"Can, apa kau tau apa makhluk paling kuat dibumi ini?".
"Hmn...., Manusia kan?".
"Manusia tidak kuat. Kita hanya menyeramkan".
"Lalu?".
"Tardigrada".
"Hah?. Tardi apa?".
"Tardigrada atau dikenal juga dengan nama tardigrade".
"Itu nama yang aneh. Apa itu tardigrada?".
"Tardigrada berarti pejalan lambat. Dia dikenal juga sebagai beruang air".
"Beruang air?. Seperti apa bentuknya?. Apa seperti beruang madu atau beruang kutub?".
"Kita tak akan bisa melihatnya".
"Eh?".
"Karena dia sangat kecil hingga kau tak bisa melihatnya dengan mata telanjang. Dia juga begitu jelek hingga kau tak akan terlalu suka menatapnya".
"Haiss... mama. Mama selalu mengajarkanku hal aneh!".
"Tidakkah tardigrada luar biasa?. Jika tardigrada seorang manusia, maka talenta yang dia punya akan sangat menakjubkan".
"Tapi dia bahkan tak memiliki manfaat selain tak bisa mati mah".
"Menurutmu begitu?".
"Hmn. Apa bagusnya tak memilki manfaat?. Tak bisa mati bukannya seperti kutukan?".
"Well, mama rasa kau benar".
"Mama menyukai tardigrada?".
"Suka ?. Hmn... Lebih kepada takjub saja sebenarnya. Tardigrada makhluk yang menakjubkan".
"................".
"Kenapa kau menatap mama seperti itu can?".
"Jika mama bisa begitu menyukai tardigrada, mengapa mama tidak bisa menyukai papa?. Jika mengingat cerita mama, can rasa mereka cukup mirip. Sulit mati, kuat beradaptasi dimanapun, dan yang terpenting..... tidak ada manfaatnya".
"What?. Pft..... hahahahahah..... aw can!. Bagaimana bisa kau menyamakan papa mu dengan beruang air?!. Hahaha.... tapi kau benar!. Mereka memang mirip!".
"Orang seperti papa hanya bisa dimanfaatkan spermanya. Tidak lebih!".
"Hahahaha...... kau benar sekali!. Papamu bahkan tak bisa disebut sebagai ayah!. Dia lebih cocok disebut pendonor sperma!".
"Yah..., sangat tak berguna!".
"Bicara hal tak berguna. Anak mama yang satu ini juga keras kepala dan sedikit tak berguna kan?. Apa itu artinya kau adalah tardigrada mama?".
"What?!. Lebih baik aku jadi kera sakti dari pada jadi makluk mikroskopis yang tak berguna itu mah!".
"Pft.... hahahahahahaha......aw, monyet kecil mama marah.....".
*************
"Mama .....". Can terbangun dari tidur siangnya ketika mimpi masa kecilnya terngiang menjadi bunga ditidurnya. "Ku harap aku lahir dari batu seperti kera sakti". Ucap can menatap langit langit kamarnya yang putih polos.
"Pft......". Suara tertawa kecil tertangkap telinga can. "Kau memang monyet can".
"Shit ae!". Can mengutuk ae kesal.
"Bukan salahku. Siapa suruh menggumam terlalu kuat?".
"Apa salahnya?!. Ini kan rumahku!".
"Hahahaha..... iya monyet kecil. Kau benar".