Bibir Megumi menyentuh pipi Yuuta dengan sangat lembut, seolah masih belum percaya dengan tindakannya sendiri.
Tidak. Dia memang tidak percaya.
Megumi melalukan ini semua tanpa pikir tadi karena lelah mendengar suara Hina. Dia hanya ingin gadis itu diam, yaTuhan. Dan sekarang setelah sadar, dia sangat malu. Dengan cepat, dia melepaskan ciumannya.
Dia cukup yakin seluruh wajahnya merona hebat sekarang.
Ah. Bisakah aku mati saja ? Untuk kedua kalinya di hari ini, dia berdoa.
Yuuta sendiri membeku. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memikirkan tentang sensasi bibir Megumi di pipinya.
Bibir itu yaTuhan.Sangat lembut.
Sial. Yuuta merasa bersalah karena memikirkannya.
"Ah. Kenapa cuma ciuman pipi ?" Suara teriakan protes datang dari Okkotsu Hina, merusak kecanggungan diantara Megumi dan Yuuta.
Megumi tidak menjawab dan hanya menutupi sebagian wajahnya yang memerah dibalik kerahnya.
"Diam," Yuuta berkata ketus. Kesabarannya sudah menipis sampai ke titik terakhir. "Dengar...Itu terserah Megumi mau menciumku di pipi atau manapun. Dan aku tidak akan membiarkanmu memojokkan orang yang kucintai cuma karena itu."
Megumi mengernyit saat mendengarnya. Dia merasakan tubuh Yuuta yang tegang di sampingnya. Jantungnya berdegup kencang saat pria itu meraih tangannya dan menariknya pergi dari kafe, jari-jari mereka berdua saling terikat satu sama lain, telapak tangannya yang besar dan hangat menggengam tangan Megumi dengan lembut. Pipinya tidak bisa berhenti memerah ketika memikirkan itu, walau dia tahu ini semua hanyalah akting semata.
Yuuta terus mendengus kesal setiap langkahnya, seolah-olah dia sedang menekan kata-kata kasar yang ingin dia keluarkan. Tapi ekspresi pria itu berubah menjadi memelas dipenuhi rasa bersalah saat melihatnya.
"Fushiguro, maa-"
"Tidak apa senpai." Megumi menyela cepat sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan kakak kelasnya. Yuuta masih menggenggam tangannya erat dan menuntunnya menjauh dari kafe tapi langkah pria itu yang cepat membuatnya kesusahan untuk mengejar, terutama ketika dia mengalihkan pandangannya sekilas pada Hina yang berteriak dari tempatnya duduk.
"Senang bertemu denganmu, kak Gumi!" Gadis itu melambaikan tangannya, membuat langkah Megumi tidak fokus. Cengkeraman Yuuta di pinggangnya adalah satu-satunya hal yang mencegahnya tersandung.
Megumi membeku sesaat.
"Hati-hati, Fushiguro"
"Ah.....iya, senpai."
Huwaa, Tuhan. Megumi ingin mati saja.
Yuuta mengangguk dan melepaskan pelukannya di pinggang Megumi
"Aku minta maaf atas semua kejadian hari ini, Fushiguro." Dia membungkuk meminta maaf lagi.
Megumi hanya menggangguk canggung. "Hm...yah...itu semua....tidak 'menyenangkan', tapi itu pengalaman unik bagiku. Tidak perlu meminta maaf, senpai."
Yuuta tersenyum lega. "Kalau begitu, mau berteman denganku ? Karena kita beda kelas, kita bisa berteman lewat sms" kata Yuuta dengan mengulurkan tangannya penuh harap. "Berapa nomor HPmu ?"
"Nomorku?" Megumi mengangkat alis. Dia akan senang berteman dengan Yuuta, tapi dia khawatir akan terlibat dengan Hina lagi.
Alis Yuuta terangkat penuh memohon, tangannya juga dalam posisi yang sama. Megumi masih ragu-ragu tapi akhirnya menuruti keinginan pria itu. Dia merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya dan memberikannya pada kakak kelasnya itu, berdoa kepada Tuhan bahwa dia tidak akan bertemu Hina lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Pacar Pura-Pura
FanfictionKetika Yuuta akhirnya tidak tahan lagi dengan adiknya yang selalu menjodohkannya, dia meminta adik kelasnya yang manis, Fushiguro Megumi untuk berpose sebagai pacarnya. "Ini pacarku, Hina. Namanya Megumi."