HAI PEMBACA!!
KANGEN GA SI, LAMA NGGA UPDATE! WKWK.
ABSEN DULU YUK SIH!
TUJUKIN EMOT BULAN KALIAN SEBANYAK MUNGKEN!Hidup adalah gaya.
Mati gaya aja candid.
Ngga ada gaya ya ruwed.Kenapa harus gue?
"Bulan! Kamu apakan Bumi! Pak Agus!"
Sial. Bulan tak bisa mengelak apapun lagi ketika Mis Esti, guru killer yang no because melihatnya dalam posisi berdarah dan menggendong Bumi.
Tidak ada pilihan lain ketika melihat Jagat dan Fia yang menyodorkan ranjang ambulance, selain meletakkan Bumi di ranjang itu, dan membiarkan kedua tangannya ditarik ke belakang begitu saja oleh Ms Esti.
"Bulan! Ke BK sekarang!"
Bulan diam dengan tatapan datarnya, Jagat menoleh merasa iba, "ta..-"
"Engga ada tapi-tapian! Kamu, kalo benci sama Bumi enggak gini caranya! Bahaya Bulan!" potong Ms Esti cepat membuat Jagat merubah raut wajah khawatirnya berkali lipat.
Jagat tau Bulan tidak salah dan tidak pantas disalahkan, justru Bulan yang menolong Bumi. Tapi, sudahlah. Jagat tidak mau melawan Ms Esti, karena tak ingin namanya terpampang jelas di black book.
"Fi, bantuin gue, anj. Bulan ngga salah!" pinta Jagat sambil mendorong ranjang.
"Mau gimanapun bukti Bulan benci sama Bumi itu kuat banget," sanggah Fia.
Fia menatap Jagat yang masih memandang Bulan dari jendela ambulance, setelah mereka berada di dalamnya, "gue yakin, Bulan ngga bakalan jatuhin imagenya."
***
"Kamu! Sudah berkali-kali saya lihat kamu bermasalah dengan Bumi. Ada masalah apa sebenarnya diantara kalian?"
Bulan masih menatap wajah datarnya. Merancang semua strateginya.
"Ada masalah apa Bulan? Kita bantu selesaikan, setidaknya kalian berhenti bermusuhan," saran Bu Ina, guru baik.
Guru berhijab lebar mendekati Bulan, mengelus punggungnya, menanti jawaban Bulan yang masih berekspresi layaknya papan kayu. Sedangkan dua guru lawan jenis duduk di depan Bulan mandang sinis, menuntut pertanggungjawaban.
"Tidak ada," balas Bulan seadanya, membuat dua orang di seberangnya mengeratkan rahang.
"Lalu, kamu apakan Bumi!" tuduh Ms Esti.
"Gendong," jawab Bulan, memberikan fakta.
Pak Siswoyo, guru setengah botak berkumis tebal yang duduk di seberang Bulan menggebrak meja.
"Maa sya Allah," pekik Bu Ina, kaget.
"Kamu kira kami buta huh!" seprotnya tak terima.
"Apa sih susahnya bilang, saya salah Lan?" tambah Ms Esti.
"Kemari Pak, saya tunjukkan sesuatu," kata Bulan membuka pintu yang berada di dalam ruangan BK yang berhubungan langsung dengan ruang cctv.
Bulan mengotak-atik komputer dan menunjukkan sesuatu.
***
"Bumi kayaknya suka lo Lan."
Bulan melirik, melihat sekilas wajah Jagat yang masih menatapnya, membuat Jagat menghela nafas, mengendalikan ekspresinya.
"Lan..-
"Kalau gue udah tau lama?" potong Bulan cepat.
"Tapi sekarang udah jelas, dan respon lo bakal kayak gitu terus?"
"Gue masih gue yang dulu," balas Bulan singkat.
"Lan, seenggak..-
Bulan menambah kecepatan motor ninjanya maksimal, membuat Jagat terlonjak dan spontan menghentikan pembicaraannya.
"Gausah bahas. Gue tau yang lebih baik," ketus Bulan, kemudian menetralkan kembali laju motornya.
Jagat meneguk ludahnya, kicep. Jantungnya berdebar kencang, dia tak tau apa ini salahnya atau salah Bulan. Yang pasti bukan salah setang motornya yang ngegas sendiri. Sial, Jagat ingin memuntahkan semangkok mie instan yang dua jam lalu ia makan.
HAI HAI HALLO!LAMA BANGET NGGA UP:)
LANGSUNG FOLLOW, FOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA!!
JANGAN LUPA BAGIKAN TAKUT NYAMAN KE ORANG-ORANG TERDEKAT KALIAN!
See you next time!
Maunya update seminggu dua kali atau gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Takut Nyaman
Novela JuvenilDISARANKAN UNTUK FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Ssstt, folback? DM aja, aman. . . . . . KALAU KAMU BERANIN KE SINI, KAMU HARUS PERCAYA SATU HAL. "Pola pikir itu dibentuk, situasi juga bisa diciptakan."