Hidup dan Mati

20 7 0
                                    

Quest 12 : Settingkan sebuah kecelakaan menimpa calon couple tokoh utama. Gambarkan kepanikan tokoh utama agar bisa memulihkan keadaan calon couplenya. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.


Kedua pemuda-pemudi itu berjalan berdampingan menikmati senja yang mulai menghilang, tangan mereka saling bertautan. Suasana yang tenang dan mndebarkan itu tidak memerlukan bibir yang saling berincang.

Baik Nala maupun Kentarou tidak ada yang ingin melepaskan tangan mereka. Kerlap-kerlip yang diciptakan oleh lentera yang dipajang di luar rumah-rumah warga. Nala tidak ingin pulang meski matahari sudah tenggelam. Ia ingin tetap bersama dengan Kentarou dan menghabiskan waktu berdua.

Diam-diam Nala mencuri pandang pada Kentarou. Wajahnya yang memantulkan cahaya lentera terlihat bersih, ia seperti bukan seseorang yang bekerja di ladang atau tempat-tempat yang dipenuhi dengan tanah dan debu. Pakaiannya yang berbeda dari masyarakat di desanya dengan jelas mengatakan jika dia bukan bagian dari wilayah ini.

Apa jangan-jangan dia anak petinggi yang mampir ke sini seperti rumor itu? batin Nala. Ia ingin bertanya, tetapi ia tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh Kentarou.

Gadis itu mengernyit tatkala ia menyadari jika langkah Kentarou terhenti. Ia menatap Kentarou yang menghadap ke depan dengan alis yang melengkung tajam. Nala jadi ikut penasaran dan menoleh.

Pupilnya mengecil saat melihat siapa yang ada di depan mereka. Ia mencengkeram erat lengan Kentarou dan bersembunyi di balik pemuda itu. Di depan sana, terlihat empat pria berbadan besar yang keluar dari gang gelap dengan sebuah pisau di masing-masing tangan mereka. Kentarou dan Nala diam-diam melangkah mundur.

"Pergi! Mau apa kalian?" teriak Kentarou dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Nala dan keempat pria itu.

"Ngomong apa, sih?" cibir salah satu pria dan disusul oleh gelak tawa yang membahana.

Nala menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari jalan keluar atau bantuan dari orang-orang.  Sayangnya hari yang sudah semakin gelap menandakan orang-orang tetap berada di rumah mereka, ditambah lagi kini Nala dan Kentarou sama berada di sebuah tempat yang lumayan jauh dari pemukiman warga.

"Serahkan barang berhargamu sekarang!"

Lelah tersentak saat mendengar suara yang berat dan keras itu titik apalagi pria-pria itu juga menodongkan pisau mereka. Dua pria lain yang diam saja  itu berjalan ke belakang Nala dan Kentarou untuk mengepung mereka.

"Kalau tidak punya apa-apa, kamu bisa serahkan gadis itu! Aku lihat kamu punya wajah yang cantik!"

"Bos, kayaknya mereka nggak mau ngasih barang-barang merek, deh. Tangkap saja perempuan itu!" usul anak buahnya. 

"Ide bagus! Tangkap perempuan itu!"

Mata malah melebar badannya bergetar hebat saat ia merasakan ancaman itu. Meski Kentarou tidak paham dengan teriakan itu, tetapi ia segera menyembunyikan Nala. Gadis itu memekik tatkala merasakan tarikan kuat di baju belakangnya. Namun, kentaro tidak bisa diam saja, ia memeluk Nala lebih erat agar gadis itu tetap berada di dekatnya.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Kentarou, tolong aku!"

Jleb!

Tubuh Kentarou membeku. Cengkeraman tangannya melemah sampai akhirnya ia sendiri tak mampu menahan berat tubuhnya. Ia merintih, "Na … Nara … -san."

"Kentarou!" Air  mengalir di sudut mata Nala saat melihat Kentarou yang tertelungkup tak berdaya. Ia mencoba memberontak, tetapi dua tubuh besar yang sedang memegangnya itu sama sekali tidak berniat untuk melepaskan tubuh kecilnya. Gadis itu berakhir dengan menyerah. Kakinya terasa lemas karena ketakutan.

"Nala!!"

Sebuah teriakan membuat gadis itu menoleh. Di sana, ada adik dan teman-temannya yang menatapnya terkejut. Mereka yang mengetahui jika Nala sedang dalam bahaya mengambil batu-batu besar dan melemparkannya ke pria-pria itu.

"Pergi! Kupanggil polisi, lho!"

"Menjauh dari Nala!"

"Lepaskan dia!"

Keempat pria itu lari dan meninggalkan mereka saat menyadari jika orang-orang di sekitar mulai berdatangan. Nala terdiam dengan dada yang berdebar akibat keterkejutannya.

Ia menoleh pada Kentarou yang diam di tempatnya. Matanya melebar dan dengan segera mendekati pemuda itu.

"Kenta! Kenta!"

Nala mencoba menggoyangkan tubuh Kentarou, tetapi pemuda itu tetap menutup matanya. Ia menatap panik pada darah yang terus keluar dari perut Kentarou tak peduli meski ia berusaha menahannya dengan selendang hijaunya. Sayangnya, usahanya itu terhenti saat ia merasakan matanya yang berkunang-kunang dan kepalanya berat.

Bruk!

Nala sudah tidak kuat lagi menahan kesadarannya. Di tengah-tengah itu, ia bisa melihat cairan merah yang menodai tanah dan baju Kentarou.

Jumlah kata: 653
wga_academy
yourrangger

Lampah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang