↓DUA↑

2K 203 42
                                    

SERA's POV

Pistol.

Bunyi desing peluru.

Darah.

Kapak.

"Sleep tight, Grey—" DOR! Klentang! —pisaunya Corbin lepas dan jatuh. Sebelum akhirnya dia sendiri yang ikut tumbang dan nggak bergerak. Gue membunuh Corbin...

"Apaan sih," gue menepis flashback tadi jauh-jauh. Lagian Corbinnya nggak mati. Malah anak buahnya yang mati di tangan gue.

Herannya gue bebas dari tuntutan harus di penjara. Eh bukannya malah bagus ya, hehe. Kalian juga jangan ada yang ngaduin gue ke polisi ya? Hehe.

"Are you listening to me or nah?"

Gue kembali ke keadaan nyata setelah mendengar suara Greyson dari headset yang masih nempel di kuping gue. Gue mengangguk ke arah layar laptop. Disana juga ada wajahnya dia, lagi masang ekspresi datar ke gue. Yap, kita lagi skype-an.  Tepatnya pada malam hari, jam 08:15.

"Sure. I'm listening to you. Just..."

"Just what?"

Masa iya gue bilang barusan flashback sama kejadian 2 tahun lalu?

"Nothing."

"Boo liar." Greyson memutar bola matanya malas. Dia emang gampang nebak kalau gue lagi nyembunyiin sesuatu. Untuk kali ini, gue bener-bener nggak pengen mengungkit masa lalu kelam itu. Biarin dah semuanya terkubur dalam-dalam dan kalau perlu hilang sekalian ke black hole.

"Just nothing. I don't want to discuss about this," kata gue. Greyson mengangguk.

"But tell me later—if you want."

"Sigh—alright. Aren't sleeping yet?" gue mencoba beralih topik.

"No. You know I'm still studying." dia mengangkat sebuah buku berisi angka-angka kecil di halamannya. Gue rasa kalau nggak matematika, ya fisika. "See?"

Gue mengangguk. "Studying for SAT, eh?"

Greyson mengangguk dan tersenyum masam. SAT adalah Scholastic Aptitude Test atau Scholastic Assessment Test, yakni tes standar untuk penerimaan mahasiswa baru di Amerika. Secara umur, gue tepat lebih kecil 9 bulan dari Greyson. Jadi, grade-nya dia lebih tinggi satu tingkat dari gue. Dan Greyson bakal ngikutin SAT-nya pas bulan Maret depan.

Sumpah, lo harus liat gimana ekspresi Greyson pas belajar. Setiap belajar kimia, dia bakal garuk-garuk kepala sendiri sambil gigit-gigit pensil. Setiap ngerjain soal fisika dan nggak berhasil nemu jawaban, dia bakal nyanyi-nyanyi histeris sendiri. Gue kadang sampai nggak tahu harus nanggepin dia kalau udah sarap gitu.

Dia—sering—maksa gue nemenin dia belajar lewat Skype. Seperti sekarang ini. Dan gue juga menyanggupi, karena dia biasa belajar siang-siang, dimana notabene di Indonesia sudah malem.

LDR itu lucu ya, hehe. Menurut gue sih. Sering kali gue ngedumel karena nggak bisa hangout sama Greyson kayak temen-temen gue lakuin sama pacarnya; jalan ke mall lah, nonton lah, dinner lah. Gue? Masa iya gue Skype-an di Cinema 21?

Saat ini gue sama Greyson lagi sama-sama belajar. Dia masang laptop didepan meja belajarnya, gitu juga gue. Bedanya cuma dia lagi persiapan untuk SAT, dan gue cuma ngerjain PR matematika tentang peluang.

Sigh. Sumpah, materi yang paling nggak masuk akal buat gue.

"Hey Grey, wanna listen to a question from my homework? This is a bit hilarous." gue mengambil LKS matematika lalu membaca 1 soal dari PR gue. "There's a five kids named Dewi, Ayu, Laras, Dion and Vini. They sit in circle around a campfire. If Dion always wants to sit beside Vini, how many sit composition are possible for all of them?"

EXPECTATION -g.c (AITN TRILOGY #2) / on edit tooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang