Aji saat ini ada di cafe didekat rumahnya. Kebetulan pengen disitu, belajar buat ujian terakhirnya. Aji duduk di pojokan sambil menikmati makanan, minuman, dan musiknya. Meski pelajarannya hanya sedikit masuk di otak, baca buku saja sebenarnya sudah cukup.
Aji hanya fokus kepada laptop didepannya, sampai orang yang keluar masuk, mengepel saja dia tidak tau.
Ada seseorang yang duduk didepannya, dia tetap mendiamkannya, tidak peduli di depannya ada siapa.
"Hey, sapa kek?" Ujar laki-laki itu. Suaranya jelas saja tidak asing. Itu Sahel.
Aji dengan penampilan yang membuka masker, kembali memakai maskernya.
"Ngapain kesini? Rumah kamu kesini kan jauh banget?"
"Iseng sih jalan-jalan jam segini. Pas papasan disini ngeliat sepeda kamu, tapi aku pikir mirip, eh mau ke rumah ngeliat sepeda kamu gak ada, ternyata beneran disini," jawab Sahel dan Aji mendiamkannya.
"Mending pulang, apa gak dicariin Mama emang malem-malem keluar begini?"
"Gak juga, Mama ngebiarin anaknya keluar jam segini. Asal pulang aja udah paling bener,"
"Kalo pulang udah ngehamilin anak orang, gimana?"
"Ngadi-ngadi, aku juga gak punya pikiran mau hamilin ya? Gak guna, ngerepotin ada," jawab Sahel kemudian memakan makanannya Aji.
"Kurang ajar, minta kek, apa kek, malah langsung di makan," ujar Aji kemudian merebut makanan kesukaannya.
Sudah tersisa 1/4, Sahel kalau makan pasti mulutnya lebar. Padahal makanannya lumayan besar.
"Beliin!"
"Gak mau, gak bawa uang,"
"Harus beliin, ganti! Harus tanggung jawab!"
"Gak bawa uang, ini liat, kantong ku kosong," ujar Sahel memperlihatkan isi kantong celananya.
"Gak mau tau, itu kata kak Lei itu sisa 1 lho,"
"Beneran sisa 1? Kalo ku tanya Lei ada banyak, gimana?"
"Udah malem, stok gak banyak juga. Beliin sekarang, besok gak mau, udah gak mood." Ujar Aji sambil murung.
'Damn.'
"Ok ok, selain ini gak ada lagi?"
"Gak, intinya kayak gitu, tapi 3 kali lipat,"
"Kok gitu? Kan cuman makan 1?"
"Kamu makan 3/4, gantinya ya 3 kue,"
"Harus banget?"
"Iya, harus banget, terus sekarang juga."
Sahel untung pakai masker, dari tadi entah kenapa dia gak bisa berhenti senyum.
Dia pun menghampiri kasir, dan ternyata memang itu sisa 1 1 nya. 'Bisa-bisa sekarat gue disini,'
"Ji? Selain menu itu, gak ada yang lain?"
"Gak, itu menu satu-satunya yang aku pengen malam ini,"
'Niatnya kesini menguntungkan, malah merepotkan,'
"Mba, bisa gak ya itu Choco Lava nya 3 aja mba? Itu dia ngomel soalnya,"
"Lagian mas, jangan di gituin anaknya, agak sensitif, mirip emaknya," jawab pelayan itu. Ohh berarti penjaga kasir ini sudah akrab dengan keluarganya Aji?
"Ohh gitu ya, ok ok, bisa gak ya? Malam ini aja? Nanti saya bayar 2 kali lipat deh,"
"Bisa mas, harga sama, gak usah bayar banyak-banyak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellaven of Ji(e)
Teen FictionStart: 15 August 21 End: - On going Sahel memang anak baru di sekolah dan di geng baru nya saat ini. Sahel memang sangat sopan dan rendah hati, tapi entah kenapa dia tidak ingin memamerkan sikap asli nya kepada 1 laki-laki itu. Ajinata Bargasena. Ru...