7. Hot Issue

467 66 0
                                    

Terdengar helaan nafas berat dari mulut Diana. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Nathan yang telah berbaik hati mengantarkannya pulang ke rumah dengan selamat sentosa tanpa lecet sedikitpun, Diana harus dikejutkan ketika membaca satu pesan masuk dari Anggun.

Dengan tidak tahu dirinya, Anggun menyuruh Diana untuk kembali menginap di rumah Kalandra yang notabenenya adalah tetangga mereka atau yang lebih sering Anggun panggil dengan sebutan " calon mantu".

Semalaman saja tinggal satu atap dengan Kalandra berhasil membuat Diana hampir jungkir balik apalagi kalau beberapa bulan kedepan? Di jamin otak Diana yang biasanya pintar akan miring sedikit karena terus berdekatan dengan manusia seperti Kalandra.

Dengan langkah penuh kepasrahan, Diana berjalan mendekat ke arah pintu rumahnya. Berniat untuk mengambil semua barang yang nantinya akan dia perlukan selama tinggal di rumah Kalandra. Kata Anggun, Kalandra sudah mengetahui kalau dirinya akan kembali menginap. Dan rasakan betapa malu dan kesalnya Diana sekarang.

Setelah semuanya selesai, Diana melangkahkan kakinya menuju rumah Kalandra. Cewek itu berusaha mati-matian untuk tidak mengumpati Anggun yang mungkin sekarang sedang ketawa-ketawi bersama teman-teman sosialitanya.

Jika tidak mengingat memusnahkan seorang ibu adalah dosa maka Diana sudah sedari dulu melenyapkan Anggun sampai mayatnya tidak terlihat lagi di bumi nusantara. Tapi akan lebih aestetick lagi kalau Diana menendang pantat Anggun sehingga tubuh wanita tua itu nyangkut di bulan dan tidak bisa kembali lagi.

Diana tertawa jahat membayangkan bagaimana nasib ibunya ketika berada di bulan seorang diri. Anak durhaka itu tidak tahu kalau malaikat pencatat amal sedari tadi terus memperhatikannya sambil terus mencatat di sebuah buku tebal.

Kalandra yang sedang asyik nangkring sambil bermain ponsel seketika berdehem pelan ketika menyadari kedatangan seorang cewek cantik yang tak lain adalah Diana. Cewek itu tampak kesusahan membawa tas ranselnya yang isinya entah apa. Bukannya membantu, Kalandra malah ngupil. Dasar cowok tidak peka.

Diana mendengus ketika melihat Kalandra yang lebih mementingkan harta Karun di hidungnya dibandingkan dirinya. Apakah Diana kalah cantik dengan upil di hidung? Apakah Diana kalah seksi dengan upil di hidung? Apakah Diana sudah tak berarti lagi? Oke, yang terakhir lupakan.

" Ekhem!" Diana mencoba untuk mengkode kepekaan Kalandra terhadap sekitar.

Kalandra menatap malas ke arah Diana. Cowok itu menyugar rambutnya ke arah belakang dengan mimik wajah minta ditampol.

" Gak usah kode-kodean. Basi tahu gak?!"

Diana memutar kedua bola matanya malas sambil bersedekap dada.

" Cuma buat kasih paham aja sama lo," ucap Diana santai.

Kalandra mengangguk- anggukkan kepala mengerti. Cowok tidak peka itu dengan teganya meninggalkan Diana sendirian di depan rumah dengan segala beban yang dipikulnya.

Sambil menahan kesal, Diana masuk ke dalam rumah Kalandra yang akan ia tumpangi selama beberapa bulan kedepan. Entah bisnis apa yang akan dilakoni oleh Anggun sampai-sampai wanita itu pergi beberapa bulan lamanya.

" Kalandra, kamar gue dimana?!" teriak Diana yang saat ini sedang rebahan di atas sofa panjang depan televisi.

" Kamar lo di lantai dua, pintu di barisan ketiga!" sahut Kalandra tak kalah kencang dari arah dapur.

Mata Diana melotot. Cewek itu segera bangun dari ritual rebahannya.

" Buset, dah. Itu kamar lo bego. Masa iya kita sekamar? Lo gila!"

" Becanda, Na. Baperan amat, sih, jadi cewek," ejek Kalandra sambil tertawa terbahak-bahak.

Diana mengelus-elus dadanya supaya stok kesabaran dalam dadanya tidak terbuang dengan sia-sia.

The Last RuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang