Sebelum baca, kalian jawab dulu ya wkwk:)
Random question.
1. Kalian bangun pukul berapa?
2. Bisa nebak ga alurnya gimana?
3. Sakit hati di ghosting apa diputusin?Love biru dulu buat part ini💙💙
-------------
Ya Tuhan tolong aku!
Brak!
" Stop!!"
Nathan berdiri di ambang pintu dengan nafas memburu. Keringat membasahi rambutnya sehingga rambut itu menjadi lepek. Matanya menatap tajam Queenzie dengan tatapan tajam seperti ingin membunuh cewek kejam itu sehingga hilang dari muka bumi.
Queenzie beserta kedua sahabatnya menatap takut-takut ke arah Nathan. Nathan benar-benar terlihat sangat menyeramkan. Sangat berbanding terbalik dengan Nathan yang biasanya ramah dan suka bercanda.
Diana tersenyum kecil ketika melihat keberadaan Nathan yang sedang menatapnya khawatir. Nathan segera melepaskan jaket berlogo serigala- nya kepada Diana untuk menutupi seragam cewek tersebut yang sudah dikatakan sangat tidak layak untuk dipakai.
" Baby Nath, kok kamu nolongin dia, sih?" rengek Queenzie tidak terima.
Nathan memalingkan wajahnya. Menatap dengan intens manik hitam Queenzie. Queenzie yang ditatap begitu intens menjadi salah tingkah. Beginilah kalau seorang wanita ditatap oleh satu ekor buaya. Pasti di buat salah tingkah apalagi buaya itu jelmaan seorang pangeran tanpa kuda.
" Lo tahu kenapa gue nolongin dia?" tanya Nathan sambil mencengkram lembut pundak Queenzie.
Queenzie sontak menggeleng. Selain karena otaknya yang blank, cewek itu juga sebenarnya tidak terlalu mengetahui hubungan di antara Nathan dan Diana. Karena terlalu emosi ketika ada nomor yang tak dikenal mengiriminya foto Nathan dan Diana yang sedang makan di kafe, Queenzie langsung bergegas mendatangi Diana yang sedang duduk di pos satpam.
" Zie, gue mohon sama lo ubah kebiasaan buruk lo itu. Diana itu hanya cewek polos yang gak tahu apa-apa. Kami makan di kafe itu cuma karena kebetulan bukan kesengajaan." Nathan melepaskan cengkeramannya pada Queenzie sambil menarik nafas.
" Lo gak apa-apa kan, Diana?"
Diana menggelengkan kepalanya pertanda bahwa dia baik-baik saja. Nathan tahu bahwa itu hanya kepalsuan belaka. Maka dari itu, Nathan mengusap rambut Diana yang sangat berantakan.
" Udah berapa lama lo gak sisiran?" tanya Nathan sambil terkekeh ringan.
Diana juga ikut terkekeh. Dengan suara serak Diana menjawab, " udah dari tahun yang lalu."
Nathan mengerutkan keningnya. Merasa bahwa ada yang tidak beres dengan cewek berkacamata ini.
" Din, kenapa suara lo serak? Perasaan kemarin baik-baik aja deh?" Nathan bertanya sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tingkah Nathan yang menurut Diana lucu itu tak tahan untuk tidak mencubit pipi cowok itu.
" Ish, jauhin tangan kotor lo itu, bitch!" peringat Queenzie dengan muka merah padam menahan amarah. Ia tidak rela Baby Nath- nya disentuh oleh tangan lain selain dirinya.
" Kenapa? Muka muka gue kenapa lo yang marah? Aneh."
" Baby Nath!" rengek Queenzie tidak terima.
" Gara-gara makan es terlalu banyak, makanya jadi serak kayak gini," ucap Diana yang diakhiri dengan kekehan ringan.
Nathan menggelengkan kepalanya kuat. Cowok itu tahu bahwa Diana kembali berbohong kepadanya. Suara serak itu tidak Diana dapatkan karena terlalu banyak memakan es, tapi itu karena cekikan maut Queenzie yang dahsyat- nya minta ampun. Nathan mengetahuinya karena bukan hanya Diana yang merasakan cekikan maut Queenzie, Nathan juga pernah merasakannya ketika cewek itu mencekiknya dalam keadaan tidak sadar. Berawal dari situlah Nathan menjadi ilfeel kepada Queenzie.
" Lo bohong! Din, jangan terlalu baik sama orang yang udah nyakitin lo. Sesekali lo harus balas perbuatan mereka. Biar lo gak diinjek- injek terus!" ucap Nathan sambil tersenyum hangat ke arah Diana. Diana pun membalas senyuman hangat Nathan dengan senyuman lebar. Ia beruntung karena ada Nathan di sisinya.
Queenzie yang sudah terbakar api cemburu pun dengan khilaf mengambil botol parfumnya yang terbuat dari kaca itu dan hendak ia layangkan tepat di atas kepala Diana.
" Rasakan ini, bitch! Hiyya!!"
Diana menutup kedua bola matanya. Kalau nyawanya akan berakhir, Diana ikhlas. Dia ingin kembali bertemu dengan ayah dan ibu kandungnya. Mungkin di akhir kehidupannya nanti Diana akan menulis surat permintaan maaf kepada Anggun karena telah mengumpati wanita itu selama ini.
Prang!
Botol kaca itupun pecah. Bunyinya menggema sampai ke luar toilet. Darah mengalir deras bersamaan dengan ringisan seseorang. Ini bukan lagi pembullyan melainkan percobaan pembunuhan.
Diana membuka matanya. Bola mata cewek itu membulat ketika melihat Nathan yang melindunginya. Darah mengalir deras dari pelipis. Diana menutup mulutnya tak percaya.
" Baby Nath!" teriak Queenzie khawatir.
" Ya ampun. Drama banget deh, hari ini. Iya kan, Je?" tanya Lia kepada Jeji yang sedari tadi terus tercengang melihat adegan dramatis yang dilakoni ketiga manusia di depan mereka.
Jeji mengangguk-anggukkan kepalanya membenarkan ucapan Lia. Jeji sebenarnya tidak paham dengan ucapan Lia karena memang dasarnya cewek itu bego. Tapi karena tidak ingin menambah suasana menjadi dramatis, Jeji hanya mengiyakannya saja.
" Stop! Gue gak suka sama cewek kasar dan pencemburu kayak lo! Udah cukup lo nyiksa Diana sampai dia lemes kayak gitu. Jangan lo bunuh juga! Oh shit!" Nathan mengumpat karena perlakuan Queenzie sudah keterlaluan.
Tidak memperdulikan rasa nyeri di kepalanya, Nathan menggendong Diana yang membuat sang empu terkejut. Nathan menoleh ke arah Queenzie dengan tatapan dingin. Queenzie yang ditatap seperti itu hanya menundukkan kepalanya takut. Jangankan menatap, meneguk ludah saja rasanya ia tidak bisa.
" Nathan, gak apa-apa nih lo gendong gue? Gak berat?"
" Berat? Yaiyalah! Emang lo kapas yang sekali tiup langsung terbang?!"
Diana memutar bola matanya jengah. Diana salah karena sudah menganggap Nathan baik karena telah menolongnya. Tapi nyatanya sifat menyebalkan cowok itu belum juga memudar.
-
Kalandra duduk di bawah pohon yang letaknya tak terlalu jauh dari pekarangan sekolah. Cowok itu melihat semuanya. Garis bawahi, semuanya.
Kalandra menatap langit yang nampak cerah hari ini. Awan putih terus bergerak mengikuti kemanapun angin membawanya. Seberkas ingatan masa lalu kembali menghantuinya. Dua tahun yang lalu. Iya, dua tahun yang lalu. Tahun di mana semua lembar kehidupan ini dimulai.
Kalandra melihat betapa khawatirnya Nathan ketika Diana dibully oleh Queenzie. Nathan yang dengan relanya melindungi Diana yang notabenenya bukan siapa-siapa cowok itu. Dan Nathan yang menggendong Diana menuju UKS sampai menjadi pusat perhatian semua murid di koridor.
Semuanya telah berubah. Peristiwa dua tahun yang lalu benar-benar mengubah segalanya.
Dulu, Kalandra yang selalu menjadi pelindung Diana. Bahkan Kalandra lah yang menemani Diana ketika kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Tapi sekarang tidak lagi. Kenangan itu telah terhapus beriringan dengan mereka yang telah beranjak dewasa.
Dirinya bukan lagi seorang pahlawan di mata Diana. Posisi itu telah tergantikan oleh orang luar yang tanpa sengaja masuk ke dalam kehidupan mereka. Dan sialnya kepercayaan yang selama ini mereka pegang teguh hancur karena sebuah peristiwa dua tahun yang lalu.
-
~ hai hai hai!!
Maaf telat up 🙏 kalian tahu kan tugas sekolah aku lagi banyak bgttt😭 jangan lupa vote dan komen 🔥 share juga kalo kalian sukaa❤️ dukung cerita ini supaya cepat berkembang dan banyak peminatnya, terimakasih ☺️❤️.
Mau spam next? Tap di sini👉
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Rute
Teen Fiction" Jarak kita memang dekat, tetapi hati kita saling berjauhan." *** Diana Aqilah, remaja cantik berusia 16 tahun yang tidak ingin berbaur dengan para pentolan sekolah. Dirinya hanya ingin berperan sebagai tokoh figuran yang cuma numpang lewat. Yang...