08

5.5K 722 15
                                    

Hubungan keduanya menjadi lebih baik meski masih di hiasi dengan adu mulut yang akan dimenangkan Wei WuXian karena Lan WangJi akan selalu mengalah pada pemuda manis itu. Secara mengejutkan juga Wei WuXian akan selalu menempel pada Lan WangJi, karena menurutnya aroma cendana dari tubuh Lan WangJi sangat menenangkan. Dan Lan WangJi sendiri tak keberatan Wei WuXian menempelinya seperti anak koala.

Soal pekerjaan, Lan WangJi terpaksa mengijinkan Wei WuXian tetap bekerja namun dengan syarat bahwa saat perut pemuda itu sudah membuncit ia harus berhenti bekerja. Lan WangJi sendiri sudah berhenti menjadi DJ di club, karena ingin menjaga Wei WuXian, ia lebih memilih bekerja di kedai milik kakek tua di sekitar apartemen mereka.

Jiang Cheng yang mengetahui sahabatnya tak lagi bekerja di club langsung mencecar Lan WangJi dengan berbagai pertanyaan, tak langsung percaya pada Lan WangJi yang berkata ingin mempunyai waktu tidur lebih banyak. Ia terus mendesak pemuda tampan bak giok itu untuk berterus terang karena ia merasa sahabatnya memang menyembunyikan sesuatu. Hingga pada suatu hari Lan WangJi mengenalkan dirinya kepada seorang pemuda manis dan mengaku telah mengahamili pemuda manis tersebut. Jiang Cheng sempat terkejut dan menggeplak kepala teman bodohnya. 'Sial! Anak ini benar-benar membuat masalah' pikir Jiang Cheng pada saat itu.

Namun Jiang Cheng menemukan hal baru, melihat betapa perhatiannya Lan WangJi pada pemuda bernama Wei WuXian itu, bahkan Lan WangJi bisa tersenyum tulus pada pemuda itu dan itu pertama kalinya ia melihat senyuman seperti itu selama belasan tahun mereka berteman. Ia bahkan melihat binar bahagia terpancar dari mata emas sahabatnya. Jiang Cheng tersenyum lega, ia senang sahabatnya bisa menemukan kebahagiaanya sendiri, karena bagi Jiang Cheng, Lan WangJi adalah saudaranya.

.

.

Seperti biasa, Wei WuXian tengah menunggu Lan WangJi untuk menjemputnya dari kedai tempatnya bekerja, ia mendengus karena sifat protektif pemuda tampan itu. Tapi ia merasa tak keberatan karenanya. Ia melihat kembali jam tangannya, harusnya Lan WangJi sudah berada di depannya sekarang, namun pemuda giok itu tak menunjukan tanda kehadirannya.

"Wei-ge, kau belum pulang?" Pertanyaan retoris dari pemuda yang nampak kikuk. Melihat Wen Ning yang menghampirinya, ia tersenyum kemudian menepuk kursi di sampingnya agar pemuda itu duduk.

"Lan Zhan belum datang, bagaimana denganmu?" Tanyanya balik.

"Jie jie juga belum datang" jawab Wen Ning dengan senyuman polos. Ia mencubit gemas pipi Wen Ning yang sudah seperti adik laki-laki untuknya.

"Rupanya kau disini, berandal kecil"

Beberapa pria bertato menerobos masuk ke dalam kedai yang seharusnya sudah tutup. Salah satu diantara mereka maju ke depan Wei WuXian, menepuk-nepuk kepala pemuda itu.

"Kau cukup manis, bagaimana jika tubuhmu saja ku gunakan untuk melunasi hutang ayahmu"

Wei WuXian menatap jijik pria tua bertato didepannya, ia sengaja meludahi wajah yang sedang menyeringai menatap tubuhnya dengan pandangan cabul.

"Sialan!" Umpat si pria tua, ia mengisyaratkan anak buahnya untuk menghancurkan kedai kecil tersebut, Wen Ning yang masih berada disana mencoba untuk menghentikan aksi para preman itu untuk menghancurkan kedai kecil miliknya.

Pria tua pemimpin para rentenir melayangkan pukulan ke wajah Wei WuXian, "dasar jalang tak berguna"

Wei WuXian sebisa mungkin melindungi bagian perutnya agar tidak terkena tendangan atau pukulan. Dalam hati ia berharap Lan WangJi segera datang menolongnya.

.

.

Di tempat lain, Lan WangJi berusaha menghindari pria-pria berjas hitam yang tak lain adalah bodyguard milik paman dan ayahnya yang tiba-tiba saja berada di sekitar apartemennya. Ia mengambil jalan memutar yang sedikit lebih jauh untuk sampai di kedai tempat Wei WuXian bekerja. Jantungnya berpacu tak tenang, entahlah, ia seperti mengkhawatirkan sesuatu. Dengan tergesa ia mulai berlari agar cepat sampai di tempat Wei WuXian.

SRADDHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang