08

3.6K 482 65
                                    


Rencana jalan-jalan dengan Jaehyun terpaksa batal karena keluarganya meminta Jaemin untuk datang ke sebuah kafe dan menemui Jeno. Di kamar, Jaemin sangat gelisah dan pusing akan keadaan ini. Semalam ia mencoba bicara dengan sang kakek tapi rupanya sang kakek tidak mau mendengar bantahan. Jadi Jaemin terpaksa menelan bulat-bulat hal yang ingin ia katakan.

Perjodohan di kalangan konglomerat memang bukanlah hal yang aneh. Jaemin ingat percakapan anak-anak di pesta Taeyong kemarin, tentang Kim Yeri, anak dari Kim Yesung dan Kwon Yuri yang dijodohkan dari kecil dengan Jeon Jeongkook. Awalnya ia pikir Jeno malah akan langsung ditunangkan dengan Haechan, mengingat hubungan mereka yang sudah lama. Tapi tidak, keluarga Jeno dan keluarganya malah merencanakan perjodohan mereka sekarang. Atau jangan katakan, Jeno sudah tahu sejak awal makanya Jeno membenci Jaemin?

Astaga! Jika itu benar, maka Jaemin benar-benar dalam masalah besar. Kepulangannya ke Korea adalah hal yang buruk bagi hubungan mereka berdua. Padahal Jaemin sendiri tak menginginkan itu. Jaemin bermimpi memiliki kehidupan setenang danau jenewa dan seindah pemandangan matahari terbenam di danau Jenewa. Intinya, Jaemin suka ketenangan dan tak suka persoalan rumit. Itu merepotkan.

"Tuan muda, apakah anda sudah siap?" tanya Amber, langsung masuk ke kamar Jaemin.

Jaemin terlonjak. Ia menatap Amber dengan raut cemas yang kentara. "Eum, Nuna. Bisakah kita batalkan? Katakan aku sedang sakit."

Amber menggeleng-gelengkan kepala. "Bukankah anda tidak diperkenankan berbohong? Apalagi ini pertemuan yang cukup penting."

Jaemin mendesah kecewa dan memajukan bibirnya. Bagaimana ini? Bayangan Jeno yang menakutkan saat kecil membuatnya gugup dan tak berani menghadapi Jeno sendirian. Biasanya jika ada Haechan atau Renjun,  suasana akan lebih baik.

"Tuan muda, ayo...," bujuk Amber dengan raut memohon.

Akhirnya mau tak mau Jaemin berangkat juga. Ia mengenakan kemeja kasual hijau muda dan jeans berwarna putih. Jaemin hanya sedikit berdandan, setidaknya demi menghargai Amber yang memohon padanya untuk bersiap dengan baik. Berbeda dengan dandanan biasanya yang terkesan formal dan elegan, kali ini Jaemin terlihat santai dan manis dengan pakaian itu.

Sesampainya di kafe, Jaemin yang menggenggam tangan Amber melepaskan tangan itu dengan tak rela. Ia masih sangat gugup. Ditambah pikiran buruk dimana Jeno akan marah atau menolaknya terang-terangan. Walaupun tak memiliki perasaan apapun terhadap Lee Jeno, ditolak itu tetap menyakitkan dan merendahkan harga dirinya.

"Tenanglah, Tuan Muda. Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah," kata Amber, menenangkan.

Jaemin cemberut. Ia mengangguk kecil dan mengambil ponsel, serta meminta kartu kredit dari Amber. Ini untuk berjaga-jaga. Mana tahu ia akan membutuhkan kartu untuk membayar sendiri makanannya. Jaemin melirik interior kafe yang berwarna serasi dengan pakaiannya. Lalu seorang barista yang sedang menggiling biji kopi di counter. Bau kopi yang enak membuat Jaemin merasa rileks.

Matanya lalu tertuju pada sosok tampan yang sudah duduk di meja yang dimaksud oleh Amber. Lee Jeno yang juga memakai pakaian kasual. Kemeja hitam bergaris dan celana jeans hitam. Jaemin sedikit terperangah. Rasanya Jeno ribuan kali lebih tampan dengan dandanan seperti ini. Kemudian ia tersentak. Sadarlah, Jaemin! Itu pacar Haechan.

"Eum, maaf menunggu lama," kata Jaemin, menarik kursi dan duduk. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jeansnya karena merasa terganggu saat duduk, lalu meletakkannya ke meja.

Seorang pelayan menghampiri mereka dan mencatat pesanan mereka. Jaemin memesan Americano dan waffle. Sementara Jeno hanya memesan segelas cappuccino. Jaemin tertegun, sepertinya Jeno tak mau berlama-lama. Entah itu baik atau buruk bagi Jaemin. Begitu pelayan pergi, suasana canggung langsung terasa di antara keduanya. Jaemin menunduk ke bawah, bingung harua memulai percakapan atau diam saja.

Crazy Rich Kids (Jaemin/Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang