"Bu Peh, teh anget dong 1." Ujar salah satu murid yang bername tag 'Chandra Maheswara', mungkin akan terjadi guncangan hebat lagi.
"Manis apa enggak den?" Tanya bu Ipeh, salah satu penjual di kantin sekolah.
"Manis dong bu? Kan senyuman saya memang manis." Jawab Chandra memasang muka menggoda kepada bi Ipeh.
"Emm bisa ae, den Chandra mah cakep nya kalau di liat dari monas, di lihat nya pakai lubang sedotan." Jawab Bu Ipeh di susul ketawa mereka ber-10.
"Bu Peh, ya ampun sa ae. Harusnya kata-kata itu buat Malik noh. Ngaku ganteng cuman karena banyak yang deketin dia." Tunjuk Chandra kepada Malik, dia tidak terima dirinya di bilang jelek.
"Kan gue emang ganteng tong? Gak mau ngaku lo?" Tanya Malik dengan cengengesan sedikit.
"Seumur hidup juga gue kaga mau ngaku lo ganteng, Lik."
"Berantem teros, ada cinta kalian?" Tanya Jeno dan semua orang tertawa.
"Dih?" Ujar Malik dan Chandra secara bersamaan.
"Tuhkann, ngucap aja barengan lho, Jen. Sudah pasti apa?" Tanya Jevan kepada temannya.
"CINTAAAA!" Sorak semuanya. Berisik itu sudah pasti.
"Bu Peh, nanti teh nya panesin aja ya. Terus di siram ke muka mereka semua." Ujar Chandra bercanda.
"Woi psikopat?!" Jeno terkejut.
"Nih den, habisin ya. Biar nanti nugas nya makin semangat." Dukungan Bu Ipeh kepada Chandra seorang. Sudah seperti anaknya sendiri.
"Makasih banyak bu! Nanti bayarnya pas istirahat pertama ya bu? Uang Chandra di kelas." Ujar Chandra meminum teh hangat nya. Sangat nikmat, hangat seluruh tubuhnya.
"Ngutangan heran." Jawab Yogi.
"Ya gue kan bukan lo, holkay." Jawab Chandra.
"Mau gue bayarin?"
"MAU MAU!"
"Ogah, enak bener lo minta duit gue." Jawab Yogi membuat Chandra kecewa.
"Awas aja lo, Gik. Sakit hati gue."
"Ya udah sih. Sok cepetan, bentar lagi bakalan masuk kelas." Ujar Yogi.
"Ji? Lo kenapa?" Tanya Jevan yang menyadari Aji dari tadi bengong melihat satu orang yang membuatnya penasaran.
"Nanti di sekolah kita ada undangan? Kok ada orang disana rame bener?" Tanya Aji membuat semua temannya ikut melihat ke arah yang di maksud Aji.
"Gak usah di peduliin. Yuk masuk kelas buruan." Ajak Jevan dan semua menurutinya.
***
Aji suka menyendiri. Sekarang sudah waktunuya pulang, tapi dia masih menetap di sekolah dan berada di tempat favoritnya. Ujung taman sekolahan.
Dia duduk disana sambil memakan bekalnya yang di bawa dari rumah. Masih enak katanya.
Ada seseorang yang mendekati dan duduk di sebelahnya. Aji tidak sadar, saking fokusnya mengunyah sambil bengong.
"Hey?" Ujar laki-laki itu menyentuh pundak Aji berniat menyadarkannya dari kehaluannya itu.
Aji kaget, dan menengok ke arah seseorang yang memanggilnya.
"Ah maaf. Ada apa ya? Maaf tadi gak denger sama sekali." Ampun Aji membuat orang itu menyerngit. "Enggak, gue gak ngomong dari tadi." Jawab laki-laki itu.
'Nih manusia gak sopan bener. Belum kenal malah pakai gue-lu. Mending gak usah aja ngomong kali ya?' Batin Aji.
"Kenapa sendiri disini?" Tanya laki-laki itu. Aji ingin mengetahui namanya tapi seragam nya tidak ada name-tag.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellaven of Ji(e)
Teen FictionStart: 15 August 21 End: - On going Sahel memang anak baru di sekolah dan di geng baru nya saat ini. Sahel memang sangat sopan dan rendah hati, tapi entah kenapa dia tidak ingin memamerkan sikap asli nya kepada 1 laki-laki itu. Ajinata Bargasena. Ru...