Seorang cewek cantik sedang duduk di sebuah perpustakaan sekolah. Sesekali dahinya berkerut menandakan bahwa dia sedang berpikir keras. Jari telunjuknya juga tidak bisa diam. Jari tersebut terus mengetuk-ngetuk meja sehingga menciptakan sebuah bunyi yang menggangu. Tapi cewek tersebut bersyukur karena dia sedang sendirian sekarang.
Semua ini karena tugas dari guru kimianya yang terkenal killer yang mengharuskan cewek berkuncir kuda itu untuk duduk sendirian bak orang kesepian di sini. Kacamata tebal nya juga sesekali melorot ketika cewek tersebut sedang menunduk. Terkadang, cewek tersebut merasa bosan dengan benda bening yang bertengger manis di hidung mancungnya itu. Ingin membuang tapi benda itu membantu.
Kita tinggalkan dulu pembahasan tentang guru killer serta tugas kimia tersebut. Sekarang kita fokus kepada cewek yang satu ini. Dilihat dari penampilannya, dapat di simpulkan bahwa cewek ini adalah seorang yang tidak peduli terhadap penampilan. Dilihat dari penampilan wajahnya yang sederhana tanpa make up serta tatanan rambut nya yang simpel. Mungkin dalam sebuah novel atau film, cewek tersebut mendapatkan peran sebagai cewek cupu, tapi berotak cerdas.
Perkenalkan terlebih dahulu. Nama lengkapnya adalah Diana Aqilah. Panggil saja Diana atau Ana. Cewek tersebut berumur 16 tahun sekarang. Menjabat sebagai seorang sekretaris di kelas Xl IPS- 2. Peraih juara pertama di setiap tahunnya. Mulai dari jelas X sampai kelas XI semester ganjil. Satu harapan Diana untuk saat ini, yaitu menggeser sang juara umum yang masih bertahan sampai detik ini.
Sebuah keributan yang berasal dari koridor perpustakaan membuat konsentrasi Diana merasa terganggu. Cewek itu sudah bisa menebak siapa yang diributkan oleh sebagian besar masyarakat Raden Wijaya. Siapa lagi kalau bukan sang most wanted dengan kekasih nya. Pasangan itu dinobatkan sebagai pasangan paling romantis di antara semua pasangan di SMA Raden Wijaya ini. Tapi semua itu serasa terdengar berlebihan di telinga Diana. Bukan berarti Diana iri, hanya saja... Ah, Diana juga tidak bisa menjelaskannya sekarang.
Derap langkah kaki yang beriringan semakin terdengar nyaring. Diana hanya bisa menghela nafas panjang. Dirinya yang sudah terlahir jomblo ini hanya bisa diam ketika melihat semua pasangan di SMA Raden Wijaya sedang uwu- uwuan. Diana saat ini hanya bisa menahan diri. Tujuannya datang ke SMA favorit ini untuk sekolah, bukan untuk mencari pacar ataupun bermesra- mesraan seperti kebanyakan remaja pada umumnya.
" Andra, kita ngapain, sih, ke sini?" Tanya seorang cewek cantik kepada kekasihnya yang sekarang sedang memusatkan seluruh perhatiannya kepada satu titik. Entah atas dorongan apa yang membuat cowok tampan itu untuk mendekati Diana dan meninggalkan kekasihnya sendiri yang tampak kebingungan.
Cowok tersebut berjalan layaknya seorang model catwalk profesional. Dengan raut wajahnya yang datar serta tangan nya yang ia masukkan ke dalam saku celana membuat penampilannya terlihat semakin sempurna. Diana yang merasa kalau cowok itu mendatangi nya hanya menunjukkan respon biasa saja. Jika saja Diana adalah cabe-cabean, pasti sekarang dia sudah pingsan.
" Ana?" Sapa cowok itu dengan suaranya yang terdengar seksi. Entah darimana pemikiran itu secara tiba-tiba terlintas di pikiran Diana. Mungkin saja ini karena efek atom- atom kimia yang baru saja ia pelajari.
" Apa?" Tanya Diana yang masih berkutat dengan tugas-tugas kimianya.
Karena tidak ingin berlama-lama, cowok itu segera mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Seketika tubuh Diana menegang. Rasanya Diana ingin baper ketika melihat cowok itu sedang mengeluarkan sebuah roti dan satu botol air mineral.
" Gue tahu tadi pagi lo nggak makan. Belajar dengan keras buat menggeser posisi gue sebagai juara umum itu boleh, tapi jangan lupa buat makan. Pola makan lo itu harus teratur. Kalau nggak, nanti bisa terkena mag." Ucap cowok itu sambil menatap Diana dengan tatapan yang sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Rute
Ficção Adolescente" Jarak kita memang dekat, tetapi hati kita saling berjauhan." *** Diana Aqilah, remaja cantik berusia 16 tahun yang tidak ingin berbaur dengan para pentolan sekolah. Dirinya hanya ingin berperan sebagai tokoh figuran yang cuma numpang lewat. Yang...