-Chapt 2.-

1.8K 156 0
                                    

“Makasih Chae udah mau jadi sahabat ku.”
.
.
.
.

Mobil Chaeyoung berhenti didepan sebuah toko obat.

“kenapa kita disini chae” tanya taeyong, tanpa menjawab Chaeyoung membuka pintu mobilnya lalu keluar, sebelum pergi dia berbicara kepada Taeyong.

“Pipi lo pasti sakit kan, tunggu bentar gue beli obat dulu” kata Chaeyoung lalu berjalan masuk ke toko obat, Sekitar sepuluh menit Chaeyoung akhirnya kembali.

Chaeyoung menyodorkan obat yang tertera nama Taeyong disana. sekali lagi taeyong merasa berterima kasih kepada sahabatnya itu.

Mobil Chaeyoung kembali berjalan. Tak lama mereka berhenti di sebuah taman, entah kenapa Taeyong selalu minta diturunkan disini, Chaeyong memang bertanya tanya, namun dia mengiyakan saja.

Taeyong pun keluar mobil, begitu pula Chaeyoung. “Terimakasih lagi Chae, uang obatnya akan aku ganti besok.” ucap Taeyong.

“gausah, kayak sama siapa aja, lu kan sahabt gue tae” jawab Chaeyoung dan menghampiri Taeyong kemudian memeluknya selama beberapa menit.

“Tapi Chae-” belum sempat Taeyong menyelesaikan katanya, Chaeyoung segera pamit pulang.

“Gausah, Bye Taeyongie” ucap Chaeyoung sambil melambaikan tangannya kemudian masuk ke dalam mobil.

Mobil Chaeyoung perlahan mulai menjauh dan Taeyong pun berjalan menuju rumahnya yang berada tak terlalu jauh dari taman itu.

---

Taeyong sampai disebuah rumah yang terlihat sederhana, sejak Papanya bangkrut mau tidak mau mereka tinggal di tempat ini, Taeyong juga tidak masalah tinggal dimana pun asalkan punya tempat berlindung dari panas dan hujan.

Suasana rumah terlihat sepi dari depan, Taeyong terlihat bingung, biasanya saat pulang dia melihat Mamanya sedang menyiram tanamam atau sang Papa yang membaca koran di depan rumah.

“Pa.. Ma.. Tae pulang.” Ucap Taeyong sambil berjalan masuk kendalam rumah. Betapa terkejutnya ia melihat beberapa pecahan piring dan makanan berada di lantai rumah.

Seolah mengerti apa yang terjadi, Taeyong bergegas menuju kamar orang tuanya, untuk melihat sang mama. Setelah menemukan sosok mamanya taeyong langsung memeluknya. Posisi mamanya saat itu meringkuk menangis lirih.

“Ma...” panggil Taeyong yang kemudian memeluknya.

“Nggak papa, Taeyong disini, mama udah dong jangan nangis” Kata Taeyong mencoba meredakan tangisan Mamanya.

Setelah beberapa saat akhirnya tangisan mamanya terhenti.

“Mama mau pisah sama Papa kamu” Kata mamanya yang membuat Taeyong terkejut karena itu. Tidak pernah mamanya mengatakan kata pisah, tapi ini, Taeyong merasakan sesak didadanya, namun mencoba tegar.

“Lakukan yang Mama mau lakukan jika itu terbaik bagi Mama” Kata Taeyong yang mencoba tegar. Akhir akhir ini Papanya memang terlihat berubah, sering marah marah dan menjadikan Mamanya sebagai tempat pelampiasan.

“Jika Mama pisah, kamu ikut mama kan?” sulit menjawab pertanyaan tersebut, namun bagaimana lagi, mamanya telah melahirkannya di dunia.

“Iya ma, Tae akan ikut Mama” ucap Taeyong sambil memeluk mamanya lagi.

Keadaan sudah mulai membaik, mamanya juga sudah terlihat tenang, terlihat wanita paruh baya itu berjalan ke ruang makan, membersihkan piring-piring yang tadi berserakan, sedangkan Taeyong berjalan ke kamarnya untuk bersih bersih dan berganti baju.

---

ting!...

Suara notif handphone milik Taeyong berbunyi namun ia hiraukan.

The Jung'sFam (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang