Suprise, Motherfucker!

84 22 7
                                    

Janitra

"Janitra, Helloooooow........ This is not the first time you having sex. Relax!!" sewot Chaca, sahabat karib gue. Iya, benar setelah kejadian di pagi hari gue terbangun dengan cowok yang gue fikir Jonathan (awalnya) membuat gue terburu-buru memungut pakaian-pakaian gue yang berserakan di lantai kemudian lari seperti dikejar-kejar setan dan sekelebat memori samar semalam membuat gue shock merutuki betapa bodohnya gue.

"Gimana gue gak gila, Cha? Dia umurnya jauh dibawah gue. Enam tahun Cha! Enam tahun!!" gue memijit pelipis gue yang berkedut-kedut, mengingat bagaimana bisa gue berakhir nidurin adeknya Sandra. Mati gue.

Sumpah demi apapun, pokoknya gue harus berhenti minum mulai hari ini juga. 

"Ck, bonyok gue juga beda sepuluh tahun dan simsalabim jadi apa? Jadilah gue"

Chaca menepuk tangan ala Pak Tarno dengan gerakan leyeh-leyeh kemudian dengan asik menyendok es krim ke mulutnya dan gue yang didepannya sudah setengah gila mengacak-ngacak rambut gue sendiri dengan mulut yang gak berhenti berceloteh, "Bayangin Cha, dia masuk SMP gue udah berdarah-darah berjuang supaya lulus di ujian OSCE" tambah gue sambil membayangkan diri gue  yang kala itu udah terseok-seok di pelataran fakultas dengan buku-buku tebal yang gue tenteng.

"Belum lagi nih ya Cha, Dia masih di masa pubertasnya, gue udah punya pengalaman clubbing  and having sex, FOR THE FIRST TIME!" 

"Lo gak usah mikir masa lalu terus lah, gak bakal habis. Si Alam-alam itu kan juga udah dua puluh tahun. HE'S FUCKING LEGAL!" Balas Chacha emosi

"Tapi kan ini kasusnya beda Chaaaaa...." Gue merengek, Chacha memutar bola matanya kemudian berdehem dan mengibaskan tangannya di udara, "Udah ah, Jan. Ikutan stress gue liat lo!"

Kebayang gak sih betapa shocknya gue tau kalo yang ternyata semalam nananini sama gue ternyata Segara Alam? Tetangga gue sendiri? Adeknya Sandra? Temen karibnya Adek gue, si Oji? Kayak sumpah deh, gue mesti ngapain? Masalahnya adalah keluarga dia sama keluarga gue, saking lamanya udah tinggal di lingkungan yang sama membuat kita secara tidak sadar terikat dalam hubungan yang lebih dari kata akrab lagi. Dan catat lagi, jarak umur gue sama dia terbentang jauh. Gue aneh gak sih? ANEH BANGET!

"Yang penting kan lo gak ngajak dia ngewe pas masih bocah!" 

"Yah enggak lah, Nyet!"

"Terus?"

"Ya terus gue mesti ngapain Chaaaaaaaaa...."

"Kalo dia minta tanggung jawab, lo bilang kalo that night was a mistake. Minta maaf! Kasih tau gimana perasaan dan kondisi lo dengan jelas biar gak sakit hati, ya gimana gak sakit hati sih habis seranjang semalam eh pas paginya langsung ditinggal gitu aja. Brengsek emang "

"Lo temenin gue ngomong gitu ke dia ya Cha? Please gue gak berani" cicit gue hampir nangis memohon kepada Chacha yang udah siap-siap pergi dan tentu saja ditolak mentah-mentah sama dia.

And that's how  hubungan gue dan Alam merenggang. Yang paling gue ingat adalah ketika dia bilang udah menyukai gue jauh sebelum insiden malam itu dan cukup membuat gue merasa canggung ketika berada di ruangan yang sama, hal ini yang membuat gue sejarang mungkin pulang kerumah karena kesempatan ketemu Alam bakal selalu ada, dan ketika dia memutuskan untuk pergi ke San Fransisco, membuat gue merasa bersalah di beberapa kesempatan tertentu. Dan hal terakhir yang dia bilang sebelum berangkat membuat semakin banyak kesempatan untuk gue merasa bersalah, karena sampai akhir pun dia tetap memikirkan perasaan gue.

"Aku ngerti kok mbak. I understand how you feel, so I will take care of my own feelings"





















Pretty Janitra Who Buys Me Food | Jennie, JuyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang