16

2.6K 230 61
                                    

Pagi ini Lea sama sekali belum bersiap-siap untuk pergi ke kantor, wanita itu bisa saja datang terlambat jika dia tidak bersiap-siap dari sekarang. Tapi yang Lea lakukan malah fokus menggendong anaknya. Lea tidak tau kenapa, tapi dia merasa malas untuk pergi ke kantor apalagi setelah kejadian kemarin. Rasanya Lea tidak mau lagi bertemu dengan Jimin, kalau bisa Lea ingin menghindar saja dari pria itu.

Udara pagi ini sangat segar, Lea membawa Minji untuk berjemur di sinar matahari pagi. Dirasa sudah cukup, Lea membawa bayinya masuk kedalam rumah. Minji terlihat menguap, sepertinya bayi mungil itu ingin tidur lagi bersamaan tangan mungilnya yang mencari susu sang ibu.

Bagaikan tersengat, Lea baru merasakan area dadanya yang terasa membengkak akibat ulah Jimin. "Sayang, sekarang kita mandi dulu habis itu baru lanjut tidur lagi," setelah mengatakan itu Lea mencium pipi Minji penuh sayang. Setiap hari biasanya Lea selalu menyempatkan waktu untuk memompa asinya untuk di stok di dalam kulkas, mengingat jika dia sedang pergi bekerja dia tidak bisa menyusui Minji.

Minji langsung menangis saat kakinya bersentuhan dengan air mandinya, padahal Lea sudah menyiapkan air hangat. Tapi Minji selalu saja menangis setiap kali dimandikan, "Sayang Mama kenapa menangis?" ucap Lea disela-sela tangisan Minji, sesekali tanggannya mengusap-usap kaki anaknya dengan air agar Minji mulai terbiasa. Kekita sudah dirasa cukup Lea kemudian membasahi tubuh Minji. Tangisan Minji pun berangsur-angsur menghilang karna lebih terfokus bercanda dengan ibunya. Karena bayi tidak boleh mandi terlalu lama, Lea segera menyabuni tubuh Minji, membilasnya kemudian menyelimuti tubuh Minji dengan handuk yang sudah disiapkan.

"Anak mama pintar sekali," Lea memcium hidung Minji gemas, kemudian membawa buntalan menggemaskan dalam gendongannya itu ke kamar.

***

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh pagi dan Lea dengan santainya membuka pintu ruangan Jimin lalu langsung duduk di mejanya. Hanya perasaan Jimin saja atau kondisi ruangan terasa mencengkam saat Lea datang. Jimin bahkan dibuat menelan ludah saat matanya dan mata Lea tidak sengaja bertatapan, terlebih Lea seperti menatap tajam padanya. Membuat Jimin sendiri tidak berani menegur atau membicarakan soal keterlambatan Lea pagi ini.

Apalagi sepertinya perubahan sikap Lea ada sangkut pautnya dengan kejadian kemarin yang sebetulnya memang Jimin lakukan dengan tingkat kesadaran yang utuh. Awalnya Jimin memang mabuk, tapi jika dia sudah tertidur sebentar maka mabuknya akan hilang. Membuat efek mabuknya kemarin hanya semata-mata untuk meningkatkan adrenalin nya saja.

"Lea?" panggil Jimin dari mejanya memberanikan diri, membuat Lea langsung menoleh ke arah Jimin dengan tatapan tajam.

Seketika Jimin dibuat untuk menelan salivanya, "Aku minta maaf soal kejadian kemarin, kau tau saat itu aku sedang mabuk," jelas sekali Jimin sedang beralasan.

"Memangnya jika seseorang sedang mabuk apa dia tidak sadar dengan apa yang sedang dia lakukan?" tanya Lea penuh selidik.


Tentu jawaban Lea membuat Jimin tidak bisa berkata-kata lagi, "kau tau aku memang sedikit sadar tapi akal sehatku tidak bisa berjalan karna efek mabuk itu."

"Alasan Oppa seperti orang yang sedang mencari pembenaran," sindir Lea semakin menyudutkan Jimin.

"Tapi kemarin aku merasa seperti menghisap asi dari payudara—."

"Itu karena efek mabuk Oppa saja!" potong Lea cepat, dengan pipi yang memerah, "Kemarin sepertinya Oppa benar-benar sedang mabuk."

Entahlah Jimin jadi bingung sendiri, mungkin Lea benar jika kemarin dia sedang mabuk. Hingga beralusinasi seperti begitu.

"Kalau begitu lupakan kejadian kemarin, aku tidak mau kejadian itu terulang atau di ungkit lagi," ucap Lea kemudian mulai fokus ke laptopnya.

Lea sadar berada di dekat Jimin sama saja dia mendekatkan diri pada bahaya, belum lagi Lea tidak tau kapan Sohyun akan datang tiba-tiba ke kantor untuk menemui suaminya. Jika hal itu terjadi maka Lea akan mendapatkan masalah besar.

"Aku mengerti," balas Jimin kemudian setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara keduanya.

Lea sendiri terlihat benar-benar fokus mengerjakan pekerjaanya sampai-sampai dia merasa mengantuk lalu menidurkan kepalanya di atas meja sebentar. Mungkin saja setelah istirahat sebentar rasa kantuknya benar-benar akan hilang. Namun sayangnya Lea malah lanjut tidur hingga tiga puluh menit lamanya. Menyadari sekretarisnya yang sedang tidur, dalam kondisi normal mungkin Jimin akan memarahi sekretarisnya itu. Tapi karena sekretarisnya adalah Lea menjalan mendekat, mengangkat tubuh Lea hati-hati kemudian menidurkan wanita itu di atas sofa. Jimin bahkan membuka jasnya untuk menyelimuti tubuh Lea lalu kembali kemejanya.

Jimin kemudian mengeluarkan handphonennya lalu melakukan video call dengan seseorang wanita.

Jimin kemudian mengeluarkan handphonennya lalu melakukan video call dengan seseorang wanita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


agak aneh alurnya tapi gpp aku maksa.

𝐒𝐮𝐠𝐚𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang