24

4.3K 553 32
                                    

Hampir setiap hari Lan WangJi mengunjungi toko kue milik Wei WuXian atau bahkan berdiri diluar pagar rumah milik lelaki manis itu sambil berharap dapat bertemu dengan sang anak. Berkali-kali juga Wei WuXian mengusirnya secara halus namun Lan WangJi tetap keras kepala dan terus menunggu.

Pada akhirnya karena muak melihat wajah Lan WangJi yang berdiri didepan pagar rumahnya tanpa berani mengetuk pintu, Wei WuXian menghampiri pria itu. Berdiri didepannya dan mulai mendengus keras. "Lan Zhan dengar, A-Yuan sudah memaafkanmu jadi kau tidak perlu datang kemari dan berhenti mengawasi rumahku seperti seorang penguntit selama berjam-jam, bukankah kau punya urusan lain diluar sana?"

"Aku ingin bertemu A-Yuan" singkat Lan WangJi.

"Pergilah, A-Yuan tak ingin menemuimu"

"Aku ingin bertemu A-Yuan" ulang Lan WangJi lebih tegas.

Wei WuXian menatap Lan WangJi serius, "Lan Zhan, bukankah sudah kubilang untuk tidak menemui anakku? anggap saja kita seperti tahun-tahun sebelumnya yang tak pernah saling berhubungan kembali"

Lan WangJi menggeleng, ia tahu kesalahannya kali ini membuat Wei WuXian sangat marah atau bahkan lebih dari itu. Ia sadar bahwa harusnya ia tidak terbawa emosi. Tapi bagaimana mungkin Lan WangJi harus mengabaikan anaknya lagi seperti sebelumnya, ia sudah lelah ia hanya ingin bersama buah hatinya dengan leluasa.

"Wei Ying kumohon, setelah ini aku tidak akan mengganggu kalian lagi"  Lan WangJi berucap putus asa.

Menghela napas berat, "Masuklah, kau bisa ikut makan malam dengan kami" Wei WuXian kembali luluh. Ia segera memasuki rumah sederhana namun hangat diikuti dengan Lan WangJi dibelakangnya.

Wen Qing tengah memasak di dapur, sedang Wen Ning menemani A-Yuan bermain lego di ruang tengah, Lan WangJi bisa melihat anaknya berjengit ketakutan saat melihatnya datang, Lan WangJi tersenyum masam namun masih mencoba mendekati sang anak yang kini bersembunyi dibelakang tubuh Wen Ning.

"A-Yuan" panggilnya lembut. Namun tak ada respon. Ia memahami kondisi anaknya. Tindakannya memang sangat keterlaluan, tak seharusnya ia melampiaskan emosinya pada sang anak hanya karena pikirannya yang sedang terbebani pekerjaan. Wajar sekali jika anaknya ketakutan.

"Maafkan ayah hmm, ayah bertindak keterlaluan pada A-Yuan, ayah menyesal" suara Lan WangJi bergetar.

Melihat ayahnya yang seperti hendak menangis membuat A-Yuan perlahan mendekati Lan WangJi, "ayah jangan menangis"

A-Yuan menepuk pelan pipi Lan WangJi, kemudian mengalungkan lengan kecilnya pada leher sang ayah, memeluknya erat. Karena pada dasarnya A-Yuan selalu tak menyukai orang-orang disekitarnya bersedih.

Lan WangJi balas memeluk anaknya, melepas sesak yang beberapa hari ini mengganggunya. Saat A-Yuan berada dalam dekapannya seperti ini, semua beban yang ditanggungnya seolah terangkat. Lan WangJi bahkan tidak sadar air matanya menetes karena terlalu senang dapat memeluk tubuh malaikat kecilnya. Dunianya kembali dalam dekapannya.

Wen Ning tersenyum haru, ia bisa melihat pancaran kasih sayang dari Lan WangJi untuk A-Yuan. Ia mengamati Wei WuXian yang membuang muka dan lebih memilih berjalan ke dapur untuk membantu sang kakak menyiapkan makan malam. Wen Ning tahu, masih ada jarak yang membeku diantara keduanya, tapi melihat kedua mata yang masih saling merindukan itu membuat Wen Ning percaya bahwa A-Yuan yang akan mencairkan jarak kedua orang tuanya.

Saat makan malam A-Yuan tidak berhenti meminta Lan WangJi untuk menyuapinya, anak itu menjadi lebih manja dihadapan ayahnya. Bahkan menolak turun dari pangkuan Lan WangJi ketika Wei WuXian menyuruhnya untuk duduk sendiri.

"Anak ini benar-benar, A-Yuan biarkan ayahmu makan lebih dulu" Wei WuXian mendecak sebal.

"Papa bisa menyuapi ayah" ucap A-Yuan enteng. Membuat Wei WuXian mendatarkan wajahnya. Ia kembali melihat Lan WangJi yang belum menyentuh makanannya sendiri karena sibuk menyuapi A-Yuan ini dan itu.

"Makanlah biar aku yang mengurus anak nakal ini" ucap Wei WuXian seraya mengambil alih tubuh A-Yuan untuk berpindah ke pangkuannya dan mulai menyuapi sang anak yang cemberut.

Lan WangJi diam, sebenarnya ia sedikit berharap Wei WuXian akan sedikit memberikan perhatiannya, namun sepertinya Lan WangJi hanya terlalu berharap. Sikap lelaki manis itu semakin tak terjangkau olehnya. Wei WuXian memperlakukannya sama seperti kenalan lama, sangat asing. Dan entah mengapa membuat Lan WangJi tak nyaman dengan fakta tersebut.

Wen Qing dan Wen Ning saling berpandangan, mereka seolah berbicara melalui tatapan. Lalu kembali sibuk memakan makanan tanpa berbicara. Mereka sedang menebak masa depan sekarang dalam pikiran masing-masing.

A-Yuan kembali rewel ketika Lan WangJi akan pulang, anak itu bahkan menempeli tubuh Lan WangJi seperti koala, ia menjerit ketika Wei WuXian mencoba menjauhkannya. Merasa tak tega karena anaknya mulai menangis, Lan WangJi meminta ijin pada Wei WuXian untuk tinggal lebih lama. Ia akan menunggu sampai A-Yuan tertidur. Wei WuXian mengangguk pasrah setelahnya.

Dengan senang Lan WangJi mencoba menidurkan sang anak, ia membacakan banyak buku cerita untuk membuat anaknya segera tertidur.

"Ayah, mengapa kita tidak tingal satu rumah seperti keluarga lain" pertanyaan terakhir A-Yuan sebelum benar-benar tertidur membuat Lan WangJi membeku. Ia paham jika anaknya ingin mempunyai keluarga yang utuh, namun keadaan mereka saat ini sangat rumit.

Wei WuXian masuk kedalam kamar A-Yuan, menyadarkan Lan WangJi dari lamunannya.

"Dia sudah tertidur?" Wei WuXian bertanya melihat anaknya yang sudah terlelap lebih awal. Lan WangJi hanya mengangguk menanggapi pertanyaan retoris tersebut.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Wei WuXian lagi, ia duduk ditepi tempat tidur A-Yuan, membenarkan selimutnya yang tersingkap.

"Hanya memikirkan pekerjaan kantor" jawab Lan WangJi. Ia mengamati gerak gerik Wei WuXian yang mengelus lembut rambut A-Yuan. Pemandangan seperti ini sempat menjadi mimpinya dahulu. Jika bisa jujur, Lan WangJi ingin sekali memeluk tubuh mungil itu merasakan kehangatan yang selalu ia rindukan.

"Kau tidak pulang?" Lan WangJi tersentak dari lamunannya. Ia mengusap tengkuknya  karena ketahuan mengamati Wei WuXian terlalu lama.

"Ah, ya, itu aku akan pulang sebentar lagi" kikuknya. Ia mencium kening A-Yuan sayang. Ia kemudian berpamitan untuk pulang. Wei WuXian mengantarnya sampai kedepan pintu.

Lan WangJi berbalik menghadap Wei WuXian, mengamati fitur wajah yang tak banyak berubah dari sosoknya, tetap memikat.

"Apa kau bahagia Wei Ying?"

Pertanyaan Lan WangJi menghantam telak Wei WuXian, pria manis itu tersenyum. Senyum yang tak pernah di sukai Lan WangJi, senyum untuk menutupi segala luka yang diterima lelaki itu.

"Aku bahagia Lan Zhan"

Bohong.

"Aku sangat bahagia sekarang"

Wei WuXian berbohong. Hatinya mati rasa, bertahun-tahun ia hanya memakai topeng untuk terlihat bahagia, yang sebenarnya ia putus asa. Ia hanya bisa bergantung pada kehadiran ShiZhui agar tetap hidup. Ingin sekali ia berteriak didepan Lan WangJi bahwa ia sama sekali tidak bahagia, ia kesakitan. Namun egonya tak ingin membiarkan Lan WangJi melihat apapun dibalik topengnya.

Lan WangJi menatap lurus pada manik kelabu Wei WuXian, "Aku mengerti"

"Kalau begitu aku pulang" ucap Lan WangJi lagi. Langkahnya berat, ketika harus meninggalkan rumah yang hangat itu.  Ia menengok untuk melihat senyuman hangat diwajah manis Wei WuXian. Senyumnya tetap bisa menggetarkan hati. Lan WangJi memasuki mobilnya, melihat sekali lagi ke arah Wei WuXian yang masih berdiri didepan pintu, setelah puas memandangi, Lan WangJi segera melajukan mobilnya, ada mimpi lain yang harus ia selesaikan.

.

.

.

.

TBC

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

SRADDHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang