Kevin Lagi

49 11 1
                                    

TRIGGER WARNING/NSFW

PART INI MENGANDUNG KONTEN YANG MUNGKIN TIDAK NYAMAN DAN DAPAT MENTRIGGER BEBERAPA ORANG KARENA AKAN MEMBAHAS SEPUTAR PELECEHAN SEKSUAL, KEKERASAN, PENYIKSAAN, DAN HAL-HAL SENSITIF LAINNYA. DIHARAPKAN KEBIJAKAN DARI PEMBACA.

Janitra

Setiap kali gue ditanya, apa sih enaknya jadi dokter?

Gue jadi selau keinget sama pengalaman gue pas koas. Tepatnya waktu gue dirotasi ke stase forensik di RSCM. Rasanya campur-campur, antara excited karena gue lumayan tertarik karena stase ini terkesan dengan hal-hal yang berbau detektif, but on the other side, ngeri juga sih.

Dan memang benar, seperti yang sudah gue bayangkan departemen ini erat hubungan dengan mayat dan segala tindak kriminal. Sebagaimana dengan teori mengenai Ilmu Kedokteran Forensik itu sendiri, aplikasi ilmu ini bukan untuk kepentingan masalah kesehatan maupun kedokteran, melainkan untuk kepentingan penegakan hukum. Selama enam minggu penuh gue berada di stase ini, gue mendapatkan lumayan banyak kasus, dari kasus visum mati maupun hidup. Dan jujur aja, gue cukup trauma. Bukan cuma soal gue harus berhadapan dengan segala jenis mayat. Nyatanya, hal yang membuat gue jauh lebih ngeri adalah ada sisi dunia yang gak gue ketahui, and it's so dark.

Jauh lebih gelap dari cerita mulut ke mulut, berita-berita di tv, artikel-artikel di portal berita dan jauh lebih mengerikan dari pengalaman-pengalaman horror gue. Kasus KDRT, penyiksaan/penganiayaan, kekerasan seksual, dan lain sebagainya. Dan tidak lupa, kasus visum mati pertama gue di stase forensik, kasus pemerkosaan. Sekitar pukul sepuluh malam, gue lagi ada tugas jaga malam IGD tiba-tiba mendapat pemberitahuan mengenai jenazah yang diduga korban kekerasan seksual akan segera tiba. Kondisi jenazah secara tampilan dan bau tidak karuan lagi, jenazah ditemukan di kolong jembatan penyebrangan dan kemungkinan besar sudah berada di air dalam waktu yang lama. Dan tanpa identitas. 

Pikiran gue berkecamuk, perasaan gue gak nyaman, dan kepala gue pusing bukan main. Indera penciuman gue serasa dipaksa berhenti berfungsi saat itu juga, dan bau tidak sedap menyeruak ke seluruh penjuru ruangan bahkan sebelum kantong jenazah dibuka. Bahkan baunya gak bisa dihalau oleh bau kopi yang ada di masker. Gue gak bisa menceritakan secara detail, karena sangat disturbing untuk diceritakan ke orang awam. Intinya, semua proses dilakukan sedetail mungkin untuk mengungkap kematian si korban. Tapi ya, pengalaman ini cukup sekali aja. 

Efeknya pun jangka panjang, gue bahkan hampir gak bisa mengunyah makanan gue beberapa hari. Dan gue masih mengingat jelas bagaimana kondisi jenazah, bahkan sampai hari ini. Berada di stase forensik, membuat gue tertampar ternyata kasus-kasus yang biasa gue lihat di film, drama korea, serta buku kesukaan gue, Indonesia X Files, bukan sekedar fiksi atau karangan biasa. Hal-hal semengerikan itu bisa terjadi sama siapa aja di dunia ini. Dan ternyata, di dunia ini ada banyak orang-orang sinting yang gak punya perasaan dan hati. Makanya, gue berharap siapa pun kalian dan dimana pun kalian berada, gue harap kalian selalu disertai perlindungan.

Intinya sih, dokter itu sama aja dengan profesi lainnya. Ada suka dan dukanya. Kalau menurut gue pribadi, kalau ada kata yang lebih tepat dari kata 'enak' mungkin itu lebih menggambarkan jawaban gue, karena bekerja sebagai dokter gue gak bisa sepenuhnya bilang enak. Tapi secara positif, iya. Gue menikmati pekerjaan gue, segala risiko, bagus dan buruknya, tentu bukan lagi hal yang bisa dibicarakan mengingat gue berada di 'lapangan' ini bisa dibilang sudah cukup lama. 

Salah satunya yang sering diprotes oleh orang-orang non-dokter disekitar gue adalah soal ritme kerja profesi gue yang gak menentu. Mau itu hari kerja atau hari libur, tanggal merah, tanggal hitam, tanggal biru atau hijau, gak peduli itu malam atau siang, gak ada bedanya. Kita harus selalu siap sedia dan ke Rumah Sakit setiap saat, keadaan darurat itu gak bisa terbantahkan dan keberuntungan gak datang satu kali. Hal-hal yang seperti itupun sudah gue fikirkan jauh sebelum gue memutuskan mengabdikan hidup gue sebagai dokter. Lebih dari itu, gue lebih merasakan rasa syukur dan puas ketika usaha gue untuk membantu pasien yang gue tangani, sembuh. Atau dalam keadaan gawat darurat, gue bisa menolong orang lain untuk keluar dari keadaan kritisnya. 

Pretty Janitra Who Buys Me Food | Jennie, JuyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang