah dengan pria yang tidak jelas, ditambah Jimin yang turut menyalahkannya yang bahkan Lea sendiri tidak tau karena apa.

Saat ini Lea hanya punya Minji yang selalu ada dan yang menjadi satu-satunya alasan kenapa Lea masih bisa bertahan sampai sekarang.

Enaknya kapan ya bapak Jimin tau kalau dia udah punya anak sama lea? atau lebih baik gausah tau aja 🤔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enaknya kapan ya bapak Jimin tau kalau dia udah punya anak sama lea? atau lebih baik gausah tau aja 🤔

𝐒𝐮𝐠𝐚𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang