Diruangan tanpa akses ke dunia luar ...
Diruangan dimana nyaris puluhan cctv terpasang...
Dan diruangan dimana hanya dia yang menempati.
Kurang lebih seperti itulah tempat dimana can berada saat ini.
"Hal ini membuatku jadi teringat. Bagaimana dengan rumahku?. Apakah rumahku rutin dibersihkan?. Semoga rayap tak merusak pintu dan jendela rumahku".
Can menuliskan hal itu dibuku harian yang diwajibkan untuk dia tulis tiap hari semenjak para penyidik itu memisahkannya dari tin, tak mengijinkan mereka bertemu.
"Bagaimana?". Tanya blade pada seorang psikolog. "Apa dia benar bipolar?".
Psikolog tersebut hanya menggelengkan kepalanya. "Sejauh ini, dia nampak normal. Namun aku bisa merasakan ada yang tak stabil darinya. Jika seperti ini terus, akan lebih bijaksana jika pasien dipindahkan ke rumah sakit dan melakukan terapi. Memenjarakannya disini hanya akan membuatnya semakin kacau".
Blade nampak tak suka dengan ide itu. "Lalu membiarkannya membunuh lebih banyak orang lagi?. Apakah anda lupa dia monster?. Dia sangat berbahaya". Ucap blade menatap psikolog itu dengan tatapan seakan dia gila.
"Huft.... begini tuan blade. Sudah sebulan pasien ditempat ini bukan?. Jika tuduhan anda benar dia sebegitu berbahaya, maka saat ini saya dan anda tak akan bisa berbicara dengan bebas tuan. Mohon pikirkan itu baik baik". Psikolog itu segera pergi meninggalkan sang penyidik.
Blade kemudian berjalan menuju ruangannya dimana banyak layar monitor yang tersambung ke cctv dimana can berada.
Mereka memantau can selama 24 jam.
"Sedang apa dia?". Tanya blade pada tangan kanannya rome.
"Tidur pak. Sejak tadi dia hanya tidur dan beberapa kali ke kamar kecil". Lapor rome.
Tatapan blade segera terfokus pada mesin mirip gelang yang melingkar ditangan kanan can.
Benda itu tak memancarkan cahaya apapun yang menandakan tak ada penggunaan energy dalam jumlah besar.
"Dia tak memperlihatkan gerak gerik aneh sedikitpun?".
"Tidak pak". Jawab rome membuat blade tak puas. "Pantau terus". Pintanya pada rome yang dia tak sadar adalah salah satu boneka can yang sedang menyamar.
Blade berjalan keluar.
Dia mengambil keranjang buah dari ruangannya dan masuk ke satu arah dimana dia melewati tiga lapis pintu keamanan.
*ping*
Suara dari akses masuk yang diterima berbunyi.
Blade masuk ke ruangan dimana can berada seorang diri tanpa adanya hiburan disana.
Tidak ponsel.
Tidak televisi.
Tidak juga komputer.
Ruangan itu hanya ada kasur lengkap dengan selimut dan bantal.
Juga terdapat kamar mandi disana dan lemari dimana pakaian bersih bisa dia kenakan.
"Sampai kapan kau akan berpura pura seperti ini?". Tanya blade, dia duduk disebelah kasur dimana can tidur.
Dia mengeluarkan pisau kecil disaku celananya dan mulai mengupas apel.
Sejenak tak ada suara sampai can perlahan membuka matanya.
"Kapan aku bisa bertemu tin?". Tanya can.
Blade yang masih fokus mengupas apel hanya menggelengkan kepalanya. "Kriminal tak punya hak meminta apapun".