Brondong Komplek

69 20 15
                                    

Guys, bacanya senyaman kalian aja yah. Soalnya ini sampe 1400an kata, takut kalau kalian bosen but i hope you enjoy this part. Thank you!


Janitra

Kata orang ada dua alasan kenapa kita selalu merasa waktu cepat berlalu, yang pertama katanya waktu kerasa cepat berlalu ketika kita menikmati waktu tersebut, dan yang kedua kata orang kalau waktu kerasa cepat, tandanya kiamat udah dekat. Ngeri gak sih? Makanya, gue pilih pilihan yang pertama aja.

Gue cukup sedih sih, tahun udah mau di penghujung akhir. Padahal rasanya masih kemarin gue menikmati acara tahun baru bersama Mamih, Oji, Nana (Pacar Oji), dan satu lagi si kampret yang gak pengen gue sebutin namanya. Ah, kalau keingat waktu, tenaga dan perasaan, serta materi yang gue habiskan selama tiga tahun sama dia membuat gue pengen banget muntah saking besarnya rasa benci gue ke dia. Tapi ya sudahlah... namanya juga penyesalan.

Kalo kata Mamih, "Penyesalan itu memang sudah tepat datang diakhir, kalau diawal kamu harus booking..."

Makanya, instead of menghabiskan air mata berharga gue untuk si kampret itu gue lebih memilih untuk menikmati sisa tahun dengan kebahagiaan. Ngomongin soal kebahagiaan, gue yakin setiap orang punya kebahagiaan paripurnanya masing-masing. Untuk gue pribadi, gue yakin rasa kebahagiaan itu sendiri bisa didapatkan dari berbagai hal, yang sederhana sekali pun. Entah itu makan makanan enak, punya waktu yang cukup untuk rebahan sepanjang hari, paket data unlimited, sampai yang paling manisnya adalah, turut merasakan kebahagiaan orang lain. 

Gak ada yang bisa mengalahkan perasaan membuncah ruah di hati gue ketika menyatakan bahwa pasien gue sudah berhasil melewati masa-masa sulit mereka. Sebagai orang yang melihat bagaimana mereka menderita melawan sakit, perjuangan dan semangat mereka untuk sembuh, ingin gue ucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya karena selalu bersabar dan memberikan kepercayaan kepada gue untuk membantu mereka pulih kembali. Dan ketika gue melihat wajah-wajah bahagia penuh tangis haru  yang saling meraih raga sebagai bentuk perayaan dari kemenangan mereka, membuat hati gue terasa hangat dan ada perasaan-perasaan yang gak bisa gue jelaskan secara gamblang. Intinya, ini loh level bahagia tertinggi gue. Karena saking bahagianya, gue gak mampu menjelaskannya dengan kata-kata.

Sekarang gue berada di depan UGD menunggu dr. Rachel, dokter residen yang sering banget ngintilin gue kemana-mana itu janji makan malam bareng dan kayaknya bakal melenceng sedikit dari rencana yang sudah disusun pasalnya si kampret yang membuat tiga tahun gue terbuang sia-sia tiba tiba muncul dan maksa gue buat ikut dia.

"Jangan pegang-pegang!" Selak gue kesal mencoba melepaskan lengan gue dari genggamannya.

"Bentar doang Janiiiiii, aku mau ngomong"

"Ngomongnya disini aja! Kenapa sih perlu ke mobil lo? Ogah!" Gue menghentakkan lengan gue keras membuat tangan Kevin terhempas.

"Aku gak bisa ngomong disini, ikut sama aku ya? Bentaaaaaar aja"

"Terserah, gue udah gak mau punya urusan sama lo. Bye!" Gue mendorong bahunya ketika mencoba menghalang-halangi jalan gue kemudian berjalan menjauh. Lagian yah, harusnya kejadian dia keciduk tempo hari udah cukup buat dia untuk gak muncul-muncul lagi di hadapan gue!

Apalagi sih yang kurang jelas? Harusnya salam jari tengah gue udah cukup menjelaskan kalau hubungan dia dan gue udah selesai. Semua barang-barang pemberian dia udah gue balikin, uang yang dia keluarin selama tiga taun udah gue bayar, pokoknya semua tentang dia udah gue musnahkan dari hidup gue. Kalau perlu, gue pengen banget malah musnahin dia dari muka bumi ini.

Gak menyerah dia bahkan mengejar gue dengan muka hampir menangis, ck.. udah gak mempan!

"Jani...Jani, please dengerin dulu. Mamah aku pengen ketemu, kamu tau sendiri kan Mamah aku gimana sama kamu!"

Pretty Janitra Who Buys Me Food | Jennie, JuyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang