Diana begitu serius dengan laptopnya. Sampai-sampai cewek berkacamata itu tidak mendengar kalau Ibunya sedari tadi terus menerus memanggil namanya. Kalau dilihat-lihat, Diana ternyata sedang menonton film yang sempat ia lewatkan di televisi. Karena itu adalah film kesukaannya, maka Diana memutuskan untuk menonton ulang di YouTube lewat laptop.
Film tersebut berisikan tentang kisah cinta remaja. Yang di mana sang maid lead berjuang untuk menyelamatkan kekasihnya, sang heroin. Diana hanya bisa fokus pada film sedih dan romantis itu. Sudah dia duga menjadi pemeran utama dalam sebuah film akan sangat berat apalagi dalam kehidupan nyata seperti ini.
" Diana!" Suara pekikan itu terdengar sangat nyaring hingga seluruh penjuru rumah sampai tetangga sebelah pun bisa mendengar suara itu. Diana hanya bisa menutupi kedua telinganya agar pendengaran nya tetap baik-baik saja.
" Diana!" Sang pelaku pun kini sudah berada di hadapan Diana. Dengan sorot mata yang tajam dan wajah datar, Anggun-- ibunya Diana -- merebut paksa laptop yang semula bertengger manis di paha Diana kini beralih posisi berada di genggaman nya. Diana mengerucutkan bibirnya kesal.
" Ibu!" Rengek Diana seperti anak kecil yang ingin di belikan permen oleh ibunya. Anggun kembali menatap tajam ke arah anaknya.
" Laptop terus dari tadi. Emang situ nggak ada kerjain lain?" Tanya Anggun sembari duduk di sebelah putri semata wayangnya itu. Diana hanya mengangguk mengiyakan.
" Ibu hari ini ada acara sama teman-teman alumni ibu. Kemungkinan besok pagi ibu akan pulang," ucap Anggun sambil menatap Diana yang sedang menatap ibunya dengan raut wajah kebingungan. Acara seperti apa yang membuat ibunya pulang besok pagi? Terus malam ini dia sendirian di rumah gitu?
" Aku takut sendirian di rumah, Bu." Diana khawatir dirinya akan di culik kemudian di jual ke luar negeri. Diana sering mendengar berita di televisi terkait penculikan remaja putri apalagi remaja putri nya yang bening- bening seperti Irene Red Velvet. Diana salah satu dari remaja putri yang bening-bening itu.
" Kan ada calon mantu ibu yang jagain kamu," ucap Anggun sambil mengedipkan sebelah matanya genit.
" Perasaan aku nggak punya pacar, deh, Bu," ucap Diana dengan mimik wajah berpikir. Pasalnya di sekolah tidak ada satu cowok pun yang dekat dengan dirinya, kecuali Kalandra. Itupun hanya sebatas tetangga. Garis bawahi, hanya sebatas tetangga.
Anggun bangkit dari sofa dengan wajah datar seperi sebelum- sebelumnya. Diana yang melihat perubahan ekspresi dari wajah Ibunya hanya waspada kalau saja nanti ibunya akan berteriak seperti orang kesetanan.
" Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar. Seperti nya itu berasal dari pintu depan rumah. Diana buru-buru berdiri kemudian berlari kecil ke arah pintu. Dari pada nanti ia akan mendengarkan teriakan ibunya yang melebihi toa mesjid.
" Waalaikumsalam," sahut Diana ketika cewek itu sudah membukakan pintu. Diana terheran-heran ketika melihat wajah Kalandra yang babak belur. Tapi cewek itu seolah tak peduli atau pura-pura tak peduli.
" Eh, ada calon mantu," ucap Anggun yang entah kapan datangnya. Kalandra hanya tersenyum menanggapi.
" Lo ngapain ke sini, Ndra?" Tanya Diana bingung. Anggun menyenggol lengan anaknya yang tak tau sopan santun itu. Bukannya di suruh masuk malah di tanya seperti itu.
" Maaf ya nak Andra," ucap Anggun sambil tersenyum manis. Diana hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Ibunya itu tidak pernah tersenyum semanis itu kepadanya.
" Nggak papa, kok, Ma," ucap Kalandra sambil tersenyum tipis.
Diana melongo mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Kalandra. Apakah Anggun memaksa cowok itu untuk memanggilnya mama juga? Tidak, itu tidak boleh!
" Kok Kalandra manggil Ibu Mama?" Tanya Diana yang langsung di hadiahi pelototaan tajam oleh Anggun.
" Nggak usah di dengerin. Diana emang gitu. Ya udah Mama mau pergi dulu, ya? Jaga calon istri kamu baik-baik!"
" Iya," sahut Kalandra sekenanya.
Anggun tersenyum. Wanita berumur tiga puluhan itu pun langsung menaiki mobil dan melesat pergi tanpa menengok keadaan anaknya sendiri. Diana hanya menatap datar kepergian ibunya.
" Ayo," ajak Kalandra.
" Kemana?" Tanya Diana bingung.
" Ke rumah gue," sahut Kalandra malas.
Mata Diana melotot seakan-akan ingin keluar dari tempat nya. Berarti ibunya itu menitipkan dirinya kepada Kalandra. Tak cemas kah ibunya itu kalau anak perempuan nya tinggal satu atap bersama seorang laki-laki?
" Ta- tapi." Belum selesai cewek itu berucap, Kalandra sudah mengangkat tubuhnya dan menggendongnya layaknya karung beras.
" Tapi apa?" Tanya Kalandra sambil menatap Diana yang sedang berteriak- teriak seperti orang kerasukan setan.
" Kalau lo khilaf nanti gimana?" Tanya Diana polos.
" Tinggal nikah aja. Beres, kan?"
" Lo gila!"
-
~ maaf pendek🙏 tugas aku lagi banyak bgttt:(
Insyaallah nanti aku up malam😊
Jangan lupa vote dan komen sabii🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Rute
Teen Fiction" Jarak kita memang dekat, tetapi hati kita saling berjauhan." *** Diana Aqilah, remaja cantik berusia 16 tahun yang tidak ingin berbaur dengan para pentolan sekolah. Dirinya hanya ingin berperan sebagai tokoh figuran yang cuma numpang lewat. Yang...