Hari itu. Hari dimana semua orang bersorak ria akan kemenangannya dalam berakhirnya peperangan dan perdamaian dunia harus pupus, karena pahlawan mereka mati ditangan sahabatnya sendiri.
Di samping sang pahlawan bersurai kuning, terdapat sahabat perempuannya bersurai pink tengah menangis kencang, sembari menyalurkan cakra hijau. Berniat menyembuhkan, sekaligus mengembalikan kesadaran si pirang.
Di samping kirinya, terdapat sahabatnya bersurai raven, tengah menatap langit cerah tanpa awan. Seolah-olah merelakan kepergian sahabat pirangnya dengan damai. Tangan kanannya yang hancur setelah mematahkan Mugen Tsukuyomi bersama si pirang, tak bisa menggapai, maupun menepuk si pirang. Ia ingin memastikan, apakah benar sahabat yang selama ini selalu mengejarnya, berakhir mengenaskan setelah mendapatkannya untuk membawanya kembali ke Desa Konoha.
Apakah ini karma karena telah menyia-nyiakan perjuangan sahabat pirangnya ini? Yang bisa dia lakukan, hanyalah merelakannya dengan senyuman tipis namun tersirat kesedihan dan penyesalan yang sangat dalam padanya. Tanpa terasa, bulir-bulir bening mengalir begitu saja tanpa seijinnya. Apalagi sahabatnya Pinknya juga tengah menangis pilu. Walaupun dia berhati dingin, jika maksud menangis itu tertuju kepada si pirang. Maka tak aneh, jika dia juga ikutan. Meski tak ada isakan yang mengiringi tangisan itu.
Tak jauh dari ketiganya, guru mereka sendari Genin tengah merasakan perasaan yang sama. Dia merasakan sakit kembali jauh di lubuk hatinya. Perasaan yang sempat ia rasakan, ketika kedua rekan setimnya mati tepat di depan matanya. Serta dua orang yang sangat ia kagumi juga bernasib sama. Dan kali ini, ia harus melihat kembali kematian dari orang yang selalu ingin dia lindungi.
Kini tak akan ada lagi tawa bodohnya, kecerobohannya, senyuman secerah mentari, sifat pantang menyerah, kepolosan serta banyak sekali emosi yang sering dia tunjukan kepada mereka untuk membuktikan, kalau dia seorang ninja keras kepala yang akan menjadi Hokage dimasa depan.
Dan lihatlah sekarang. Cita-citanya tak bisa dia capai lagi, bahkan hanya untuk sekedar melihat netra secerah langit itu saja sudah tidak bisa. Kenapa dia harus pergi di saat-saat seperti ini? Mengapa dia harus menerima semua ketidak adilan tanpa mengeluh sedikitpun? Kenapa setelah impiannya tercapai untuk menyelamatkan dan perdamaian dunia, dia malah pergi tanpa melihat seperti apa dunia setelah ini?
Kenapa? Kenapa? Kenapa dari semua orang, dialah yang menerima penderitaan semua orang? Kenapa bukan dirinya saja yang mati? Kenapa dia harus mati? Padahal dia yang sebelumnya menyelamatkannya dari kematian dan sekarang dia hidup, malah dianya yang pergi.
Ia tak ingin semua itu terjadi. Ia ingin semua yang terjadi sekarang hanyalah mimpi dan ia akan bangun seperti halnya sedang bermimpi buruk. Tapi beberapa kali ia mencoba pun, tak akan pernah berubah. Si pirang tetap saja mati di depan matanya.
Jika memang dia mati. Kenapa ia juga tidak dibawa? Bukankah Dia juga pernah menariknya dari kematian. Bukankah sekarang gilirannya untuk menariknya juga dari kematian? Tapi, bagaimana caranya? Bagaimana caranya ia menariknya dari kematian sedangkan ia sendiri hanyalah seorang guru tanpa kekuatan sepesial dalam dirinya.
Semakin dia pikirkan, semakin membuatnya bertekat untuk menjemputnya dan membawanya kedalam dekapannya. Mendekapnya seerat mungkin, agar Dia tidak pergi dari hadapannya lagi. Karena hal itu Ia berharap 'Andaikan saja Aku bisa mencegah semua ini. Karena itu, cara apapun akan Aku lakukan agar kau bisa kembali kepadaku. Naruto...'
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi O Mamoru Tame Ni [Disc/Drop]
Fiksi PenggemarKeinginan Kakashi hanya satu. Yaitu melindungi dan menjaga anak dari Senseinya, meskipun nyawa adalah taruhannya . . . Naruto ©Masashi Kishimoto KakaNaru Fanfiction Maybe BxB and... Story abal-abal (◍•ᴗ•◍) 500 Word/1 Chap