23

4.3K 608 133
                                    

Hari ini Lan WangJi membawa A-Yuan untuk menemui kakaknya dirumah utama keluarga Lan. Lan XiChen selalu menerornya untuk membawa sang keponakan.
Dan setelahnya yang terjadi adalah Lan XiChen terus menerus mencubit gemas pipi A-Yuan. Bahkan istri kakaknya tak segan untuk memeluk tubuh A-Yuan karena gemas, mengabaikan putra mereka yang cemberut karena merasa diabaikan. Namun bocah dengan tingkah ajaib itu segera ikut bergabung memeluk tubuh A-Yuan.

Itu cukup menggemaskan ketika A-Yuan bahkan hanya memasang senyum dengan perlakuan ketiga orang yang menempeli tubuhnya. Harus Lan WangJi akui, anaknya memang seperti magnet yang dapat menarik perhatian orang-orang disekitarnya.

"Apa Yuan-gege akan tinggal disini?" Lan JingYi, bocah yang lebih muda satu tahun bertanya dengan binar mata penuh pengharapan.

"A-Yi, ingin gege tinggal disini?" Anggukan cepat diterima A-Yuan.

A-Yuan tersenyum kecil, "jika A-Yi ingin gege tinggal disini?" Bocah yang lebih muda mengangguk antusias.

"Maka kau harus ijin dulu kepada papaku"

"Paman WangJi?" JingYi mengerutkan keningnya ketika A-Yuan menggelengkan kepalanya.

"Aku memiliki papa dirumah, papaku sangat cerewet dan suka mengomel, tapi papa adalah yang terkeren"

"Waah" JingYi berbinar mendengar cerita A-Yuan.

Para orang dewasa yang mendengar percakapan keduanya bisa menyimpulkan bahwa A-Yuan sangat memuja sosok papanya. Hanya dengan caranya berbicara mengenai Wei WuXian, mereka tahu bahwa anak itu sangat menyayangi papanya.

Lan WangJi tersenyum kecut, dimata anaknya hanya akan ada Wei WuXian, ia belum bisa menandingi peran lelaki manis itu dimata sang anak. Bahkan ia ragu untuk bisa berada di peringkat yang sama di hati A-Yuan.

Senyum kecut itu, tak luput dari mata Lan XiChen. Ada getir kecemburuan di netra sang adik. Ia tersenyum maklum dengan situasi adiknya. Ia kemudian melirik A-Yuan yang masih bercerita banyak hal mengenai pengalamannya saat disekolah atau kegiatannya sehari-hari bersama papanya dan Wen bersaudara.

"WangJi, kau akan makan malam di sini bukan?"

Lan WangJi mengangguk ragu. Lan XiChen yang mengerti keadaan adiknya, kembali menyahut.

"Tidak apa-apa, ayah pasti senang melihat A-Yuan, dia anak yang manis pasti ayah dan paman akan luluh"

"Ya semoga saja"

.

.

Sang kepala keluarga menatap tajam Lan WangJi, disampingnya A-Yuan juga terdiam. Bocah delapan tahun itu tidak mengerti mengapa suasana begitu tegang ketika pria yang diketahuinya sebagai kakeknya datang.

"Mengapa orang asing kau biarkan untuk duduk disini, WangJi"

WangJi mengepalkan tangannya, "dia bukan orang asing ayah, dia anakku"

Tuan Lan mendengus sinis, "maksudmu anak dengan pria rendahan itu"

"Ayah" Lan XiChen memperingati.

A-Yuan semakin mengeratkan pegangannya pada sendok dalam genggamannya. Ia tidak suka ketika ada orang yang merendahkan papanya, namun ia harus menahan diri seperti yang selalu dikatakan sang papa untuk tidak mencari masalah dan menyusahkan papanya.

"Apakah aku salah, bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak berhubungan lagi dengan mereka?"

Lan WangJi diam, rahangnya mengeras ketika diingatkan dengan masa lalu. Ia segera berdiri pamit untuk pulang sebelum amarah menguasainya. Ia membawa A-Yuan dalam gendongannya, mengelus sayang punggung anaknya yang nampak bergetar.

"Ayah, kau sungguh keterlaluan" Lan XiChen ikut menyusul adiknya keluar meninggalkan meja makan.

Lan WangJi mendudukan anaknya pada kursi penumpang. Mengelus sayang rambut anaknya yang kini sibuk menunduk memperhatikan sepatunya.

"Kau marah?" Tanya Lan WangJi.
A-Yuan menggeleng lemah. Kemudian ia mendongak dengan air mata yang telah membasahi pipinya.

"Hei mengapa menangis hmm?" Dipeluknya sang anak. Lan WangJi merasa sakit ketika air mata jatuh dari mata sang anak. Sama sakitnya ketika ia melihat Wei WuXian menangis.

"Papa pasti sedih jika mendengar perkataan kakek, A-Yuan tidak akan membiarkan papa bertemu kakek" ucap A-Yuan masih dengan sesenggukan. Lan WangJi tertawa, anaknya hanya terlalu mengkhawatirkan papanya.

"Ya, jangan biarkan mereka bertemu"

Seperti janjinya dulu, ia tak akan membiarkan ayahnya bertemu Wei WuXian atau meletakan tangannya lagi pada pria manisnya. Hanya sedikit lagi. Lan WangJi hanya perlu waktu sedikit lagi. Kali ini dia tak akan gagal lagi.
.

.

Akhir-akhir ini Lan WangJi dipusingkan dengan urusan kantor, begitu pula Shen Yue yang turut membantunya menghandle perusahaan. Beberapa proyek besar dibatalkan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan Lan. Hingga pada akhir pekan seperti ini ia harus bekerja dirumah. Kepalanya berdenyut memikirkan jalan keluar untuk memulihkan keadaan perusahaan. Ia kemudian berjalan untuk mengangkat telepon dari bawahannya membiarkan laptopnya menyala diruang keluarga. A-Yuan berjalan kehadapan laptop Lan WangJi, mengamati grafik yang naik turun pada layar laptop, ia kemudian memencet tombol-tombol pada keyboard karena mengira itu adalah permainan yang sering dimainkan paman Jiangnya. Hingga suara menggelegar Lan WangJi mengagetkannya, membuat tangannya tak sengaja menyenggol gelas kopi dan menumpahkan isinya membasahi dokumen yang berserakan diatas meja.

"LAN SHIZHUI, APA YANG KAU LAKUKAN" bentak Lan WangJi.

Mendengar suara keributan Shen Yue bergegas kembali ke ruang keluarga, ia segera berlari menyelamatkan berkas-berkas penting yang terkena tumpahan kopi, tanpa peduli Lan WangJi yang kini memarahi A-Yuan.

"Sial" Lan WangJi mengumpat mencoba membackup data perusahaannya. Ia menatap marah pada A-Yuan yang tengah menunduk.

"ANAK BODOH, KAU MENGACAUKAN SEGALANYA" Lan WangJi kembali membentak, tanpa sadar tangannya sudah terangkat hendak melayangkan tamparan pada tubuh anaknya yang sudah bergetar.

"LAN ZHAN" teriak seseorang. Seakan tersadar Lan WangJi menurunkan tangannya. Ia berbalik melihat Wei WuXian dan seorang pelayan rumahnya tengah berlari menghampiri A-Yuan.

A-Yuan yang mendengar suara papanya seketika mendongak, ia memeluk tubuh hangat papanya. Menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Wei WuXian, diam-diam menangis ketakutan karena bentakan sang ayah.

Wei WuXian menatap kecewa pada Lan WangJi, seumur hidupnya ia tak pernah membentak atau meninggikan suaranya pada sang anak, bahkan cubitan pun pantang untuknya lakukan, namun ketika ia melihat sendiri Lan WangJi yang melakukannya pada A-Yuan membuatnya semakin kecewa dan marah. Ia melihat kekacauan yang diperbuat anaknya. Tersenyum miris karena bagi Lan WangJi pekerjaanlah yang lebih penting dibanding anaknya.

"Aku minta maaf atas kekacauan yang diperbuat anakku, aku akan membawanya pulang sekarang, terima kasih atas waktunya, Tuan Lan." Wei WuXian berbalik menuju pintu keluar.

"Tidak tidak Wei Ying, tunggu biarkan aku minta maaf pada A-Yuan." Lan WangJi mengejar langkah Wei WuXian. Ia mengumpati dirinya sendiri karena bertindak keterlaluan. Wei WuXian menghentikan langkahnya, memberi kesempatan pada Lan WangJi untuk berbicara pada A-Yuan.

"A-Yuan, nak, ayah minta maaf" Lan WangJi membujuk A-Yuan yang tak mau melihatnya dan semakin menyembunyikan wajahnya pada leher sang papa. Bahkan saat Lan WangJi memegang tangan anaknya, A-Yuan segera menepis tangannya tak ingin dipegang. Lan WangJi merasa sakit menghantam dadanya ketika mendapati penolakan dari anaknya sendiri. Wei WuXian segera melangkah pergi karena tak tega mendengar tangisan anaknya yang semakin menyedihkan.

"Kuharap ini terakhir kau menemui anakku" pesan terakhir Wei WuXian ketika melewati tubuh Lan WangJi.

Lan WangJi merasakan dunianya hancur karena kebodohannya lagi.

.

.

.

.

TBC

Kolom komentar terbuka lebar untuk yang mau menghujat Lan WangJi. Terimakasih.

SRADDHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang