'Ω'MWF-10'Ω'

20.1K 1.8K 128
                                    

Hai kalian, tolong vote dan komennya ya jangan main-main, aku mantau terus dimana saat yang pas buat update.

Happy Reading.
.
.

AMAYA memandangi surat cerai yang sudah dia dapatkan dari pengacaranya, rencananya dia akan membicarakan ini pada Neza sesampainya di rumah.

Sepanjang perjalanan, Amaya hanya diam saja. Supir juga tak mau mengajaknya bicara.

Kali ini entah kenapa dia bimbang untuk menceraikan Neza, apa iya dia tega?.

"Hah, apa yang kupikirkan..tentu saja aku tega." gumamnya berusaha mengenyahkan pikiran untuk membatalkan rencana nya.

Tapi..senyum dan tingkah manis Neza 2 hari belakangan ini membuatnya ragu.

Helaan napas Amaya berikan, dia tak tau jika menceraikan pria brengsek seperti Neza akan seberat ini.

"Apa bisa dibilang...aku mulai nyaman dengannya..tapi..akh! Aku bingung." siapa juga yang tidak bingung, menceraikan setelah 4 hari menikah.

Amaya mengusap kasar wajah cantiknya, dia merogoh ponsel dan memilih teleponan dengan salah satu baby boy nya.

Namun nomor malah tertuju pada Neza.

"Halo Ama." Amaya memejamkan matanya mendengar sahutan Neza yang lembut itu.

Membayangkan Neza menangis karena diceraikan membuat hati Amaya sakit. Apa dia benar-benar tega?.

"Amaya?."

"Kamu lagi apa?." Amaya bertanya, dapat didengar tawa lembut dari Neza.

Membuat Amaya tertegun, tawanya manis dan itu membuat jantung Amaya berdetak singkat. "Aku lagi buat makan malam Ama, Ama udah di jalan pulang belum?." pertanyaan yang manis.

Amaya tersenyum tipis, lalu menjawab. "Iya sayang, aku udah di jalan." tuturnya lembut dan menenangkan.

Membuat Neza senang sekaligus berdebar. Akhirnya mereka berbincang lumayan lama, Amaya menyimpan surat itu di tasnya.

Dia akan menunda perceraiannya dulu, biar dulu dia meyakinkan diri.

Jika dia bisa menceraikan Neza, tak ada hal yang menjadi pemberatan seharusnya, dia tak hamil, dia juga tak mencintai-

Sesaat, Amaya terhenyak. Apa benar dia belum mencintai Neza?.

"Apa iya.." bisiknya pada dirinya sendiri, Amaya tak pernah berdebar selain dengam Xaka..

Namun kini pada Neza dia berdebar dan selalu menanti kepulangannya guna bertemu Neza dan bermain sampai pagi.

Mendengar suara Neza, mendengarnya, menggodanya, tersenyum padanya, menyebut namanya.

"Tidak, aku harus menceraikannya." Amaya tak bisa, dia tak mau terjebak pada perasaan sesaat ini.

Tidak pada Neza, tidak, tidak boleh.

Setelah perjalanan penuh perang batin, Amaya memutuskan untuk mengatakan niat perceraian ini pada Neza.

Mobil limosin putihnya baru saja terparkir di halaman luas rumahnya, perlaham dia keluar dan memasuki rumah yang baru 4 hari ditinggalinya.

"Nezaaaa!." panggilnya kuat dan menggema ke seluruh rumah.

Langkah kaki terdengar mendekat, Neza berlari pelan kearahnya dengan hanya mengenakan kaus kedodoran sepaha tanpa celana.

Rambutnya diikat apple dan bertuing-tuing ditambah Neza mengenakan kacamata putih.

Menambah kesan seksi imut pada dirinya.

"Ada apa Ama?." tanya nya polos, dia meraih tas Amaya dan menentengnya.

Sementara Amaya hanya memandangnya dengan tatapan tak terbaca.

"Neza," panggilnya pelan.

Amaya mengelus pipi Neza lembut, tatapannya terus tertuju pada kedua manik indah Neza.

Ada sesuatu..yang menolak keras niatnya untuk menceraikan Neza, tapi Amaya tak bisa mengikutinya.

"Ada apa? Kamu mau aku siapin air hangat?." tanya Neza lembut.

Amaya diam, dan Neza pikir itu sebagai jawaban iya. Dia berjalan meninggalkan Amaya menuju kamar mereka.

Namun langkahnya terhenti saat Amaya mengatakan niat yang sebenarnya.

"Aku mau cerai."

DEG!

Neza membeku seketika, pupil matanya mengecil seketika, dia berbalik memandang Amaya yang juga terdiam.

"Ama..apa maksud kamu?." tanya nya nanar.

Matanya memerah, bibirnya bergetar dan hidungnya kembang-kempis.

Napas mulai terburu, Neza menjatuhkan tas Amaya dan memegang lengannya erat.

"Apa maksud kamu..Ama..kenapa kamu mau cerai? Salah aku apa? Aku gak pernah berhubungan lagi dengan wanita manapun, aku cinta sama kamu Ama, kenapa kamu mau cerai sama aku." ujarnya beruntun.

Tak percaya, Neza tak membayangkan jika Amaya akan menceraikannya.

Amaya melepas genggaman tangan Neza, lalu menatapnya. "Aku..mau cerai, aku mau kita pisah-"

"ENGGAAAK!! AKU GAMAU!!."

Amaya shock, lebih shock lagi saat Neza berlutut dikakinya dan memohon dengan sangat agar tidak bercerai.

"Aku mohon..hiks..jangan cerai kan aku..hiks..kumohon.." tangisnya pecah dan sangat menyayat hati.

Amaya masih linglung, apa keputusannya sudah benar?.

"AMA AKU GAMAU CERAI AMAYA ENGGAK!!..hiks..AKU RELA JADI YANG KESEKIAN ASAL KAMU JANGAN CERAIKA AKU!..hiks..plis..plis Amaya plis..hiks..jangan tinggalin aku Ama..hiks..plis Ama.."

Mohonnya dengan penuh penderitaan, dia memeluk kaki Amaya erat.

Dia tak mau bercerai, dia mencintai Amaya, dia tak mau Amaya tak menjadi miliknya lagi.

"Aku letakan suratnya-"

"AKU BAKALAN BUNUH DIRI! KAMU LIAT AJA AKU BAKALAN GANTUNG DIRI KALAU KAMU BENERAN CERAIKAN AKU!!."

Amaya memejamkan matanya, dia menarik tubuh Neza agar berdiri lalu memeluknya.

"Jangan sia-sia kan waktumu untuk wanita sepertiku, jangan bunuh diri hanya karena wanita sepertiku..jangan.." bisiknya sembari memeluk Neza.

Neza menangis, histeris dan terdengar menyakitkan. "Tapi aku cinta kamu..hiks..aku gamau pisah.." paraunya menyayat hati.

Amaya diam, dia menenangkan Neza yang terus menangis.

Sebenarnya, Amaya tak yakin akan hal ini.



























Bersambung❤

500 vote 250 komen untuk up lagi❤

Married With Femdom. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang