6. Apapun Untuk Mamah
Malam ini Vanessa merasa sangat bosan, sendari tadi ia hanya duduk bersandar di sandaran ranjang sambil memainkan ponselnya yang hanya sekedar membuka akun sosmed yang isinya itu-itu saja.
Vanessa beranjak dari ranjang berniat meng-charger ponselnya di atas meja nakas.
"Laper banget, di bawah ada makanan ngga ya?" monolognya.
"Ah mending gue coba ke bawah aja deh." Ia 'pun keluar dari dalam kamar.
Vanessa berjalan menuju dapur dan membuka lemari pendinginnya, di situ ia menemukan cemilan makanan ringan, seperti ciki. Kebiasaannya memang kalo lapar tidak terlalu suka makan nasi melainkan lebih suka cemilan. Apa lagi ini malam.
"Ca!" panggil Mamah tiba-tiba. Mamah memang tadinya ingin menemui putrinya di kamar, namun Mamah malah melihat Vanessa yang sedang di dapur jadi Mamah langsung menghampirinya.
Vanessa membalikan badannya "Mamah,"
"Ada apa Mah?"
"Kamu lagi ngapain?"
Vanessa melirik cemilannya. "Oh ini, tadi aku ngambil makanan." kata Vanessa seraya mengangkat cikinya.
Mamah ber'oh'ria saja.
"Papah katanya mau ngomong sama kamu di ruang tamu keluarga,"
"Pasti soal perjodohan ya, Mah?" tanyanya.
"Mungkin, Mamah juga ngga tau,"
Vanessa menghela nafas. "Yaudah nanti aku kesana, Mamah duluan aja."
"Jangan lama ya Ca." kata Mamah yang diangguki Vanessa.
"Mungkin ini saatnya gue bilang ke Mamah sama Papah."
**
"Papah mau ngomong apa sama aku?" tanya Vanessa.
"Tadi Papah udah di telfon sama pihak keluarga lelaki, mereka nanyain gimana kelanjutan perjodohan itu,"
"Jadi sekarang Papah mau tanya sama kamu apakah sudah ada jawaban untuk perjodohan ini?"
Vanessa menghirup udara sejenak, menetralkan nafasnya sebelum akhirnya ia mengangguk menyetujui. "Pah, Mah ... aku udah ambil keputusan kalo ... aku siap menerima perjodohan itu." kata Vanessa.
Keputusan itu membuat Mamah maupun Papah sangat senang mendengarnya.
Mamah langsung memeluk putrinya dan mengelus lembut puncak rambut putrinya. "Makasih ya sayang,"
Vanessa 'pun membalas pelukan itu. "Mamah gaperlu makasih sama aku, aku cuma ngga mau buat Mamah sama Papah kecewa karena aku."
Mamah melepaskan pelukannya. "Mamah seneng banget ngedengernya Ca. Mamah puas dengan keputusan yang kamu pilih." kata Mamah seraya menangkup wajah Vanessa.
Vanessa tersenyum. "Aku ikut seneng kalo Mamah seneng."
Kini giliran Papah yang mendekat. Papah memegang kepala putrinya lalu mencium puncak rambut putrinya.
"Makasih ya sayang ... Papah juga ikut seneng banget dengernya,"
"Papah jamin sama kamu, insyaAllah jodoh yang Papah pilih ini ngga akan salah."
Vanessa hanya tersenyum menanggapinya.
"Kalo gitu Papah mau kabarin ke pihak keluarga mereka dulu ya."
Mamah dan Vanessa mengangguk.
**
"Jadi anak kamu udah mau nerima perjodohan ini Var?"
"Iya Wa"
"Oh baiklah ... kalo begitu nanti aku kasih tau anak ku bahwa besok kita langsung saja menentukan tanggalnya pernikahannya ya."
"Iya Wa, segera ya."
tut.
"Siapa Yah?" tanya Bunda ~ Lena.
Ayah ~ Dewa "Itu Bund, tadi Pak Varro nelfon, dia bilang kalo putrinya udah nerima perjodohan kita."
Mendengar kabar itu sungguh membuat hati Bunda merasa senang. "Jadi kapan kita nentuin tanggalnya, Yah?"
"Besok pagi,"
"Besok pagi? Aaaa kalo gitu Bunda harus kasih tau Rey dulu soal ini,"
Ayah mengangguk, lalu Bunda segera menuju kamar Rey.
Namun belum sempat Bunda sampai di kamar Rey, terlihat Rey yang sudah keluar dari kamar dengan mengenakan pakaian rapih.
"Rey!" panggil Bunda.
Rey menoleh. "Eh iya Bunda, kenapa?"
"Kamu mau kemana? Kok rapih banget."
"Oh ini, Rey izin mau ketemu Gavin ya, Bund?"
"Oh ketemu Gavin, yaudah Bunda izinin,"
"Kalo gitu Rey pamit dulu Bund, Yah."
"Eh tunggu, Rey!"
"Kenapa lagi Bund?"
Bukannya Bunda menjawab melainkan Bunda senyum-senyum terus pada Rey dan itu membuat Rey sangat bingung.
Rey menautkan kedua alisnya. "Bunda kenapa senyum-senyum gitu?"
"Bunda lagi seneng Reyy." kata Bunda.
Rey melirik Ayah "Yah! Bunda seneng kenapa?"
"Kamu tanya aja sama Bunda kamu sendiri,"
Rey beralih melirik Bunda. "Bunda seneng karena apa?"
"Bunda seneng karena ... keluarga dari pihak calon Istri kamu udah nerima perjodohannya Reyyy!" ujar Bunda.
Rey bernafas lega, ia kira Bundanya senyam-senyum terus karena hal apa, ternyata karena hal itu.
"Aku kira Bunda kenapa. Terus kalo udah di terima ngapain?"
Bunda memukul bahu putranya. "Kamu ini kok malah nanya ngapain! Ya besok kita dateng 'lah ke rumahnya,"
"Ha? dateng ke rumah mereka maksud Bunda?"
"Ya iya lah Rey!"
"Terus kesana ngapain Bund?"
"Rey-Rey kamu ini gimana sih, masa kamu ngga tau konsep perjodohan?" sahut Ayah.
Rey menolehkan kepalanya pada Ayah. "Iya 'kan Rey emang ngga tau Yah. Lagian Rey baru kali ini di jodohin gitu,"
"Gini-gini Rey! Jadi kita besok pagi itu harus dateng ke rumah calon kamu untuk menentukan tanggal yang pas sama sekalian kamu juga bakal ngeliat siapa calon istri kamu itu. Pasti dia sekarang udah tumbuh jadi gadis cantik. " ujar Bunda.
"Besok pagi Bund?"
Bunda mengangguk. "Iya besok pagi, kenapa? kamu sibuk kah? bukannya besok kamu libur ngantor?"
Rey menggeleng. "Besok Rey ngga sibuk, Rey free-free aja Bund."
"Bagus kalo gitu. Jadi besok pagi kamu bisa 'kan Rey?"
Rey mengangguk sebagai jawaban. "Iya Bund, Bisa."
"Yaudah Bunda, Ayah! Rey pamit dulu ya, nanti takut Gavin nunggu."
"Kamu hati-hati ya Rey, inget jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya. Ini udah malam!" peringat Bunda untuk putranya.
Rey tersenyum pada Bunda. "Iya Bunda pasti." lalu Rey'pun pamit kepada kedua orang tuanya.
==
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐀𝐍𝐄𝐒𝐒𝐀 [𝐎𝐧-𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠]
Teen Fiction𝐒𝐄𝐋𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐕𝐀𝐍𝐄𝐒𝐒𝐀 - 𝐹𝑂𝐿𝐿𝑂𝑊 𝐵𝐼𝐿𝐴 𝐵𝐸𝑅𝐾𝐸𝑁𝐴𝑁 - 18+ diharapkan bijak dalam membaca ( BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ^-^ ) Vanessa Asya Maudi. Sosok gadis berumur 20 tahun berstatus sebagai pela...