"Aji, cepetan." Ujar Jeno menyuruh Aji untuk menghampirinya di depan kelas.
Aji menyusul Jeno dan Jeno merangkulnya, entah anak ini jadi terlihat selalu marah setelah kehadiran Sahel.
"Lo kenapa? Muka ditekuk gitu mulu." Tanya Jeno dan Aji hanya menggeleng seperti mengatakan 'Tidak ada apa apa.'
"Bilang aja. Lo jadi agak beda akhir-akhir ini. Karena Sahel?" Tanya Jeno lagi dan Aji tetap melihat ke arah lantai.
"Bisa karena itu. Dia aneh, kemarin kaki dia gak sengaja luka, sebagai permintaan maaf gue traktir dia di cafe kak Levi. Lah malah pengen di traktir lagi sekarang. Ogah banget gue." Jawab Aji meluapkan semua isi hatinya.
"Hai Jeno, jadi kan ke gazebo nya?" Tanya Sahel kepada Jeno. Tentu saja Aji melakukan roll-eyes alias malas menanggapi Sahel ini.
"Yoi dong? Kita tiap hari wajib kesana, ya gak sih, Ji?" Tanya Jeno melirik ke arah Aji dan berjalan di lorong.
"Hari ini gue mau yang traktir, mau kagak?" Tanya Sahel setelah mereka ada di gazebo dekat warung Ima.
Semua menoleh ke arah satu sama lain, memastikan apakah mereka mau juga? Atau bahkan menolak?
"Apa gak ngerepotin?" Tanya Chandra.
Yogi jelas memukul pahanya. "Lo emang ngerepotin, ngapain nanya lo?"
"Eh, pala lo gue ngerepotin. Mananya ngerepotin coba?"
"Buktinya sekarang lo ngerepotin?"
Chandra mengangkat sedikit kursi yang di dudukinya. Ingin rasanya melempar kursi ini di kepada Yogi.
"Gak gue traktir lagi lo." Setelah mendengar kata itu, Chandra langsung berbaikan dengan Yogi.
"Giliran gini lo baik sama gue ya?"
"Jelas dong, tuan muda Yogindra eakk." Entahlah Chandra memang begitu orang nya.
"Tuan muda kita ada 4. Jevan, Yogi, Chan- eh dia miskin deng, Chris, sama Sahel. Gue yakin mereka tuan mudanya." Ujar Malik mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellaven of Ji(e)
Teen FictionStart: 15 August 21 End: - On going Sahel memang anak baru di sekolah dan di geng baru nya saat ini. Sahel memang sangat sopan dan rendah hati, tapi entah kenapa dia tidak ingin memamerkan sikap asli nya kepada 1 laki-laki itu. Ajinata Bargasena. Ru...