"Bundaaaa!" Teriak Aji yang sudah ada di depan gerbang. Sheina ternyata sendirian dirumah, Jadev sedang kuliah sedangkan Barga kerja.
"Sebentar, wisss, udah dateng. Masih cakep-cakep kalian ya?" Ujar Sheina mengelap tangannya di celemek dan membukakan gerbang agar semua temannya Aji bisa masuk ke halaman rumah itu.
"Aji cakep gak, Bun?" Tanya Aji.
"Cakep tadi pagi, sorenya kok buluk kayak bapakmu," jawab Sheina mengejek.
"Aji anak Bunda lho Bun." Ujar Aji kemudian Sheina terkekeh.
"Yaelah percaya amat? Iya deh kamu buluk gak ada yang ngalahin," ujar Sheina kemudian membukakan gerbang itu.
"Astaga Bun, untung Bunda ku," ujar Aji kemudian ia memasukkan sepedanya di parkir khusus supaya temannya bisa leluasa memarkirnya.
Semua teman Aji memasuki halaman rumah itu. Untung saja cukup, bahkan masih ada banyak sisa di belakang sana.
Malik yang duluan memarkir pun membantu untuk menutup gerbangnya.
"Ya ampun Malik? Perasaan kemarin ketemu tante masih kelas 5, sekarang udah mau lulus SMA aja ya? Mau kuliah dimana nanti?" Tanya Sheina menghampiri dan memegang kedua pipi Malik.
"Kurang tau tante, tapi masih bakalan di Jogja,"
"Modelnya ngomong nya juga masih sama ya? Gak beda kamu emang, ayo semuanya masuk, habisin makanannya gapapa," ujar Sheina menawarkan temannya Aji masuk.
"Aji gak di ajak, Bun?" Tanya Aji menunjuk dirinya sendiri.
Sheina pun langsung menyusul Aji dan mendorongnya masuk ke rumah.
"Ayo dimakan, jangan lupa cuci tangan dulu, Aji? Mandi dulu nak, bau gini mau makan kamu?" Ujar Sheina dan Aji menatapnya sinis.
"Laper, Bun. Masa temennya Aji makan, Ajinya mandi?"
"Ya biar gak bau ini, mandi dulu sana, abis itu baru makan," ujar Sheina dan Aji mengangguk, dengan malasnya berjalan ke kamarnya.
"Tante, permisi ya mau ke kamarnya Aji, ngeliat hamsternya," ujar Rey yang sudah akrab juga dengan keluarganya Aji.
"Nak Rey gak makan dulu?" Tanya Sheina.
"Nanti tante, tunggu Aji selesai mandi terus nanti Rey makan barengan aja," jawab Rey.
"Oh iya iya boleh, silahkan,"
Setelah dapat izin dari Bundanya Aji, Rey langsung ke kamarnya Aji berniat untung mencolong hamster Aji yang satu-satunya.
"Ayo dimakan dulu, jangan malu-malu,"
"Nunggu Aji aja tante, biar barengan," jawab Sahel, manusia favoritnya Sheina.
"Aji mandinya lama, nasinya udah dingin baru dia selesai kadang,"
"Tante bumbu dapurnya aku colong aja ya? Wenak tenan ini makanannya," ujar Jeno mencicipi sambal baby cumi buatan Bundanya Aji.
"Bisa aja, Jeno. Ayo dimakan, gak usah nungguin Aji. Kelamaan dia,"
"Siap tante!"
***
"Bang? Ngapain lu di kamar gue?" Tanya Aji selesai mandi sambil mengelap rambutnya yang basah.
"Nyolong Jieran, ya main sama Jieran," ujar Rey mengelus elus kepala Jieran.
"Lu gak makan?"
"Nanti nungguin lu,"
"Romantis bener lu,"
"Ogah gue romansa sama lo, Ji,"
"Sono dah makan dulu, gue mau ngasih makan ke Jieran dulu,"
"Gue duluan, cepetan lo kesana,"
"Yoi,"
Rey pun meninggalkan Aji dan Aji memberi Jieran makanan. Sudah rutinitas setiap hari, setiap pulang sekolah, Aji pasti memberikan Jieran makanan. Terkadang orang rumah gak tau cara ngasih Jieran makanan.
Setelah Aji selesai memberi Jieran makan, ia langsung turun dan menyusul temannya.
"Tuhkan, mandinya lama banget, sini nak cepetan makan," ujar Sheina menyuruh Aji jalan dengan cepat ke dapur.
"Iya bunda, sebentar,"
Aji mengambil piring yang sudah di sediakan nasi, lauknya disuruh ambil sendiri. Sisa lantai yang kosong ada di sebelah Sahel, Aji terpaksa duduk disitu.
"Enak?"
"Banget,"
"Bunda gak makan?" Tanya Aji.
"Yeu, Bunda udah makan sebelum kamu nelfon tadi, habisin dah. Jugaan Ayah sama abangmu gak pulang hari ini,"
"Kok gitu?" Tanya Aji sembari memakan makanannya.
"Ayah lembur, Abang masih ngebuat skripsi sama temennya, jadi nginep deh,"
"Oalah, emang abang-"
"Makan dulu, kakean ngomong (kebanyakan ngomong),"
"Iya-iya bun,"
Semuanya makan dan Sheina menunggunya dengan bermain hp. Tak lupa pasti di video dan di ambil gambar, siapa tau Aji butuh kenangan.
Beberapa sudah selesai makan dan mencuci piringnya. Sungguh anak teladan.
"Habis ini jangan pulang dulu, disini aja dulu. Toh rumah ini cuman ada tante sama Aji kok, anggap rumah sendiri,"
"Siap tante,"
Aji segera ke kamarnya, jelas melihat Jieran. Aji menggendong Jieran keluar kamar, biar gak pusing cuman di kandang terus.
"Jieran gak lo kasih temen, Ji? Kasian dia sendirian pas lo sekolah," ujar Rey mengelus pipi Jieran.
"Gue gak sanggup melihara 2 hamster sekaligus, makanannya mahal," ujar Aji di akhir kalimat sambil membisik.
"Iya juga, tapi kasian sih dia sendirian," ujar Rey dan Aji juga berpikir. Malas memelihara 2 hewan, tapi kasian juga Jieran hanya punya teman manusia yang gak mengerti bahasanya.
"Nanti aja deh gue pikirin,"
***
"Hati-hati ya? Inget jangan ngebut, makasih banyak udah mampir kerumah tante. Habis ini langsung mandi lho ya?" Ujar Sheina.
"Iya tante, kita pamit ya? Makanannya enak kok, makasih ya tante?" Ujar Jevan mengacungkan jempol.
"Sama-sama, lain kali makan lagi disini, ya?"
"Siap tantee!!!"
Setelah itu mereka pergi dan tersisa Aji dan Bundanya.
"Apa?"
"Apa, Bun?"
"Ngapain kamu ngelirik Bunda?"
"Ya masa yang Aji lirik tanaman? Aneh dong?"
"Udah udah, yuk masuk. Jangan banyak omong kamu,"
"Iya, Bun, iyaaa,"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellaven of Ji(e)
Teen FictionStart: 15 August 21 End: - On going Sahel memang anak baru di sekolah dan di geng baru nya saat ini. Sahel memang sangat sopan dan rendah hati, tapi entah kenapa dia tidak ingin memamerkan sikap asli nya kepada 1 laki-laki itu. Ajinata Bargasena. Ru...