Chapter 2

667 84 3
                                    

song: YAS - Poison 











WARNING TYPO 

ENJOY READING 











Justin berjalan menuju ruangannya semua orang yang berpapasan denganya langsung menundukan kepala, matanya berkilat garang. Mendudukan tubuhnya di kursi kebesarannya lalu menghamburkan semua kertas yang bertumpuk dihadapannya.

Nafasnya memburu bahkan dadanya tampak naik dan turun, tangannya mengengam erat. Ia memejamkan matanya sejenak lalu melempar apa saja dihadapanya. Memalukan baginya semua penghinaan ini menawarkan banyak sekali masalah.

" Sial, dari kecemasan lalu berubah menjadi kekecewaan dengan begitu kecewa itu berubah menjadi kebencian" ucapnya sambil meremas kertas dihadapanya

" kenapa sampai bisa dia mendapatkan hal semacam itu huh," lagi Justin berucap ia berjalan mendekat Charlie yang tertunduk

" ini yang kau sebut pekerjaan huh, apa kau tidak malu pada bawahanmu yang selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, sudah berapa aku memintamu untuk lebih teliti" Justin mencengkram leher Charlie menatap mata hitam gelisah itu dalam

" tanamkan diotak kecilmu itu sialan, jika sampai kau mengulanginya lagi aku akan mengantungmu dan mengulitimu dihadapan istri dan anakmu dan kupastikan kau tidak akan pernah melihat mereka lagi setelah itu" ucapnya lalu menampar Charlie keras sampai dia terhantam pintu kemudian pria itu dengan segala rasa kesalnya kembali menarik tubuh Charlie memukulnya sampai darah mengalir dari pelipis dan juga ujung bibir Charlie

" keluar dari ruanganku sialan," finalnya

Sambil menahan sakit Charlie keluar ruangan Justin bahkan seorang seketaris disana sudah biasa mendapati Charlie dengan keadaan berdarah ia hanya akan mengambil handuk dan juga kotak obat dilacinya lalu memberikan pada pria 28 tahun itu.

Charlie masuk kedalam ruanganya, mengobati lukanya lalu tertawa miris. Ponselnya bergetar sambil menekan luka dipelipisnya Charlie menyambut pangilan itu.

" berniat untuk melihat mayatku lebih awal huh.." pria disebrang saja hanya terkekeh saja

" kau terdengar menyedihkan Park, ingatlah pukulanya bukan apa – apa dari pada besi yang pernah ku tusukan didadamu..." Charlie hanya menarik ujung bibirnya

" selesaikanlah cepat lalu kelar dari daerah itu.."

" kau pikir aku tahan harus berhadapan dengan sikap angkuhnya huh, bunuh saja sandera yang kau sebut kekasih itu sialan.." pria diujung sana terkekeh

" sudah kuterima barang itu, dan lanjutkan pekerjaanmu dalam beberapa hari aku akan membebaskanmu" Charlie menutup panggilan itu dan memasang plester di wajahnya

Ia hanya mengeleng saja. Sejak memutuskan untuk masuk kedalam unit khusus dia memang sudah siap mati tapi kalinya rasanya sedikit berbeda, mungkin lebih menyenangkan ketimbang harus berpanas – panasan dengan melatih anggota baru.

" sialan, jika saja kau bukan teman baikku sudah kubunuh" ungkapnya lalu kembali pada rutinitasnya yang cukup menguras otak.

Pria yang baru saja menghubungi Charlie itu pun menarik sudut bibirnya pelan, ia kembali menatap layar monitornya yang menampilkan sanderanya seperti yang Charlie ucapkan. Ia begitu senang semua orang memandang dirinya ataupun mengingakan perlindunganya.

" Munafik, dibalik mulut manis itu terdapat racun yang luar biasa mematikan.." gumamnya pelan

Ia lalu beranjak dari duduknya membuka satu persatu kancing bajunya, melepas kemeja putih itu lalu membuangnya dikeranjang ia berjalan menuju cermin yang berada dikamar mandi menatap dirinya dicermin itu matanya tajam, bibirnya menarik senyum yang sulit untuk diartikan.

Dadanya bertuliskan " King " dengan mahkota diujungnya ia melanjutkan langkahnya menuju shower membiarkan tubuhnya tersapu air, ia mengelus lengan atasnya yang tergambar bunga lotus terlilit naga.

" siapapun itu selagi kau bisa menyembunyikan dirimu dengan baik makan semua orang akan menganggapmu sebagai pelindung mereka" ucapnya pelan.

Malam menjelang Justin masih menatap foto seorag gadis diberkas biodata yang baru saja Charlie berikan, sebelum pria itu berlalu ia sempat bergumam bahwa Justin sangat mengenal gadis itu dengan sangat baik.

Alis Justin menukik, ia berusaha keras untuk mengingat siapa gadis itu. Bayangan seorang gadis muda mulai menari dibenaknya matanya semakin memicing dan akhirnya

" bukankah dia... akhirnya aku menemukanmu " Justin tersenyum senang namun seorang dibalik pintu sana segera memberikan informasi pada seseorang

" Charlie, " panggil Justin pelan

Pria itu memandang Justin seolah siap menerima perintah dari Justin selanjutnya

" atur sebuah pertemuanku dengannya, dan kali ini aku sangat ingin melihat ekpresi murka dari detektif Kim" ujarnya sambil menautkan jemarinya dengan senyum simpul.

" baik tuan, "

Charlie menghubungi bawahannya untuk menebar kasus kepada detektif itu segera mungkin mereka mengirim sebuah laporan mengenai pembunuhan yang terjadi di Incheon beberapa waktu dengan bukti Justin tengah menodongkan pistol ke kepala korbanya.

Dalam diam Charlie mengulum senyumnya, nyatanya bekerja untuk seorang polisi gila tidak buruk juga.

Taehyung yang tengah memijit keningnya bingung langsung mengalihkan atensinya pada layar computer yang tiba – tiba saja berbunyi menandakan sebuah email masuk matanya membulat ketika file itu terbuka ia terlihat senang segera ia beranjak dari duduknya sedikit berlari menuju ruang atasannya dan memberikan beberapa kertas itu.

Ketua polisi itu ikut terkejut dan kali ini Taehyung percaya ia akan memenjarakan pria bernama Jeon Jungkook itu, surat perintah penangkapan pun telah keluar dengan bukti nyata kali ini pria itu tak akan mengelak lagi.

" kali ini akan ku pastikan kau mendapatkan hukuman yang paling berat Jeon Jungkook" ujar Taehyung sambil memperhatikan foto Justin tengah menodongkan pistol kepada korban pembunuhan Im Seok Hoon. 












TBC or NAH 











Terima Kasih udah mau nungguin, maaf lama upnya sibuk kuliah sama kerja juga. 

call me Lily ok, love you ... 

( JUNGRI ) Mafia In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang