4. Malam Yang Berbeda

616 128 39
                                    

Kalandra menatap titisan hujan lewat kaca jendela kamarnya. Cowok itu duduk di sofa singgle dengan di temani secangkir kopi hangat. Sesekali dirinya menghela nafas karena Diana sedari tadi tak berhenti mengomel.

" Ndra, beneran, nih, gue tidur di kamar lo?" Tanya Diana tak yakin.

Kalandra meminum kopinya dan meletakkan cangkir kopi tersebut di atas meja. Kemudian, cowok tersebut menatap Diana dari atas sampai ke bawah dan sebaliknya.

" Kenapa lo?" Tanya Diana waspada. Bagaimanapun Kalandra adalah seorang laki-laki yang normal. Dia juga bisa khilaf walaupun sering menunaikan ibadah sholat.

" Nggak papa," sahut Kalandra datar.

Diana mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa dengan cowok ini? Apakah karena kehadirannya membuat Kalandra menjadi tidak nyaman? Ataukah Kalandra takut kalau ketahuan Naila bahwa Diana menginap di rumahnya atas permintaan ibunya Diana tapi Kalandra tak enak hati untuk menolak? Kalau begitu ceritanya alangkah baiknya Diana pergi dari rumah Kalandra atau pergi saja dari kamar cowok itu.

Saat Diana ingin berdiri dari posisi duduknya, tiba-tiba saja suara Kalandra terdengar hingga sampai membuat bokong Diana kembali duduk di ranjang.

" Jangan pergi atau gue cium!" Ucapan Kalandra barusan membuat bulu kuduk Diana merinding. Cewek itu tak menyangka kalau Kalandra sang juara umum di sekolah ternyata memiliki sifat mesum yang tersembunyi di balik kealiman dan kepintarannya.

Kalandra menampilkan senyuman devil nya yang jarang ia tunjukkan kepada cewek lain. Biasanya cowok itu menampilkan senyuman devil hanya kepada musuhnya sebagai tanda remeh ketika musuhnya kalah.

Diana bergidik ngeri ketika melihat senyuman Kalandra yang tak nampak seperti biasa. Sebagai cewek yang terpelajar, dia tahu harus melakukan apa ketika ada cowok yang berani macam-macam kepadanya.

Kalandra berjalan mendekat ke arah Diana. Cewek itu sudah siap dengan senjatanya kalau saja cowok itu berani macam-macam. Jarak antara mereka semakin dekat dan membuat Diana semakin waspada.

Sekarang, batin Diana sambil mengayunkan tangannya yang sudah ia persiapkan dari tadi. Kalandra yang sudah mengetahui rencana cewek itu langsung menahan pergelangan tangannya. Kalandra tersenyum miring ketika Diana bermonolog sendiri meruntuki kebohongannya.

" Kenapa? Gagal rencananya?"

Diana mendongakkan kepalanya. Cewek itu lupa kalau Kalandra memiliki tingkat kepahaman di atas rata-rata. Tak heran kalau cowok itu menjadi juara umum di sekolah.

" Lo mau ngapain coba?" Tanya Diana pura-pura kesal.

" Gue mau minta tolong sama lo buat obatin luka memar gue," jelas Kalandra. Cowok itu mengambil kotak obat di atas meja kemudian menyerahkan nya kepada Diana.

" Lo punya tangan, kan?"

" Punya," sahut Kalandra santai.

" Terus kenapa gue yang obatin luka lo!" Teriak Diana kesal.

" Anggap aja sebagai ucapan terimakasih karena gue udah bersedia untuk jagain lo selama ibu lo pergi," jelas Kalandra.

" Idih, nggak ikhlas banget," omel Diana kesal. Tapi cewek itu tetap melakukan apa yang diminta Kalandra. Diana membuka kotak obat kemudian cewek itu mengobati luka memar Kalandra dengan sangat tidak ikhlas. Samar-samar Kalandra tersenyum.

-

" Ndra, gue tidur di mana!" Kalandra yang sedang duduk di depan televisi hanya menghela nafas. Sudah berapa kali cewek itu berteriak- teriak seperti ibunya. Entah apa yang dikatakan cewek itu, Kalandra hanya diam saja tak menanggapi.

Diana menyusul Kalandra yang tengah asyik menonton film horor di televisi. Cewek itu tak menyangka kalau Kalandra penggemar berat hantu sundel bolong.

" Ternyata lo suka film horor?" Ucap Diana sambil menatap lurus ke depan, yaitu tepat di mana televisi terletak. Tanpa sadar cewek itu duduk di sebelah Kalandra. Diana penasaran, bagaimana seorang wanita yang sudah mati terus menjadi hantu tetap cantik. Tidak seperti dirinya yang masih hidup tapi jelek. Kira-kira seperti apa rupa Diana kalau cewek itu sudah meninggal?

" Lo suka juga?" Tanya Kalandra tiba-tiba. Pertanyaan Kalandra barusan bertepatan dengan munculnya hantu cantik itu. Tapi yang membuat Diana ketakutan adalah karena sang kameraman menyorot bagian belakang tubuh hantu itu.

" Itu kenapa bolong?!" Pekik Diana histeris. Cewek itu menggenggam tangan Kalandra erat. Sepertinya cewek itu benar-benar ketakutan sekarang.

" Namanya juga sundel bolong," sahut Kalandra santai. Tampaknya cowok itu sama sekali tidak merasa terganggu dengan tangan Diana yang menggenggam tangannya.

Hujan deras di luar dengan di temani film horor membuat malam terasa mencekam bagi Diana. Baru pertama kalinya cewek itu merasakan sensasi mencekam sekaligus nyaman seperti ini. Tapi, Diana harus mengendalikan rasa nyamannya. Ingat Kalandra sudah mempunyai pacar bernama Naila, sang primadona sekolah. Dirinya nyata kalah jauh dari Naila. Dan itu membuat Diana cukup sadar dengan posisinya sekarang.

Bagi Kalandra, cowok itu berharap di mana masa-masa ia dan Diana kembali terjadi. Cowok itu tahu kalau dirinya dan Diana hanya sebatas orang asing yang tanpa sengaja bertemu dan menjadi tetangga. Hubungan mereka tidak seperti dulu lagi yang dipenuhi oleh suka dan duka.

Di malam-malam sebelumnya, mereka hanya dibatasi oleh pagar balkon rumah mereka. Yang di mana Kalandra setiap hari bernyanyi dan Diana yang hanya sebagai pendengar. Dan sekarang mereka di satukan dalam satu tempat duduk yang sama.

" An, lo tahu? Malam ini adalah malam yang indah buat gue."

-

~ jangan lupa vote dan komen, sabii🤗

The Last RuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang