Pertempuran Darah

4 1 0
                                    

Quest Type A

Quest 16 : Settingkan final battle antara antagonis dan protagonis. Buatlah minimal 500 kata maksimal 1500 kata. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

***

Beruntung salah satu dari beberapa orang bala bantuan yang dibawa Hans bisa menyembuhkan luka. Walau rasa sakit tak terelakkan saat tangan bercahaya bewarna hijau milik gadis itu mulai menyentuh beberapa titik di bagian tubuhnya. Kira-kira 15 menit agar tubuh Kyle pulih, meski beberapa tulang yang patah di bagian kakinya tidak bisa sembuh total karena memulihkannya harus dirawat lebih intensif. Kyle tidak menginginkan hal itu. Dia ingin melawan si rambut perak sebab sedari awal dia selalu menatap Kyle padahal dirinya diserbu beramai-ramai oleh orang-orang bawaan Hans.

Kyle risih tentunya. Tidak mungkin juga bukan bila si rambut perak itu menyukainya? Justru lebih pada dia ingin Kyle melawannya. Kyle mau saja tapi tidak adil dengan kondisi tubuhnga begini ia mampu mengalahkan pria itu. Tidak. Kyle bisa mati dibakar api si naga buntung ekor nantinya.

"Apakah tubuhmu masih terasa sakit?" tanya si penyembuh. Rambutnya yang bewarna pirang melambai indah bersama udara pertempuran.

"Ya." Kyle tercekat.

Rasa sakit dari penyembuhan yang dilakukan tadi masih melekat di tubuhnya.

"Jangan paksa dirimu jika kamu tidak sanggup Kyle." Hans menasehati. Kyle balas tersenyum tipis. Dia tidak ingin menyerah. Bisa jadi dengan melawan si rambut perak ia bisa menemukan cara untuk dia kembali ke tempat asalnya.

"Aku akan baik-baik saja. Percayalah padaku."

Hans tak mampu menyanggah. Kyle sudah memutuskan apa yang diinginkannya. Hans tidak bisa melakukan apapun selain melihat dan membantu gadis itu.

**

Keseimbangan si naga sudah menghilang. Si rambut perak belum terkena goresan sedikit pun. Itulah informasi yang diketahui Kyle dari para penyihir yang menyelamatkannya.

Gigi Kyle bergemeletuk. Buku-buku tangannya memutih. Sepasang matanya menatap tajam si rambut perak yang tersenyum mengejek padanya.

"Kamu takkan bisa melawannya. Percayalah padaku. Keterburu-buruanmu bisa menelanmu dalam kegelapan." salah satu penyihir berseru. Badannya bungkuk dan memegang tongkat kayu tapi Kyle yakin itu bukanlah tongkat kayu demi membantunya berdiri melainkan juga sebuah tongkat sihir.

Kyle menoleh padanya. "Diamlah Pak Tua!" semua orang termasuk Hans disana terkejut. Kata-kata yang keluar dari mulut Kyle sangatlah kasar. "Tidak-kah kamu melihat dia menatapku begitu hina? Apa kamu pikir aku akan berdiam diri saja melihat dia mengejekku?"

Si Pak Tua dengan tongkat panjangnya tetap sabar meladeni Kyle. Ia menggeleng kepala pelan.

"Lebih baik kamu bersabar dalam melawannya. Jika kamu juga merasa lebih hebat darinya sama artinya kamu dengannya tidaklah berbeda. Kalian berdua saling meremehkan satu sama lain dan antara kekuatanmu dan kekuatannya tidak sebanding. Jumlah kita lebih unggul tapi dia masih hidup tanpa lecet sedikit pun. Jadi kumohon kepadamu agar sedikit bersabar dan mari bersama-sama kita satukan kekuatan kita."

Wajah Kyle datar dan tetap diam. Ia menatap serius si Pak Tua lantas embusan kasar keluar dari mulutnya.

"Baiklah. Aku akan bersabar demi kuburanku lebar kelak." Kyle bergumam kecil tapi tetap bisa didengar oleh si Pak Tua. Wajah keriputnya kini sedikit cerah dengan senyum kecil tersungging di bibirnya.

"Melihat dirimu seperti ini mengingatkanku pada tuan putri. Meski wajah kalian serupa aku tahu bukan dia." kata-kata si Pak Tua mengejutkan Kyle. "Aku juga tahu kamu bukan berasal dari tanah ini. Rahasiamu aman."

Mulut Kyle menganga. Bagaimana si Pak Tua itu tahu tentang dirinya? Itu ... tidak mungkin Gill mengatakannya. Ia sudah berjanji tidak akan membocorkan hal itu kepada siapapun. Pria itu saja kini mendekam di rumah kayu kecilnya.

"Tak usah kau pikirkan lagi. Kini waktunya untuk bertarung sampai mati." kata-kata beliau layaknya sihir bagi Kyle begitu pula dengan para penyihir di sekitarnya. Sementara itu Hans dan para kawanan serigalanya mengevakuasi orang-orang di sekitar medan pertempuran.

Kyle memasang kuda-kudanya. Serangan jarak jauh sepertinya kurang mempan untuk si rambut perak. Maka dari itu Kyle membentuk airnya menjadi sebuah paus lantas ia naiki. Berbeda dengan penyihir lainnya yang menggunakan sapu atau terbang tanpa perantara apapun; telekinesis.

Serangan si naga lagi-lagi mengeluarkan api dari mulutnya. Sangat panas hingga bewarna hita.  dan hampir mengenai Kyle jika ia tidak mengelak secepat mungkin. Ia diserang terus-terusan layaknya huja bola api membidiknya tanpa ada habisnya.

Napas Kyle tersengal. Hujan panah kembali menyerang sang naga disertai kekuatan cahaya si Pak Tua dan mampu melepuhkan kulit sang naga. Kini sasaran Kyle bukanlah naga melainkan si rambut perak.

Paus airnya terbang memutar dan menutupi tubuhnya sehingga dapat tembus pandang di sekitar si naga seolah akan menyerang hewan legenda itu namun tidak. Sedikit lagi. Ia harus memcari waktu yang tepat dan kondisi yang akurat pula. Dengan fokus Kyle membidik posisi lawannya yang berdiri di atas kepala naga beserta tongkatnya.

Bunyi peluit kerang menjadi aba-aba Kyle bersiap menyerang si rambut perak dan paus Kyle melesat cepat menujunya. Di tangan Kyle sudah ada pedang tajam dari es abadi buatannya. Kejadiannya sangat cepat hingga Kyle tidak merasakan bahwa ia barusan menebaskan pedangnya ke leher si rambut peraj dan paus airnya pecah terkena api naga sehingga Kyle terpental sejauh 10 meter.

Bunyi ledakan kembali terdengar dari gerombolan para penyihir. Tanah retak. Air menyembur keluar dari sana bercampur uap panas. Berhasil membuat sang naga menggeram dan mulai mengepakkan sayapnya. Namun seorang penyihir lainnya mengeluarkan silur tumbuhannya dan membiarkan si naga menggeram kesakitan.

Kyle merasa ganjil. Dimana posisi jatuhnya si rambut perak? Tidak mungkin dia--

"Mencariku?" seseorang muncul dari atas tubuh Kyle--mengambang di udara.

Mata Kyle membulat. Zenith. Dialah si rambut perak itu.

Sayup-sayup teriakan Hans disusul gerungannya terdengar di telinga Kyle. Ia tertawa miris.

Secepat ia merasakan tebasan pedang es abadinya kepada Zenith. Secepat itu pula Zenith mencekiknya dengan bayangan iblis hitam miliknya.

"Sudah kubilang untuk tidak membuat orang tidak nyaman bukan?  Eksistensimu di dunia ini benar-benar mengganggu segala rencanaku. Mulai dari kamu yang membuat Gill--suruhanku untuk membunuhmu berkhianat padaku. Lalu si serigala itu gagal kubunuh. Dan sekarang menguasai Hutan Lute pun aku terpaksa bermain lama karenamu."

"Kyle. Kamu benar-benar membuatku muak. Seharusnya aku tidak mendatangkanmu kesini. Kukira orang berpikiran liar di dunia itu bisa menghancurkan cahaya di dunia ini ternyata tidak. Duniamu itu terlalu baik rupanya."

Mulut Kyle megap-megap. Air matanya keluar merasakan kuatnya cengkeraman di lehernya. Tangan Kyle meraih-raih tangan hitam si iblis namun tidak bisa ia dapatkan. Tembus.

Sial.

Kyle benar-benar tak berdaya sekarang. Pandangannya kian mengabur. Ia rasa hidupnya tidak akan lama meski telinganya dapat merasakan ledakan-ledakan dan getaran di tanah yang ia pijak.

"Kyle. Kamu seharusnya tidak usah berlagak baik di dunia ini."

Bisikan terakhir dan suara itu terasa semakin menjauh. Semakin jauh dan gelap.

***

1079 kata
NizSyazhu
wga_academy

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Pervert WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang