29. Rumah

71 16 2
                                    


Rumah punya banyak cara untuk menenangkan dan mendamaikan hati.

***

Asanty Florensia



***


Yordan keluar dari kamar setelah membuat Santy malu. Santy tidak menyangka jika saat ia mabuk tadi, ia mengatakan cinta pada Yordan.

"Santy jadi malu ketemu Kak Yordan," gumam Santy.

"Emang tadi waktu Santy mabuk, Santy ngapain aja ya?"

Santy kembali membaringkan tubuhnya. Andai saja, ia berada di rumahnya sendiri saat ini. Ditemani oleh orang-orang yang ia sayang, pasti Santy akan bahagia.

"Santy kangen Mama," gumam Santy.

"Santy kangen boneka Santy."

"Santy mau pulang ke rumah."

Santy memejamkan matanya. Semoga ia bisa bertemu dengan orang-orang ia sayang itu di rumahnya.


***


"Santy sayang, kamu makan yang banyak ya. Mama udah masakin kamu makanan yang paling enak," ujar Meri dengan senyum yang terus diukir sedari tadi.

Yordan merasa tersaingi.

"Santy udah kenyang Mah," ujar Yordan.

"Nggak! Santy belum kenyang. Iya kan Santy?"

"Iya Mah," ujar Santy tersenyum.

"Tuh, Santy belum kenyang, ujar Meri.

"Dan, kamu kok duduk di situ sih? Sini suapin Santy, Mama ambil obat buat Santy dulu."

"Santy  bisa makan sendiri kok Mah," ujar Santy.

"Nggak pa-pa sayang. Kan ada Yordan," ujar Meri lalu pergi keluar untuk mengambil obat.

Santy benar-benar malu sekarang. Coba saja Santy tidak mengatakan kalimat yang Yordan katakan saat ia mabuk, mungkin ia tidak akan merasakan seperti ini.

"Buka mulut lo," ujar Yordan.

"Santy bisa___

"Nggak ada penolakan," ujar Yordan membuat Santy membuka mulutnya.

"Kepala lo masih pusing?" tanya Yordan sambil menyuapi Santy.

"Udah nggak pusing lagi Kak," ujar Santy.

"Lain kali, lo nggak usah nerima pemberian dari orang asing," ujar Yordan.

Santy mengangguk tersenyum.

Damn!

Kenapa detak jantung Yordan berdegub dengan cepat? Apa Santy memang ditakdirkan sebagai pasangannya?

YORDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang