[#4]

172 25 0
                                    

Begitu mencapai Glade, Amelia langsung menuju Ruang Peta.

"Kayak apa rasanya?" Tanya Tomo dengan cengiran tengil begitu Amelia merengsak masuk ke dalam Ruang Peta. Wajah-wajah Runner lain menoleh menatapnya, terlihat lega dia kembali dengan selamat dan sangat berantakan.

Amelia melepas ranselnya dan mendesah lega begitu mendudukkan dirinya pada kursi di sebelah Tomo. "Kayak tai." Dia merogoh ransel, mengambil kertas yang telah dia coret-coret dan kertas lain yang masih bersih, mulai memetakan rute yang dia lewati tadi. Para Runner tertawa mendengar itu, lalu kembali berkutat dengan pekerjaan mereka.

Beberapa menit setelah Amelia tiba dan berkutat dengan selembar kertas dihadapannya, Minho dan tiga Runner lain tiba dengan nafas berat masuk ke dalam Ruang Peta, duduk bergabung dengan mereka untuk memetakan pola Maze yang baru mereka lalui. Amelia menatap Minho yang terlihat berantakan, letih, payah, dan sama lusuhnya seperti mereka. Badan bau dan basah oleh keringat, wajah yang kusut dan kotor, kesamaan semua anggota Runner. Minho mengangkat pandangan padanya, rautnya terlihat keras sekali.

"Apa?" Tanyanya dengan tajam.

Yang ditanya menggedikkan bahu. "Ada yang punya air?" Amelia mengitarkan pandangan pada Runner lain.

"Udah habis semua, belum ada yang ambil." Kata Tomo, menghela nafasnya. Runner lain menggeleng.

"Ok, kuambil kan." Amelia merogoh ranselnya untuk mengambil botol yang telah kosong. "Sini-sini, mana botolnya." Dia berdiri, mengulurkan tangan meminta botol pada yang lain.

"Wah, baik banget mau direpotin," Tomo menyodorkan tiga botol pada Amelia. "Pasti minta dicium, nih." Tomo berdiri dan merentangkan tangannya pada Amelia, bibirnya dia majukan, menyambut Amelia dalam pelukan dan ciuman.

Amelia spontan memukul kepala Tomo menggunakan botol minumnya. Tanpa ampun dan memastikan bahwa itu keras terpukul pada kepala laknat Tomo. Di antara semua anggota Runner, Tomo satu-satunya yang berani berperilaku tidak waras dan tidak jelas pada Amelia. Amelia kadang merinding jijik melihat perlakunya jika mode nyelenehnya sedang kambuh.

Tomo mengaduh, kembali duduk dan mengusap-usap kepalanya. "Tega banget sih, Am."

"Jijik, bor." Amelia menggunakan slang yang biasa Tomo gunakan. Mengambil tiga botol di hadapan Tomo lalu melipir keluar, menghiraukan gelak tawa yang pecah di belakangnya.

Amelia keluar dari hutan, menyusuri tanah lapang Glade menuju dapur Frypan. Teriakan kesakitan Ben dari Wisma terdengar sayup, dia teringat kejadian kemarin. Untung saja Alby tidak mem-banish Ben, bisa gila jika itu terjadi. Pintu Maze telah tertutup, matahari mulai beristirahat menuju peraduannya.

"Fry, aku minta air." Amelia berkata begitu dia sampai di dapur, Frypan dan yang lain terlihat tengah sibuk mempersiapkan makan malam. Amelia mengernyit, terlihat lebih meriah daripada makan malam biasanya.

"Ada acara apa?" Tanyanya sembari mengucurkan air pada botol minum yang dia bawa satu-persartu.

Frypan menatap Amelia, menghentikan aktivitasnya memotong-motong daging, tidak menyembunyikan pancaran kebodohan untuk Amelia. "Greenie baru tiba hari ini, kotak tiba sedikit terlambat dari hari biasa."

Amelia mengangguk, lalu mengucurkan air pada botol berikutnya. Benar, akan ada jamuan untuk pesta sambutan Greenie yang tiba setiap bulan. Dia lupa bahwa ini sudah sebulan sejak Chuck tiba, pantas saja dia merasa ada sesuatu yang terlewat. "Laki-laki lain?" Dia berharap itu perempuan. Tapi wajah Frypan sudah menjelaskan semuanya.

"Baiklah, tidak sabar menyantap makan malam istimewa buatanmu." Dia melambai pada Frypan dan yang lain, membawa empat botol minuman terisi penuh dalam dekapan tangannya, lalu melangkah keluar. Sebenarnya dia tidak begitu berharap bahwa Greenie baru yang tiba adalah perempuan. Harapan itu masih ada, tapi sudah kecil sekali.

Literally, I'm In Hell || ff TMRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang