[#15]

86 12 0
                                    

Penyesalan. Terbesit kecil dalam hatinya ketika kepala Minho refleks menoleh padanya. Dalam jarak yang jauh ini. Dari lorong panjang terhampar di hadapannya. Amelia bisa membayangkan bahwa Minho tengah melotot syok padanya. Terkejut dengan tanda tanya besar menggantung; kenapa Amelia bisa terjebak di Maze. Kepala Minho beralih pada tembok di depannya, terlihat tengah berteriak-teriak panik sekaligus gemas pada sesuatu. Dari suara yang terdengar, tembok di hadapan Minho tengah bergerak menutup. Mungkinkah dia berteriak pada Alby. Apa yang tengah terjadi pada mereka sekarang.

Lorong itu terhampar lurus, tidak ada simpangan atau kelokan di hadapannya. Sementara Griever itu terus mengejarnya tanpa ampun. Amelia membawakan Minho dan Alby masalah baru, padahal kelihatannya mereka belum bisa meloloskan diri pada masalah yang saat ini tengah mereka lalui. Dan dia menyesal atas itu. Amelia bisa membuat Alby dan Minho mati bersamanya. Tolol. Mati tidak usah ajak-ajak, Am. Dia mengumpati dirinya.

Jaraknya dengan Minho semakin dekat. Dia tidak bisa merubah arah larinya. Amelia mungkin bisa berbalik dan menghadapi dua Griever itu, lalu mati. Tapi apa itu bisa membuat Minho dan Alby selamat dari petaka yang telah dia bawa. Goblok. Tentu itu tindakan yang sia-sia. Pada akhirnya mereka semua mati.

Kakinya terus berlari mendekat pada Minho yang masih berteriak panik pada Alby. Sesekali Minho menoleh padanya dengan cemas. Dua sisi tembok di hadapan Minho bergerak semakin tipis, menyisakan celah sempit. Tepat beberapa detik sebelum kedua sisi tembok itu bertemu, tiba-tiba seseorang keluar dari sana dengan cepat dan langsung menghantam tubuh Minho. Kedua tubuh bocah laki-laki itu terjatuh menabrak lantai Maze yang keras. Minho mendorong kasar bocah yang menindihnya, berdiri dengan panik dan menunjuk ke arah Amelia yang tengah berlari.

Bocah yang menubruk Minho terduduk dan menoleh ke arah apa yang ditunjuk oleh Minho.

Jika Amelia tidak ingat bahwa posisinya mirip rusa yang dikejar harimau. Dengan tolol kakinya mungkin akan tersandung oleh kakinya sendiri, jatuh terjerungup dengan wajah mencium lantai kasar Maze. Tapi untung saja otaknya mengirim pesan agar ketololan itu jangan sampai terjadi. Dia melotot syok melihat siapa yang tengah berdiri dan menatap panik sekaligus bingung padanya. Itu bukan Alby. Itu Thomas.

Saat jarak mereka semakin menipis, Minho dan Thomas menghimpun kekuatan mereka untuk berlari kembali. Minho memimpin dan Amelia berusaha mensejajarkan dirinya dengan Thomas. Bersama-sama, mereka berlari melalui lorong-lorong, berbelok di setiap tikungan. Minho tahu benar apa yang tengah dia lakukan, serta ke mana arah yang dia tuju. Tentu saja, ini wilayahnya, pasti Minho hapal betul pola perubahan tembok di sektor ini.

Ketika mereka berbelok di tikungan berikutnya, Amelia menahan keinginannya untuk menolehkan kepala pada Thomas. Pada saat membahayakan seperti ini, setiap detik adalah emas. Bahkan hanya untuk menoleh saja mereka harus hati-hati. Kehilangan fokus barang sedetik saja bisa membahayakan nyawa.

Minho berusaha bicara. Di antara napasnya yang berat, dia terengah-engah bicara, "berkat Thomas..., aku punya ide..., kita hanya perlu bertahan..., sedikit lagi."

Baik Amelia maupun Thomas tidak ada yang membuang napas untuk mengajukan pertanyaan. Mereka hanya perlu berlari, mengikuti Minho. Tanpa menoleh ke belakang, Amelia tahu bahwa Griever masih setia mengejar mereka dengan kecepatakan yang mengkhawatirkan. Setiap jengkal tubuhnya terasa nyeri, dalam maupun luar; seluruh bagian tubuhnya seolah menjerit, memohon agar berhenti berlari melewati batas kewajaran. Namun, dia harus terus berlari, berharap jantung dan paru-parunya kuat menerima semua tekanan ini, berharap mereka tidak meledak.

Setelah melewati beberapa belokan, Amelia tahu ke mana arah tujuan Minho, tempat ide Minho akan tereksekusi. Tepat setelah melewati kelokan terakhir, disepanjang lorong di depan mereka tampak kegelapan bertabur kerlip bintang. Ujung Maze. Udara hampa yang terhampar luas. The Cliff.

Literally, I'm In Hell || ff TMRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang