EXTRA - 31

5.1K 489 18
                                    

Hal pertama yang akan dicari ShiZhui setiap bangun pagi adalah papanya. Sama halnya dengan Lan WangJi, ia akan secara otomatis menempel pada sang istri.

Lan ShiZhui dengan cepat berlari memeluk sang papa yang duduk dengan tenang di kursi meja makan sambil memperhatikan Lan WangJi memasak sarapan untuk mereka. Kaki kecilnya memanjat naik ke pangkuan sang papa.

Wei WuXian yang melihat tingkah menggemaskan bocah manis itu tertawa gemas. Dengan riang ia menghujani seluruh wajah anaknya dengan ciuman, menghadirkan tawa renyah sang anak. Lan WangJi meletakan beberapa piring makanan, menghampiri keduanya dan ikut memberikan ciuman di pipi sang anak.

ShiZhui tertawa riang, orang tuanya begitu menyayanginya dan mereka telah bersatu kembali menemani dirinya.

"Papa" ShiZhui merengek untuk menarik perhatian papanya yang sedang asik menciumi wajah sang ayah.

"Hm, ada apa anak manis?"

Wei WuXian mengelus kepala bocah delapan tahun itu dengan lembut dan sayang. Lan WangJi pun ikut mengamati sang anak yang sibuk bermanja dengan istrinya.

"A-Yuan ingin punya adik" ucap ShiZhui dengan mata yang penuh harap menatap kedua orang tuanya.

Wei WuXian tertawa renyah mendengar permintaan sang anak, ia menoleh ke arah suaminya dan tersenyum menggoda.

"Lan Er Gege, sepertinya kau harus membuang pengamanmu"

Wei WuXian tertawa melihat Lan WangJi yang melengos dengan telinga memerah. Suaminya sangat menggemaskan.

"Apa A-Yuan mau berbagi kasih sayang papa dan ayah dengan adik bayi nanti? Tanya Wei WuXian, meskipun kini mereka telah menjadi keluarga yang utuh kembali tapi ada sedikit ketakutan untuknya mengandung lagi.

"Mn, A-Yuan akan berbagi apapun dengan adik, A-Yuan akan jadi kakak yang baik" Senyum cerah terukir dibibir ShiZhui untuk meyakinkan sang papa.

Wei WuXian tersenyum, ia mencium gemas pipi gembul sang anak, menggesekan hidung bangirnya ke hidung kecil ShiZhui, membuat anak itu tertawa geli akan perlakuan papanya.

Lan WangJi yang melihat interaksi keduanya tersenyum hangat, ia mengacak rambut ShiZhui sayang.

"Baiklah anak manis, kita pikirkan lagi nanti tentang adik bayi" ucap Wei WuXian.

"Yuan sayang papa" ucap anak itu senang, sambil merangkul leher Wei WuXian.

"Benarkah? Seberapa banyak?" Tanya Wei WuXian.

ShiZhui melebarkan kedua tangannya, menunjukan seberapa besar rasa sayangnya, "Banyak sekali"

Wei WuXian tertawa, "Lalu bagaimana dengan ayah?"

ShiZhui tertawa riang, "Sayang juga banyak sekali"

Kebahagiaan melingkupi atmosfir rumah mereka, canda tawa riang selalu tersaji menghangatkan seisi rumah.

"Segera makan, nanti dingin" ajak Lan WangJi.

Kedua orang tersayang Lan WangJi mengangguk patuh, sangat manis. Mereka bertiga pun makan dengan khidmat.

.

.

.

Didalam kamar Wei WuXian mengamati Lan WangJi yang tengah bersiap untuk pergi ke kantor, ia berjalan mendekat untuk membantu memasangkan dasi sang suami yang nampak miring. Menepuk jas sang suami dua kali sebelum mendongak membalas tatapan intens Lan WangJi.

"Masih memikirkan permintaan A-Yuan?"

Wei WuXian mengangguk ringan, percuma saja ia menyangkal, suaminya terlalu mengenal dirinya dan tak ada celah yang bisa ia sembunyikan.

Lan WangJi maju selangkah, membawa tubuhnya merengkuh tubuh yang lebih mungil. Mengayun-ayun sebentar untuk menenangkan sang istri.

Trauma masa lalu masih menghantui Wei WuXian, dimana ia yang sengaja menggugurkan janin akibat pemerkosaan para bajingan yang menculiknya. Bahkan hingga membahayakan nyawanya sendiri.

[Lihat Chapter 21]

Tubuhnya gemetar karena rasa jijik dan takut memenuhi seisi kepalanya lagi. Lan WangJi mengeratkan pelukannya lagi. Ia tahu betul bagaimana kondisi Wei WuXian, dan perasaan bersalah atas keadaannya semakin membuat Lan WangJi tak berdaya.

"Wei Ying tenang, aku disini" bisik Lan WangJi dengan lembut.

"Lan Zhan, jangan tinggalkan aku" mohon Wei WuXian, ia meremat punggung Lan WangJi seolah mencari pegangan, bayang-bayang masa lalunya semakin berputar di kepalanya.

"Aku disini"

Hati Lan WangJi tercabik melihat kondisi orang yang ia cintai menjadi penuh luka yang mendalam seperti ini.

"Lan Zhan, aku takut...a-aku membunuh j-janin itu, a-aku pembuhmm"

Lan WangJi segera membungkam bibir Wei WuXian yang semakin meracau, ia memperdalam ciumannya menghentikan segala kalimat penuh kesakitan yang menyayat hatinya.

Tubuh Wei WuXian yang semula bergetar hebat kini perlahan mulai tenang dalam pelukan Lan WangJi.

"Tidak apa, itu semua bukan salahmu Wei Ying" Bisik Lan WangJi dengan mengusap sayang pipi merah Wei WuXian.

"Jangan takut, ada aku disini, biarkan masa lalu tetap masa lalu hm, mari hadapi masa depan kita bersama. Ada aku yang akan berjalan disisimu"

Wei WuXian tertawa masih dengan air mata yang membanjiri pipinya, ia bersyukur kali ini ada Lan WangJi disampingnya, ada yang merengkuhnya ketika ia jatuh. Merapatkan kembali tubuh mereka dalam pelukan hangat dengan waktu yang lama.

"Aiyo Lan Zhan, sepertinya aku tidak bisa melepasmu ke kantor hari ini" Wei WuXian tersenyum jahil dan semakin erat menempelkan tubuhnya pada tubuh Lan WangJi seperti koala

"Tidak apa, aku bosnya"

Wei WuXian tertawa mendengar jawaban sang suami.

Sejujurnya Wei WuXian tahu, Lan WangJi pun menginginkan hal yang sama seperti ShiZhui, dia teramat tahu. Beruntungnya Lan WangJi selalu memahami kondisinya. Ia rasa mungkin sudah seharusnya ia berani untuk melawan ketakutannya, saat ini sudah berbeda. Ada Lan WangJi yang menemaninya dan akan selalu melindunginya.

"Lan Zhan aku mencintaimu"

Si pria tampan berwajah dingin tersenyum, "Aku juga mencintaimu Wei Ying, sangat"

"Lan Zhan kurasa mulai sekarang kita tidak usah memakai pengaman, bukankah kita harus memenuhi keinginan pangeran kecil kita?" Bisik Wei WuXian tepat ditelinga sang suami, yang menyebabkan telinga pria tampan itu menjadi memerah.

Lan WangJi yang mendengar bisikan pria manis itu segera menggendong sang istri dan menjatuhkan tubuh mereka di atas kasur.

Wei WuXian membulatkan matanya atas aksi sang suami yang siap menerkamnya saat ini, ia meronta dari kukungan tubuh Lan WangJi.

Oh, tidak! Ia membangunkan singa yang tertidur.

"Lan Zhan, tunggu....maksudku bukan sekarang, ini masih pagi, bagaimana jika ShiZhui melihat" ucapnya panik sambil menahan bahu Lan WangJi.

"Tidak akan" dengan dua kata terakhir itu membuat Wei WuXian tak bisa lagi memberontak. Ia hanya bisa berdoa semoga saja anaknya tidak tiba-tiba masuk dan memergoki perbuatan kedua orang tuanya yang sedang berusaha membuatkannya adik.

_________________&&&________________

Kita doakan semoga A-Yuan mendapat adik bayi.

Hai aku balik lagi, akan ada beberapa chapter extra dari keluarga cemara kesayangan kita semua. Mungkin aku nggak bisa janji bakal update cepet, tapi akan ku usahakan buat menyelesaikan ini. Jadi mohon bersabar ya.

SRADDHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang