15 [M]

3.7K 248 60
                                    

Selama Jimin pergi, Lea memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan yang Jimin suruh tadi. Lea bahkan tampak kesulitan karna sebetulnya dia bahkan tidak tau bagaimana cara mengerjakannya. Penjelasan Jimin tadi terlalu cepat, ditambah Lea juga tidak bisa bertanya karna pria itu sudah pergi dari satu jam yang lalu. Berbagai hal telah Lea lakukan mulai dari mencari di internet, youtube dan bahkan bertanya pada Rae eonni. Butuh waktu lama bagi Lea untuk mengerjakan semuanya, dia sendiri juga tidak tau apakah hasil pekerjaannya sudah benar atau belum.

Dengan perasaan yang sedikit lega Lea mulai merenggakan otot-otot tangannya, wanita itu kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi untuk bersantai. Sampai sesosok pria membuka pintu mengintrupsi Lea dari kegiatan bersantainya.

"Kau sudah menyelesaikan apa yang kusuruh tadi?" tanya Jimin dengan nada yang galak seperti hendak memakan Lea kapan saja.

"Sudah," dengan hati yang was-was Lea memberanikan diri menunjukan hasil kerjaannya kepada bosnya.

Dahi Jimin terlihat mengkerut, seperti dosen galak yang sedang memeriksa tugas akhir mahasiswanya. "Apa yang kau kerjakan, aku tidak membayarmu untuk pekerjaan tidak becus seperti ini," cecar Jimin membuat Lea ingin rasanya menenggelamkan diri saja ke rawa-rawa.

"Kerjakan ulang, tanya aku jika ada sesuatu yang tidak kau pahami," setelah itu Jimin mengambil bolpoint kemudian mencoret hasil pekerjaan Lea dan memberikan beberapa pembenaran disana. Melihat itu Lea hanya bisa mendengus pasrah, 'apa Jimin tidak ingin meminta maaf padanya setelah pria itu mengeluarkan kata-kata kasar tadi?' batin Lea dalam hati.

Jimin kemudian duduk di meja kerjanya, membuka jasnya kemudian membuang begitu saja jas mahalnya ke sofa didekatnya. Lea tidak tau apa yang sedang Jimin kerjaakan, tapi hasil penangkapan ujung matanya Jimin terlihat sedang membuka dua kancing teratas kemejanya kemudian pria itu terlihat sibuk memainkan handphone.

Apa Jimin tidak tau kalau yang dilakukannya saat ini sangat berbahaya? Lea bahkan sampai membantin setiap kali matanya tidak sengaja melihat ke arah bosnya itu. Atau jangan-jangan ini juga termaksuk salah satu tes yang Jimin bilang tadi? Benar, mungkin sekarang Jimin sedang ingin mengujinya.

Hingga tidak lama pintu ruangan diketuk dari luar, "Masuk," suruh Jimin pada sosok yang berada di balik pintu itu tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari handphone ditangannya. Setelah mendapatkan izin, seoarang pelayan membuka pintu dengan mendorong troli makanan yang di atasnya terdapat kotak makan siang dan empat botol wine.

Apa Jimin berniat untuk mabuk? gumam Lea dalam hati. Kemudian kembali memfokuskan dirinya pada pekerjaannya saat ini.

Pelayan itu meletakan botol-botol wine dan makan siang Jimin dengan hati-hati pada atas meja. Membuat pria Park itu tampak terlihat puas kemudian mengambil sumpit untuk segera menyanyap makan siangnya.

"Lea, kau belum makan siang 'kan?" tanya Jimin pada sela-sela makannya. Baguslah kalau Jimin peka, Lea sendiri bahkan sudah menahan iri melihat Jimin yang telah menyantap makan siangnya dengan begitu lahap.

"Berikan kotak makanan itu padanya," suruh Jimin pada pelayan tadi. Dengan rasanya senang Lea menerima kotak makanan itu, kemudian membukanya. Mata Lea benar-benar berbinar melihat isi kotak makan siangnya, sungguh untuk kali ini saja Lea memuji Jimin yang tiba-tiba baik. Keduanya makan siang bersama di meja masing-masing. Dibandingkan Lea, Jimin lebih lama makan karena pria itu sambil meminum wine miliknya yang Lea tebak harga wine tersebut pasti sangat mahal. Apalagi aroma wine tersebut sampai tercium di meja Lea.

𝐒𝐮𝐠𝐚𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang