Dengan air mata yang sudah tidak dapat dibendung lagi Delisa akhirnya menangis menyaksikan Egin yang tengah bertekuk lutut di hadapannya membawa buket bunga lavender kesukaan Delisa.
"Delisa Putri Meysa hari ini dan seterusnya aku akan menjadikan kamu sebagai perempuan paling penting dalam hidupku setelah Ibuku. Disa, aku mungkin belum bisa jadi sahabat yang baik buat kamu, tapi aku janji aku akan berusaha jadi pendamping hidup yang terbaik untuk kamu."
Egin memotong ucapannya untuk menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kembali ucapannya.
"Apa kamu mau jadi teman hidup aku? Apa kamu mau ngasih kesempatan ke laki-laki di hadapan kamu ini untuk nunjukin seberapa sayangnya aku sama kamu? Dis, kalau kamu bersedia, ambil Bunga ini dan--"
Bruk...
"Arghh,"
Delisa terjatuh dari tempat tidurnya.
Perlahan Delisa mulai mengerjapkan matanya dan melihat sekeliling. Ia tersadar satu hal bahwa yang dia alami ternyata...
"Emh,, jadi tadi cuma mimpi? Sial! Kirain beneran"
Gadis itu lantas mencebikkan bibirnya dan berusaha bangun dari samping kasur tempatnya terjatuh tadi.
Memperhatikan nakas didekat kasurnya Delisa langsung meraih benda pipih yang tergeletak di sana.
Dengan tak sabaran Ia mencari nama seseorang di kontak panggilan dan menekan ikon telpon.
"Ck, masa jam segini udah tidur sih?" Decaknya sebal karena yang dihubungi tidak menjawab.
Gadis itu melirik jam dinding di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Seharusnya Delisa menanyakan pada dirinya sendiri, siapa yang menelepon pada jam segini?
Tidak menyerah begitu saja Delisa tetap menghubungi nomor yang sama hingga panggilan ke 4 dan akhirnya terjawab.
Terdengar suara desahan khas orang baru bangun diseberang sana membuat Delisa bergidik ngeri.
"Ha-haloo?" Ucap Delisa dengan gugup.
"Hm?"
"Lo lagi tidur Gin?"
Pertanyaan bodoh macam apa yang keluar dari mulutnya saat ini.
"Lagi jogging"
Suara Egin terdengar masih berat meskipun terselip nada kesal di sana.
"Ya maaf, abisnya lo muncul di mimpi gue sih! Lo pasti sebelum tidur berdoa dulu biar gue mimpiin lo kan? Ayo ngaku!"
"Lo ngomong apa sih? Kalo gak penting gue matiin, gue capek Dis baru bisa tidur"
"Ihh ini penting, gue gak bisa tidur lagi kalau gue belum mastiin satu hal"
"Apa? Engh.." suara erangan Egin cukup keras.
"Gilak suara lo serem juga kalau baru bangun gini, merinding gue, Gin!"
"Yaudah cepetan"
"Iya iya, gue cuma mau tanya lo beneran pulang kan lusa?"
"Astaghfirullah, lo segabut itu nelpon jam segini cuma nanyain hal yang setiap harinya selalu lo tanyain?"
"Ya gimana gue takut aja lo tiba-tiba gak jadi pulang gitu. Lagian tadi gue mimpi aneh banget Gin, gue takut terjadi apa-apa"
"Besok lagi ya bahasnya? Assalamu'alaikum"
KAMU SEDANG MEMBACA
Delisa Graduation🎓
Teen Fiction"Trus sekarang, lo suka sama siapa?" Tanya Delisa penasaran. "Gue suka sama,," Sambil menatap Delisa, Egin menggantung ucapannya. "Ntah perasaan gue serius atau nggak. Tapi gue ngerasa itu lo" Gumam Egin dalam hati. Cowok dan cewek sahabatan? Ja...