8. Bumi yang Terlihat Kecil di Mata Jagat

8 2 0
                                    

HAPPY READING!!

Semoga pada takut nyaman semua setelah baca Takut Nyaman!!

Jangan lupa kasih vote, coment ya temen-temen. Share juga Takut Nyaman ke temen-temen sekalian!!

Selamat membaca!

***

"Habis ngapain, sama siapa, dimana sampai-sampainya kamu jadi begini?"

Jagat masih berusaha menguarkan sesuatu yang membuatnya mual. Dia bahkan menyesali pertanyaan mamanya yang tak membantunya sama sekali.

"Jagat jawab mama, habis ngapain?"

Jagat masih memasang wajah sama dengan tadi, "sekolah," jawabnga cepat-cepat, sebelum ia memuntahkan lagi sesuatu dari perutnya.

"Iya mama tau, Jagat. Mama nanya di sekolah ngapain!" ketus mamanya, yang sama seperti Jagat, tak bisa mengerikan jika menegur sesuatu.

"Belajar," jawab Jagat kemudian melakukan hal yang sama lagi.

Belajar ngapain.
Itu yang hendak mamanya tanyakan. Tapi begitu retoris. Sayangnya, mamanya lebih pandai menebak.

"Hah! Sama siapa?" beo mamanya.

Jagat melirik singkat, kemudian masih membuka mulutnya ketika gejolak mual tiba-tiba muncul. Ia paham benar, mamanya tidak hanya suka Traveloka, tapi benar-benar suka, hingga ke otaknya juga. Ya, Jagat tau mamanya traveling.

"Bulan," Jagat kembali menjawab, kemudian meraih kotak susu di dekatnya, dan menyeruputnya.

"Hah, Bulan jadi transgender?"

Sial. Pertanyaan itu membuat Jagat menyemburkan susu di mulutnya ke wastafel.

Dia tak tau harus ngakak atau tertawa dulu. Tak penting, pertanyaan mamanya sungguh bukan hal yang perlu ditanyakan. Jagat harus cepat-cepat dan kembali ke rumah sakit, menjaga Bumi nya agar kembali pulih.

"Kalo iya kenapa Ma?"

***


Dengan kedua bola matanya yang tertutup rapat, tapi hatinya enggan tidur, Jagat masih saja dengan posisi yang sama, sebelum suara Bumi membangunkannya.

"Bu... Bu... lan?"

Jagat menegak, melihat wajah pucat Bumi, kemudian menoleh. Ia tak mendapati apapun.

"Kumat lagi lo?" respon Jagat.

Bumi masih menatap pintu ruangan, kemudian berganti memandang raut khawatir Jagat.

Ia tersenyum tipis, "alhamdulillah, udah mendingan. Ngga ada yang tau kan?"

Bumi mencoba merubah posisinya menjadi duduk, Jagat segera membantunya. Namun Bumi lebih bisa melakukannya sendirian.

"Ngga ada yang boleh tau tepatnya," balas Jagat.

"Bulan kesini ngga?" tanya Bumi.

Jagat tersenyum tulus, "dia sibuk."

"Serius ngga ke sini?"

"Gue ngga mau bikin lo tambah sakit kalo bilang iya," kata Jagat.

Bumi tersenyum simpul, "itu malah obat bagi gue Ja."

"Lo suka apa gimana sih? " tanya Jagat.

"Menyukainya karena Allah," ungkap Bumi, gamblang.

Jagat tertawa.

Takut NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang