Quest 16 : Buatlah sad ending. Buatlah minimal 500 kata maksimal 1200 kata. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.
Perut Nala sudah penuh berkat makanan yang dibelikan oleh Kentarou. Nala sendiri juga tidak menyangka jika pemuda yang berasal dari negara asing itu akan menghabiskan makannya.
"Sekarang mau ke mana?" Nala memainkan tangan Kentarou yang besar dan hangat.
"Ikut aku saja." Kentarou menarik tangan Nala dan memandu gadis itu. Kentarou berjalan selayaknya anak yang memang terlahir di tempat ini. Ia berjalan melewati jalan-jalan yang tidak pernah diketahui oleh Nala.
Mereka sampai di sebuah tempat yang asing bagi Nala. Hanya saja matanya berhasil dibuat melebar saat melihatnya. Terdapat kunang-kunang yang memancarkan Kilauan cahaya kekuningan di tengah-tengah hutan yang lebat itu. Jumlahnya mungkin saja sampai ratusan. Nala tidak bisa menghitungnya karena terlalu banyak.
"Ini sangat indah!" Nala kagum dengan Kentarou yang bisa menemukan tempat seperti itu.
Kentarou tersenyum senang. "Syukurlah jika kamu suka!"
"Kentarou!" Seorang pria memanggil dan membuat kedua pasangan itu menoleh.
Kentarou berdiri tegak dan memberi salam. Nala mengernyit karena tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan oleh keduanya. Mereka berbincang-bincang dan mengabaikan keberadaan Nala. Gadis itu melupakan kunang-kunang yang berhasil membuatnya terpana dan memilih untuk memperhatikan mereka.
Pria berbadan tinggi besar itu melirik Nala lalu memasang senyum. Gadis itu tersentak saat menyadari sebuah senyum aneh yang membuat perasannya bercampur aduk.
Pria itu berjalan mendekati Nala. Gadis itu melirik pada Kentarou yang masih diam di tempatnya. Matanya melebar saat melihat raut wajah Kentarou yang sama datarnya dengan yang ia lihat pertama kali saat pertunjukan tarinya. Itu adalah tatapan yang tidak tertarik dengan dirinya.
Tanpa sadar pria itu sudah berada di depan Nala. Gadis itu mundur beberapa kali dan hampir saja terjatuh jika tangan itu tidak menarik lengannya.
"Kamu pintar memilih! Dia mungkin gadis yang paling cantik di sini!"
Nala mengernyit tidak paham dan berusaha meredakan ketakutannya. Pria itu menarik lengan Nala untuk berjalan di mengikutinya. Nala yang tidak bisa memberontak hanya berusaha mengikuti langkah kaki itu. Wajah datar Kentarou yang sama sekali tidak menatapnya membuat hatinya terasa nyeri.
Ada sebuah rumah yang berada di dalam hutan. Letaknya cukup jauh dari desa dan cukup untuk membuat Nala menangis ketakutan. Nala menemukan beberapa pria berseragam saat memasuki rumah itu. Sedangkan hal yang lebih mengejutkan Nala adalah fakta jika ada sebuah ruangan seperti penjara yang diisi oleh beberapa wanita.
"Cepat masuk!"
Nala berteriak kesakitan saat ia terperosok di atas lantai. Kini ia berada dalam sel yang sama dengan perempuan-perempuan itu.
"Kenapa ini? Lepaskan aku!" teriak Nala sembari memegang erat jeruji besi yang menjadi penghalang. Ia menatap Kentarou yang berbincang-bincang dengan orang-orang di sana. "Kentarou! Kentarou! Tolong aku!!"
Kentarou hanya melirik dan melanjutkan percakapannya. Ia bisa melihat teman-teman pemuda itu yang ikut meliriknya dan tertawa. Entah apa yang sedang dibicarakan oleh mereka.
Nala beralih pada perempuan-perempuan yang duduk dengan pasrahnya di pojok dinding. Nala bergabung dan duduk di sebelah seorang perempuan yang terlihat sedikit lebih tua daripada dirinya.
"Kenapa kita ada di sini?" tanya Nala dengan suara yang pelan dan bergetar karena takut.
Tatapan perempuan itu terlihat pahit seakan tidak ada harapan lagi. "Aku juga tidak tahu. Tapi setiap perempuan akan diambil dan ditaruh lagi di sini setelah beberapa saat. Dan mereka berkata jika kita akan menjadi boneka mereka."
Nala mengernyit tidak paham. "Boneka apa?"
Perempuan itu menelan salivanya. Matanya terlihat seperti akan mengeluarkan air mata. "Kau pasti tahu. Bonek pemuas nafsu tentara Jepang."
Mata Nala melebar. Pintu sel yang berderit membuat gadis itu menoleh dengan cepat. Seorang wanita didorong masuk dan terjatuh tak berdaya. Wanita itu tidak bangkit seolah-olah tenaganya sudah habis. Di kulit kecokelatan itu terdapat lebam-lebam. Ada bibir yang membengkak dan memerah. Nala bisa melihat luka-luka kecil di leher wanita itu. Matanya menatap kosong seolah-olah mengatakan jika wanita itu sudah lelah dengan semua hak yang terjadi.
Badan Nala bergetar hebat. Bayangan akan Eka dan Gendhis yang memanggilnya kakak berputar. Ia tiba-tiba saja merindukan ayahnya yang selalu meyambutnya hangat dan Ibunya yang kini sedang terbaring sakit. Rasa penyesalannya muncul di dadanya. Nala mungkin tidak akan berada di sini jika saja ia menuruti perkataan keluarganya.
Jumlah kata: 666
wga_academy
yourrangger
KAMU SEDANG MEMBACA
Lampah (END)
Historical FictionNala seorang penari ulet yang dicintai banyak orang, tetapi sayangnya ia hanyalah gadis muda yang punya dua wajah. Saat berkunjung ke kota, ia bertemu dengan Kentarou, pemuda berdarah Jepang yang baik hati. Dalam sekejap, ia pun jatuh hati. Hanya se...