*can pov*
Ah...., rasanya berada disurga....
Menikmati segelas susu hangat dan roti tanpa gangguan siapapun.
Benar, tanpa diganggu siapapun.
Hari ini aku sendiri dirumah yang berhasil ku beli dan ku isi perabotannya dengan usahaku sendiri.
Tidak ada tin, dan ada ae, bahkan tak ada mata mata dari penyidik mengesalkan itu.
Setelah tin menghilang bersama ae dua hari yang lalu, mereka sudah tidak lagi muncul.
Aku tak terlalu tau apa yang mereka lakukan, tapi yah... mereka tak akan mati.
Atau lebih tepatnya, mereka tak bisa mati.
"Nyam... nyam....". Aku mengunyah rotiku dengan riang gembira.
Begini lebih baik, aku tak perlu terjaga karena takut, tak perlu menahan rasa sakit, dan tak perlu berpura pura kuat.
Aku merasa bebas.
Rasanya sangat..........
*deg!*
Eh?, perasaan apa ini?.
Aku merasa sesuatu sangat mengganjal didadaku. Sesuatu yang sesungguhnya selalu terasa seperti ini, tapi entah mengapa sekarang terasa tidak nyaman.
Bukankah aku terbiasa menggapai tujuanku sendiri?.
Aku juga terbiasa hidup sendiri walau ada ae didekatku.
Ada apa denganku?.
Aku menatap sekeliling rumahku dan tak ada yang berubah.
Semua sama, lalu apa yang berbeda?.
*ting* *tong*
Suara bell rumahku berbunyi.
Tak langsung membuka pintu itu, aku terlebih dahulu memeriksa siapa itu melalui ccTV.
Mengapa?. Karena banyak yang ingin membalas dendam padaku. Aku tak bisa asal membuka pintuku pada semua orang.
"Can!!. Buka pintunya!. Aku tau kau di dalam dan mendengarku!".
Suara pria tertangkap telingaku.
Aku melihatnya, tin yang mengetuk pintu rumahku.
*deg!*
"Eh?".
Sesuatu yang hangat memenuhi dadaku dan menyebar ke seluruh tubuhku.
Aku tak tau aku bisa merasakan ini setelah aku memutuskan berpisah dari ibuku.
Rasanya sangat hangat dan nyaman hingga membuatku nyaris menitiskan air mata.
Apa ini artinya aku merindukan tin?.
Ah ..... ini berbahaya.
Aku seharusnya tak boleh punya titik kelemahan.
*can pov end*
****************
Can hanya menatap layar ponselnya yang tersambung ke kamera cctv rumahnya.
Dia hanya diam dan menatap tin yang duduk manis layaknya bocah kecil yang menunggu dibuka kan pintu oleh ibunya.
*knock!* *knock!*
Tin kembali mengentuk.
"Aku tau kau disana. Aku bisa merasakan talenta yang kau katakan tak berguna itu menatap tepat dibelakang kepalaku". Ucap tin. "Kau ingin memakanku atau apa hah?".