Etiket Afternoon tea yang membuat Jaemin bosan setengah mati, akhirnya selesai. Jaemin berkali-kali berusaha menahan kantuk dan menguap. Ia berusaha sangat keras karena sangat tidak sopan melakukannya di depan guru. Apa boleh buat, biasanya ia minum teh sambil mengobrol hal-hal kecil dengan temannya, tapi disini ia harus belajar dari awal lagi. Kalau boleh, lain kali ia akan meminta izin pada Kakeknya agar tidak ikut kelas etiket yang sudah pernah ia pelajari.
Sambil menyandarkan punggungnya di kursi yang empuk, Jaemin menutup mulutnya menggunakan serbet saat menguap. Mrs. Yun sudah keluar dari tadi dan itu kesempatan emas baginya untuk beristirahat. Jaemin merasa matanya berkaca-kaca akibat menguap. Ia meletakkan serbetnya di pangkuan dan memejamkan mata sejenak. Rasa ngantuknya benar-benar tak tertahankan lagi.
Entah untuk berapa lama ia memejamkan mata, Jaemin terbangun dan dia sudah berada di kasurnya. Jaemin mengerjap berkali-kali demi memastikan penglihatannya benar. Dan yah, ia berada di kamarnya. Tunggu, jangan bilang dia tertidur di atas kursi, di depan teman-temannya. Pipinya merona tipis, ia malu jika itu benar. Tapi sepertinya memang benar. Jaemin menaikkan selimutnya sampai ke pipi saat memikirkan Amber dan Key yang kerepotan menggendongnya sambil dilihat oleh teman-temannya yang lain. Aduh, malu sekali...
"Tuan muda! Astaga, ini sudah waktunya bangun. Ayo, kita harus berangkat sekolah," pekik Amber yang langsung masuk ke kamar Jaemin.
Jaemin terlalu malu untuk menanyakan kejadian kemarin. Jadi ia berencana untuk tidak membicarakan itu. Mengingatnya saja sudah memalukan, apalagi membicarakannya.
"Tuan muda!" panggil Amber sekali lagi.
Jaemin menggeliat sebentar dan bangkit. Ia menguap sambil menutup mulut dengan tangan. Matanya melirik ke bawah, ke piyama sutera yang halus. Ah, bahkan Amber menggantikan pakaiannya.
"Ayo mandi," kata Amber melebarkan tangannya untuk menggendong Jaemin.
Jaemin memeluk leher Amber yang langsung mengangkat tubuhnya. Kebiasaan manja yang masih ia pertahankan. Tapi nanti tidak lagi. Ia janji.
Setelah memandikan Jaemin dan memakaikan seragam, Amber mengajak Jaemin untuk turun dan sarapan. Di meja makan sudah ada Kakek, Nenek, Ayah, Ibu dan Kakaknya. Jaemin tersenyum lebar menyapa mereka. Satu persatu anggota keluarga itu mengecup pipi Jaemin sebagai sapaan pagi. Terkhusus dari sang kakak, bonus cubitan di pipi. Jaehyun selalu gemas melihat pipi Jaemin, makanya ia suka mencubit pipi itu.
"Kemarin Nana tertidur setelah kelas etiket-nya. Jiho menceritakan padaku," kata Jaehyun.
"Hyung!" tegur Jaemin yang merasa malu.
Yoona dan Siwon terkekeh, sementara Kakek dan Neneknya tersenyum simpul.
"Apa terlalu membosankan?" Tanya Yoona pada putra bungsunya.
"Nana sudah sangat hapal," jawab Jaemin, sekenanya.
Siwon tertawa. "Lain kali tidak usah ikut," katanya.
"Tapi Amber-nuna bilang harus ikut, demi membentuk relasi," bantah Jaemin.
"Amber-nuna benar. Itu sangat penting untuk kedepannya. Nanti bisnis kita akan repot jika hubungan dengan yang lainnya renggang," bela sang Kakek.
Jaemin mengangguk lucu dan membuat semua orang tertawa.
Perut sudah terisi dan Jaemin bersiap untuk belajar. Kebetulan sekali, sekolahnya bukan sekolah khusus untuk para anak konglomerat dan petinggi negara. Tapi sekolahnya menerima banyak anak-anak yang berasal dari luar negeri. Terutama karena kurikulum-nya memakai bahasa Inggris. Ada juga anak dari para duta besar yang bersekolah disana. Jaemin memiliki seorang teman bernama Harvey, anak dari manajer perusahaan Amerika untuk cabang di Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Kids (Jaemin/Nomin)
FanfictionTentang Jaemin dan lika-likunya sebagai anak konglomerat yang pemalu. Jaemin baru saja pindah ke Korea dan bertemu teman-teman baru. Ada yang membuatnya takut, ada pula yang membuatnya bersemangat. Ini cerita tentang para anak konglomerat, yang ter...