Seperti biasa, Delisa kembali kuliah hari ini. Dia sudah merasa lebih baik setelah meminum obat dan karena dijenguk seseorang juga.
Dengan memakai pakaian yang cantik, Delisa berjalan ke ruang tengah. Namun saat menuruni tangga, atensi Delisa langsung teralihkan pada sosok seorang laki-laki yang duduk di dekat Ayahnya.
"Siapa?" Gumamnya dalam hati.
"Sayang sini cepet, kita sarapan bareng Egin" Ucap Bunda Maya seraya melambaikan tangan.
"Hah? Egin?" Ucap Delisa yang hanya didengar dirinya sendiri.
"Ayo duduk sayang" Ucap Bundanya.
Benar saja, orang itu adalah Egin. Dia langsung tersenyum saat melihat Delisa sudah duduk di bangku dekat Bundanya. Sekarang posisi duduk mereka berhadapan.
"Lo kok udah di sini? Ini kan baru jam 7" Tanya Delisa sedikit menginterogasi.
"Gue ada kegiatan pagi" Jawab Egin cuek.
"Hmm, mulai deh dingin lagi" Gumam Delisa malas.
"Trus kok lo ikut sarapan?" Tanya Delisa tanpa dosa.
"Disaaa, masa ngomong kayak gitu! Egin kan temen kamu" Seru Bunda Maya sambil menyenggol anaknya.
"Iya Bun maaf" Ucap Delisa sembari mengunyah nasi gorengnya.
Delisa terus mendengus kesal dan menatap tajam ke arah Egin. Sedangkan yang ditatap tidak peduli sama sekali.
"Gin, kamu gak repot anter jemput Delisa terus?" Kali ini Ayah Delisa yang bertanya.
"Nggak Paman. Lagian satu arah" Jawab Egin ramah.
"Huh,, giliran sama Ayah aja, sok ramah" Sewot Delisa dalam hati
"Panggil Ayah aja Gin, lagian Delisa sama Melisa juga panggil Umi Abi ke orang tua kamu" Sambung Bunda Maya tersenyum manis.
"Biarin aja Bun, lagian dia kan es. Hidupnya terlalu DINGIN" Ucap Delisa.
Menekan kata dingin dan menatap Egin dengan tatapan songong.
"Heh! Anak gadis kok ngomong gitu, harus lembut Delisa!" Seru Bunda Maya sedikit tegas.
Kalau sudah menyebut namanya (Delisa) dengan nada seperti itu, berarti Bunda sudah marah. Delisa akhirnya memutuskan untuk menunduk dan menghabiskan makanannya. Di dalam keluarganya memang tidak boleh berkata kasar, kotor, ataupun yang menyinggung orang lain.
Di sisi lain, Egin sudah tersenyum puas melihat Delisa menunduk lesu seperti itu. Jarang-jarang Egin bisa melihat wajah bersalah Delisa.
"Dasar tengil" Gumam Egin
***
Mereka baru sampai di parkiran Fakultas Kedokteran. Egin memang sengaja langsung mengantar Delisa ke depan gedungnya agar tidak lelah berjalan, apalagi dia baru sembuh. Delisa turun dari motor dan langsung membuka ponsel. Egin yang melihat itu langsung berdiri di depan Delisa.
"Dongak!" Perintah Egin dengan lembut.
Sedangkan Delisa masih menatap ponselnya dengan serius. Terpaksa Egin mendongakkan kepala Delisa dengan cara mengangkat dagu Delisa dengan jari telunjuk.
Delisa yang kaget dengan perlakuan Egin langsung mengernyitkan dahi.
"Lo mau ngapain?" Tanya Delisa heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delisa Graduation🎓
Teen Fiction"Trus sekarang, lo suka sama siapa?" Tanya Delisa penasaran. "Gue suka sama,," Sambil menatap Delisa, Egin menggantung ucapannya. "Ntah perasaan gue serius atau nggak. Tapi gue ngerasa itu lo" Gumam Egin dalam hati. Cowok dan cewek sahabatan? Ja...