O8. Aji jatuh

353 50 11
                                    

"Aji? Gue numpang di rumah lo sebentar, boleh?" Tanya Sahel memelankan motornya supaya serupa dengan kecepatan jalan sepeda Aji.

"Mau ngapain?" Tanya Aji.

"Eee- anu numpang toilet doang," ujar Sahel berbohong.

Aji dengan santai nya percaya akan hal itu, "yaudah, boleh," jawab Aji dan Sahel mengatakan 'Yes' di balik helmnya.

Karena merasa Aji menggayuh sangat lama, Sahel pun mendorongnya sedikit demi sedikit, Aji kaget, lagi bengong dan fokus malah didorong.

"Santai dikit napa? Kaget tau," jawab Aji.

Sahel terkekeh gemas, siapa sih yang tidak pernah bilang Aji itu gemas?

"Maaf, biar cepet, udah kebelet banget ini," ujar Sahel.

"Tau rumahku kan? Di tembok kuning hijau nomor 52. Nanti liat aja ada ayah main sama hamsterku disana," jawab Aji dan Sahel mengangguk.

"Ok, duluan ya? Udah kebelet," ujar Sahel dan meninggalkan Aji. Tidak apa-apa, tinggal beberapa gowesan lagi sudah sampai rumah.

Sahel berusaha santai, dan ingin memasuki halaman rumahnya Aji. Sahel kaget karena benar ayahnya di teras rumah sambil bermain dengan hamsternya Aji.

"Siapa ya?" Ujar Barga yang menyadari ada seseorang yang gak asing baginya.

"Saya temannya Aji, om. Boleh numpang toiletnya sebentar gak ya?" Tanya Sahel dan Barga segera membukakan pagarnya.

"Silahkan, nanti ada anak cowok saya, tanya saja ke dia ya?" Jawab Barga merespon Sahel dengan baik.

"Iya, om. Permisi ya?" Pamit Sahel masuk ke dalam rumah Aji tanpa menunggu Aji.

Barga segera menutup pagarnya. Kebetulan Aji sudah datang.

"Yah, ayah ngapain ditutup. Apa gak kasihan sama anaknya? Bukain dong, Yah." Ujar Aji di depan pagar.

"Buka sendiri sono," jawab Barga.

"Yah, Sahel yang temennya Aji aja di bukain. Masa anaknya sendiri gak mau dibukain?" Tanya Aji masih merengek.

"Dia ganteng, kamu jelek, wle," ledek Barga kepada Aji.

"Eh yah? Asal ayah tau, aku jelek gini hasilnya ayah sama bunda ya!" Ujar Aji.

"Jadi kamu ngeledek ayah jelek?"

"Ya ayah aja ngatain aku jelek? Bukain dong, Ayah nya Aji yang paling ganteng, 90 kali lebih ganteng dari Songkang, Yah." Puji Aji.

"Seperti basa basi kata-katamu itu nak, nak," ujar Barga sedikit cengengesan, dan membukakan pagar untuk anaknya.

Aji senang dibuka pagarnya, 'Padahal kebalik sih, Songkang yang gantengnya 90 kali dari ayah, maaf ayah,' batin Aji.

"Gak gratis, bayar," ujar Barga setelah Aji memakirkan sepedanya.

"Udah tadi pakai pujian dari Aji,"

"Puji doang, duit bos,"

"Nih," ujar Aji memberikan uang berwarna abu-abu kembalian dari kantin tadi siang.

"Miskin bener lu,"

"Yee, ayah aja yang pelit,"

Ayahnya terkekeh dan mendorong anaknya masuk ke rumah.

"Ya ampun ganteng banget kamu nak, nak. Ayo sini makan dulu. Panggilnya aunty aja ya," ujar Sheina memberikan Sahel duduk di tempatnya Aji biasanya.

"Ya ampun tan- eh aunty, Sahel kesini cuman numpang toilet aja kok, gak laper. Udah makan tadi pas di sekolah," ujar Sahel yang melihat Ibunya Aji menawarkannya makanan.

Hellaven of Ji(e)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang