multimedia: on the way (soon) to your Wattpad. "Killing Thrilla", a horror-riddle Greyson fanfic by me (story+cover).
author's POV
Terlepas dari siapa yang benar-begitu menurut YN-dia tetap menepati janjinya untuk menemani Thomas disepanjang sisa hari itu. Dihari itu juga YN tahu lebih banyak tentang Thomas. Pria berambut pirang keemasan dan juga punya cekungan di pipinya itu tinggal di flat sendirian di Wembley, karena keluarganya yang lain menetap di London. Thomas menambahkan alasannya karena dia ingin kuliah di luar London. Lalu dia memilih Wembley sebagai tempat ideal. Bekerja sebagai wartawan freelance pun hanyalah sampingannya untuk mencari uang saku tambahan. Pertanyaan YN tentang alasan tidak adanya orang yang menemani Thomas saat itu pun akhirnya terjawab.
"Nenekmu akan kemari besok. Dia tadi yang menjawab teleponnya," kata YN setelah selesai menghubungi nenek Thomas. Memang terlambat, tapi karena keadaan, Thomas baru bisa memberitahu nomor keluarganya untuk dihubungi.
"Bagaimana reaksinya?"
"Panik."
"Sangatkah?" Thomas berjengit. YN terkekeh akibat melihat raut wajahnya yang lucu.
"Kau benar-benar berharap seisi rumah heboh menanyakan kondisimu?"
"Apanya yang lucu dari itu? Kenapa kau tertawa? Aku nyaris saja mati!"
"Raut wajahmu itu yang lucu, tuan Sangster."
Thomas lantas mengganti ekspresi wajahnya dengan senyuman lebar. Membuat pipinya sedikit tembam serta cekungannya itu. YN meletakkan iPhonenya diatas meja berisi obat-obatan disamping ranjang pasien, disebelah sebuah smartphone Samsung warna biru gelap tanpa silikon pelindung. YN sempat diam karena baru sadar ada handphone disana.
"Milikmu?" dia bertanya ke Thomas. Thomas menoleh sejenak ke atas meja.
"Ah, iya," pun dia mengangguk. Thomas melanjutkan sambil celingak-celinguk bingung, "Untung mereka menyimpannya. Ngomong-ngomong dimana seragam kerjaku? Dan kartu tanda persku?"
Kartu tanda pers?-YN langsung teringat. Dia meng-oh lebar tanpa suara. YN merogoh kantong celananya, dimana dia menyimpan kartu pers Thomas. Ketika dia mengembalikannya, si pemilik hanya bisa menatapnya bingung.
"Terjatuh ketika kau ditandu, lalu aku memungutnya. Kurasa ini penting."
"Sangat penting, malah." Thomas mengambil kartu persnya lalu mengalungkannya di leher. "Bagaimana menurutmu?"
YN mengulum bibir bawahnya, berpikir sejenak. Namun pada akhirnya dia hanya mengatakan, "Bagus," dan membuat Thomas kembali mengernyit lucu seperti sebelumnya.
"Hanya bagus?"
"Emm kau seperti wartawan yang sekarat sehabis meliput medan perang akibat terkena baku tembak dan puing reruntuhan-sudah puas?"
"Sangat." Mereka berdua pun tertawa. YN meletakkan iPhonenya dan menarik sebuah kursi agar ia bisa duduk disamping ranjang Thomas. Belum ada semenit ia duduk, Thomas kembali memulai obrolan. "Hei ngomong-ngomong, ceritakanlah tentang dirimu, YN."
"Tentang aku? Kenapa?"
"Hanya ingin tahu."
"Aku hanya fans yang beruntung-kau pasti mengerti, aku memacari seorang penyanyi. Tidak lebih."
Thomas menatap YN lurus-lurus. "Aku tahu kau merendah."
"Maksudnya?"
Thomas menggeleng. "Tidak. Aku bisa membaca dari sorot matamu. Jelas sekali kau sedang merendah. But it's ok."
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPECTATION -g.c (AITN TRILOGY #2) / on edit too
Fanfic-book #2 of AITN TRILOGY- Siapa juga yang mau terlibat dalam aksi berbahaya untuk yang KEDUA kali? Tentunya bukan Sera dan Greyson. Tapi kalau kenyataannya berkata lain? Buku ini menceritakan petualangan baru Sera dan Greyson yang harus memecahkan s...