40. Wisuda Egin

56 5 2
                                    

Sudah tiba saatnya yang ditunggu-tunggu oleh Egin selama 3 setengah tahun terakhir. Yaitu hari yang sakral baginya ialah hari wisudanya.

Sekarang Egin tengah berdiri di depan untuk menyampaikan pidato kelulusan sebagai salah satu dari 10 lulusan terbaik tahun ini. Delisa yang ikut menyaksikan wisuda Egin hari ini, ikut merasa bahagia dan bangga atas prestasi yang di dapatkan Egin. Bahkan nilai IPK nya sempurna 4.00.

Semua orang yang ada di auditorium bertepuk tangan setelah ke 10 mahasiswa berprestasi selesai menyampaikan pidato mereka.

Egin langsung berjalan ke arah Delisa dan kedua orang tua Egin setelah turun dari panggung.

"Assalamu'alaikum" Ucap Egin.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" Ucap ketiganya serempak.

Orang tuanya langsung memeluk Egin bangga. Bahkan sekarang Umi sudah menangis di dalam pelukan Egin.

"Sayang, terimakasih ya atas kerja keras kamu selama ini. Umi gak nyangka kamu bisa mengharumkan nama Abi dan Umi saat pidato di depan tadi" Ucap Umi Sarah lirih.

"Umi udah gak tau lagi gimana caranya menyampaikan rasa sayang Umi ke kamu. Umi sangat bersyukur dikaruniai anak yang pintar dan Sholeh seperti kamu Egin" Lanjutnya.

Delisa yang ikut terharu mendengar perkataan Umi Sarah, akhirnya ikut menangis. Namun dia segera mengalihkan pandangannya agar Egin tidak melihatnya menangis. Bisa-bisa Egin akan mengejeknya dan menjadi kegeeran, kalian tau sendiri kan seorang Egin seperti apa?

"Nak, Abi cuma berharap kamu bisa menggunakan ilmu yang kamu dapat dengan sebaik-baiknya. Dan bisa bermanfaat bagi banyak orang. Uang bukan segalanya bagi kami, kami hanya mau kamu bisa membantu banyak orang, meskipun tidak dibayar dengan mahal." Kali ini Abi Yahya yang berbicara.

"Iya Umi, Abi, InsyaAllah rezeki sudah di atur sama Allah. Jadi Egin akan selalu mengutamakan rasa kemanusiaan" Ucap Egin yakin.

Keluarga Egin memang sangat menjunjung tinggi hubungan dengan Tuhan dan manusia. Mereka selalu mengutamakan Ibadah dan rasa kemanusiaan di atas segalanya. Itu sebabnya hidup mereka selalu tentram dan damai.

"Lo gak mau ngucapin selamat?"

Kali ini egim beralih bertanya pada Delisa.

Delisa yang tadinya tidak berani menatap Egin, kini hanya tersenyum kikuk dan mengangguk.

"Selamat Gin" Balasnya singkat.

"Hah? Gitu doang?" Ucap Egin dalam hati.

***

"Lo kok diem aja tadi di dalem?"

Egin bertanya kepada Delisa setelah mereka sampai di taman belakang auditorium. Tempat itu cukup ramai oleh para lulusan yang berwisuda hari ini. Hanya ada mereka berdua di sini, Umi dan Abi sudah pulang lebih dulu.

"Ya emang gue harus ngapain? Jungkir balik?" Balas Delisa ikut bertanya.

"Gue serius Dis,"

Egin benar-benar tidak bercanda sama sekali, tetapi Delisa malah tersenyum kepadanya.

"Iya deh, gue minta maaf karna gak bisa sweet di acara wisuda lo. Abisnya di sana ada Umi sama Abi, masa gue asal ngomong aja" Ucap Delisa.

"Ya seenggaknya antusias dikit kek, apresiasi gue" Balas Egin dengan cemberut.

"Hahaha lo ucul banget sih kalo lagi cemberut! Gue udah siapin sesuatu buat lo"

Delisa Graduation🎓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang