BAB 7 - Makan

87 19 2
                                    

Selamat Membaca ❤️




Siang hari selesai dari kelasnya, Yuna bergegas menuju ke ruang jurusan manajemen untuk mengembalikan jaket yang ia pinjam kemarin.

Sesampainya Yuna di koridor  jurusan manajemen, ia dikejutkan dengan suara seseorang yang memanggilnya "Hai! Yuna ya? Nyari Jian kan?" Ucap laki-laki itu dan dijawab Yuna dengan anggukan. "Kenalin gue Ale, Temennya Jian." Sambil mengulurkan tangannya mengajak berkenalan. 

"Ah iya, gue Yuna, salam kenal." Jawab Yuna sambil menjabat tangan Ale singkat. "Eh, bentar lo itu yang pernah kebentur sama gitarku pas di starbucks bukan?" Tanya Yuna setelah mengenali wajah Ale dan mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Eh? Ooh itu lo ya? haha iya... kayaknya itu gue deh yang lo maksud." Jawab Ale sambil tertawa mengingat kesialannya hari itu. 

"Ya Ampun sekali lagi maaf ya, waktu itu gue kurang hati-hati bawa gitar di tempat umum." Ucap Yuna yang meminta maaf kembali.

"Iya Iya gak papa kok, gue aja udah ngelupain itu. Udah sana ke kelas Jian, tempatnya ada di ujung di sebelah ruang dosen persis. Nanti masuk aja, Jian udah nunggu sendirian lumayan lama." Ucap Ale mengalihkan pembicaraan.

"Oh iya Makasih ya, gue pergi dulu... Sekali lagi maaf ya." Ucap Yuna sambil melambai tangannya yang di balas Ale dengan anggukan lalu meninggalkannya.

.

"Permisi..." Ucap Yuna yang hendak memasuki ruangan dan melihat Jian yang menunggu sambil memainkan Hp-nya. Jian yang mendengar suara Yuna langsung menoleh dan meletakkan Hp-nya.

"Oh Yuna ya, udah sampai, apa kabar?" Balas Jian langsung berdiri berdiri dan menghampiri Yuna.

"Kabar Baik, maaf ya nunggu lama pasti, tadi aku masih ada kelas tambahan dari dosen jadi baru bisa ngembaliin sekarang." Jawab Yuna sambil menyerahkan paper bag yang berisi jaket milik Jian.

"Nggak papa, nggak kerasa lama kok, habis ini juga aku udah gak ada kelas." Balas Jian mendengar perkataan Yuna.

"Oh.. Emm Kalau gitu aku pergi dulu ya. Sekali lagi terimakasih atas bantuannya." Ucap Yuna yang hendak meninggalkan ruangan, namun ditahan oleh Jian.

"Eh bentar, kamu belum makan kan?" Tanya Jian kepada Yuna.

"Karena kelas lama tadi jadi belum makan sih, ini aku mau pergi beli makan."

"Aku ikut makan sekalian gak papa kan? aku juga belum makan soalnya... kamu makan sendiri atau ada temennya nanti?"

"Sendirian sih, maaf ya pasti gara-gara nungguin jadi telat makan siangnya... kalau mau sekalian ikut makan juga gak papa nanti biar aku traktir sebagai permintaan maaf." Jawab Yuna karena merasa tidak enak karena sudah membuat Jian menunggunya padahal Jian sudah membantunya kemarin.

"E-eh gak perlu, nanti aku bayar sendiri aja kok... Malah jadi ngerepotin nih aku." Ucap Jian mendengar perkataan Yuna tadi. "Udah udah.. mending kita pergi makan sekarang." lanjut Jian mengalihkan pembicaraan.

.

Sesampainya di restoran yang lokasinya berada tepat di seberang kampus, mereka pun mulai memesan makan dan saling berbincang menunggu hidangan datang.

"Aku baru tau ternyata kamu anak bungsu dari keluarga batari. Tapi, kenapa aku kok gak pernah liat kamu ke acara kolega bisnis gitu? atau acara dari keluarga kalian pun bahkan aku belum pernah ketemu kamu ya?" Tanya Jian kepada Yuna.

Pasalnya setiap Jian menghadiri acara-acara kolega bisnis ayahnya, ia hanya melihat kedua orang tua Yuna atau kalau tidak kakak Yuna yaitu Anak tertua mereka saja. Jian tidak pernah bertemu bahkan menyadari kalau ternyata putri bungsu mereka satu kampus dengannya.

"Emm itu sebenernya bisa dibilang masalah pribadi sih, aku selalu males kalau diajak ayah ibu atau kakak untuk pergi ke acara-acara itu hehe." Ucap Yuna menjawab pertanyaan Jian yang hanya dibalah anggukan oleh Jian.

"Yuna, Btw aku mau tanya... Emm.... boleh kita tukeran nomor handphone gak? siapa tau suatu saat kita butuh kontak satu sama lain." Tanya Jian kepada Yuna sambil menahan malu dan gugupnya.

"Eh? O-oh boleh kok, bisa jadi suatu saat ternyata aku juga butuh kontak kamu." Jawab Yuna mendengar pertanyaan Jian tadi.

"Wahh thankyou, ini tulis aja di HP ku... nanti biar aku kirim pesan ke kamu, jangan lupa di simpen ya nomernya." Ucap Jian yang tanpa sadar bersemangat mendengar persetujuan Yuna.

Setelah mereka berbincang dan makan, diam diam Jian sambil membuka Hp-nya ia mengambil beberapa foto ketika Yuna tengah memakan makanan-nya.

Gemes banget batin Jian setelah mendapat beberapa foto dari Yuna. Ia pun mengunggah foto tersebut ke status akun sosial medianya.

Jian berani mengunggahnya karena ia berfikir bahwa di snapgram close friend nya hanya ada Ale dan kekasih temannya yaitu Chaelin yang adalah sepupunya sendiri, anak dari paman Jian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jian berani mengunggahnya karena ia berfikir bahwa di snapgram close friend nya hanya ada Ale dan kekasih temannya yaitu Chaelin yang adalah sepupunya sendiri, anak dari paman Jian.

Jian berfikir tidak akan ada masalah nantinya, namun tau sendiri kan bagaimana seorang wanita kalau sedang bergosip apalagi sepupunya itu. Jian lupa, seperti apa sifat asli sepupunya itu bila di hadapan orang tua Jian ketika Chaelin mengadu tentangnya. Jian tidak menyadari masalah apa yang akan muncul nanti.












Mari kita perkenalkan ini dia Chaelin 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari kita perkenalkan ini dia Chaelin 😘












Terimakasih semua buat yang udah baca 🥰
Jangan lupa Vote dan Komennya ya💙
See you next chapter 🤗

MY First and Last LOVE || Park Jisung x Shin YunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang